Kegiatan utama para santri di pondok tahfidz adalah menghafal Al Qur'an. Dalam sehari, sebagian besar waktunya digunakan untuk menghafal. Biasanya waktu efektif untuk menghafal adalah di pagi hari setelah tahajjud dan setelah salat subuh. Namun, bisa berbeda-beda pada setiap santri. Mereka akan menemukan waktu terbaiknya seiring dengan seringnya menghafal.
Dalam kegiatan menghafal, para santri dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang berisi maksimal 10 orang, dan dibimbing oleh satu orang guru tahfidz (muhafidz). Hal ini dilakukan agar masing-masing santri dapat dikontrol, baik perkembangan hafalannya maupun kesulitan santri dalam menghafal. Dengan jumlah santri yang tidak banyak, muhafidz juga bisa melakukan pendekatan dengan baik.
Kemampuan santri dan daya hafalnya pastilah beragam. Adalah tugas muhafidz untuk memberi arahan dan memotivasi santri, serta memberikan metode menghafal yang dapat diterapkan santri.
Ada kalanya santri mengalami kejenuhan dari rutinitasnya. Ia malas untuk menambah hafalan, malas untuk mengulang-ulang hafalan, bahkan hanya untuk mengaji saja pun malas. Masa ini disebut futur. Inilah penyakit yang membuat santri malas melakukan ibadah setelah sebelumnya bersemangat.Â
Apakah yang dimaksud dengan futur?
Futur adalah kondisi di mana seseorang merasa malas untuk beribadah, setelah sebelumnya giat dan rajin melaksanakan ibadah. Termasuk juga malas untuk membaca dan menghafal Al Qur'an. Kondisi seperti ini jika dibiarkan, akan berdampak buruk. Semakin dituruti kemalasannya, semakin berkurang hafalannya. Hafalan tidak bertambah, malah yang sudah dihafal menjadi berkurang.
Lalu, apa yang harus dilakukan santri ketika futur melanda?
Beberapa hal di bawah ini bisa dilakukan santri untuk mengembalikan semangat dalam menghafal.
1. Mengingat kembali niat awal menghafal Al Qur'an.
Apa yang menjadi motivasi santri dalam menghafal? Pastinya ingin memberikan hadiah terbaik untuk kedua orang tua, memberikan mahkota di hari akhir kelak. Maka, ketika futur menghampiri, kembali ingat pada tujuan awal. Berikan semangat pada diri sendiri, dan afirmasikan bahwa menghafal itu mudah.Â
2. Memperbanyak dzikir
Allah-lah yang Maha membolak-balikkan hati, maka mintalah kepada-Nya agar menjadikan hati kembali bergairah untuk menghafal. Dengan berdzikir atau mengingat Allah, hati menjadi tenang, rasa malas pun akan segera hilang.
3. Beristighfar.
Mohon ampunlah pada Sang Maha Kuasa. Bila futur itu terjadi karena dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, semoga istighfar dapat menghapusnya. Dan gairah untuk menghafal akan kembali datang.
4. Berkumpullah dengan teman yang sholeh
Ketika futur melanda, dekatilah teman yang semangat dan rajin menghafalnya. Berkumpullah dengan mereka, agar kembali mendapat energi positif, yang bisa mengembalikan semangat menghafal.Â
5. Tentukan target
Untuk lebih memotivasi diri, buatlah target pencapaian hafalan. Pondok pasti sudah menentukan target hafalan. Maka pecahlah target itu menjadi target-target kecil. Misalnya, pondok membuat target hafalan 5 halaman dalam waktu satu pekan. Maka 5 halaman itu dibagi menjadi target harian, dibagi dengan jumlah hari efektif belajar (Senin-Jum'at), yaitu 1 halaman perhari. Kemudian, 1 halaman itu dibagi lagi dengan banyaknya waktu halaqoh. Bila dalam sehari ada 3 kali halaqoh, maka setiap kali halaqoh, santri harus mampu menghafal minimal 1/3 halaman.Â
Semoga lima hal di atas bisa menjadi solusi santri menghadapi masa futur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI