Mohon tunggu...
Siti Puryandani
Siti Puryandani Mohon Tunggu... -

menikmati indahnya hidup dengan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Sesaat

17 Mei 2013   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:24 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Tidak semua dalam hidup ini memerlukan alasan” Katamu waktu itu. Sesaat setelah lelah kita berjalan menyusuri pantai berpasir coklat, nun jauh disana.

“Itu kata-kata orang yang jatuh cinta” Sahutku cepat.

“Jika benar aku ingin jatuh cinta terus. Supaya tidak harus buat alasan”

“Dengan obyek yang sama atau berbeda?”

“ Kenapa kamu bilang obyek? Bukan orang?” Dan mata nakalmu mulai menelanjangi hatiku, membuat aliran darahku lebih cepat... Ah, kenapa selalu begitu jika dekat kamu.

“Karena cinta itu buatku abstrak, abstrak itu gak jelas, gak jelas itu mumet. Dan aku gak mau mumet karena cinta”. Tentu kukatakan itu untuk memenangkan logika yang mulai takluk oleh terjangan gelombang rasa hatiku.

“Lalu apa alasanmu disini bersamaku?”

“Jangan konyol pak... Saya datang karena ini” Kuhadapkan layar sentuh berukuran 7.5 inci didepannya.Invitation letter dari perusahaannya untuk pembahasan sebuah rencana kerja sama.

“Perkara bapak terlibat dalam hal ini, saya sangat berterimakasih. Tentunya budi baik itu tak akan saya lupakan” Jawabku santun. Kulihat rahangmu sedikit mengejang. Dan jeda sekian detik berlalu dalam diam.

“Hei... kenapa kita jadi serius begini. Seharian kamu sudah menguras energiku supaya Jerman itu menerima proyek mercusuarmu. Masa mau ditambah lagi...” Kalimat terakhirkubuat mengalun, setengah merajuk. Aku tak mau kamu merasakan sebuah barrier, yang sengaja mulai kupasang. Setidaknya sampai proyek ini deal.

Segera senyummu mengembang dan kembali seolah tak terjadi apa-apa. Lalu kita melanjutkan makan siang sambil melihat ombak berkejaran.

Berikutnya setiap minggu aku terbang kotamu. Kamu akan menjemputku di bandara, mengantarku ke hotel dan malamnya sesuai tugasmu akan mengajukan sederetalternatifuntuk menjamu aku. Seterusnya kitamenjadi dekat bahkan sangat, hingga pada satu titik aku menyadari, mulai merasakan ketergantungan emosi dengan sosokmu. Ada berat dihati tiap kali aku harus kembali pulang. Rasanya ingin berbalik saat aku masih melihatmu tetap mematung dibawah tulisan : keberangkatan.Rasa ini ??? Sungguh tak pernah kubayangkan.

Sampai pada suatu malam -tepatnya tengah malam- , kulihat statusmu on line. Kusapa dengan sapaan yang kita sepakati sebagai kode berdua.

“Gotcha”

Biasanya kamu akan segera membalas dengan sapaan yang sama. Tapi... Kenapa terlalu lama. Akhirnya kuketik ulang kata yang sama.

“Saya istrinya” Jelas terbaca olehku.

Istri?!!! Jadi dia sudah punya istri.

“Saya kira pak... maaf. Salam kenal ya”

“Iya, terimakasih” Ikonmu menghilang : sign out.

Selesai??? Tidak saudara! Sampai menjelang pagi tak sedikitpun aku bisa memicingkan mata. Pikiranku seperti diaduk. Tolol sekali aku ini. Kenapa sedikitpun tak terlintas dipikiranku soal statusmu.

Tiba-tiba saja terdengar bunyi tokek

“Tokek : putus”

“Tokek : lanjut”

“Tokek : putus”

“Tokek : lanjut”

“To.... “ Dan lalu diam.

Baiklah tokek. Aku kira tak perlu berfikir panjang. Besok akan kutanyakan, soal statusnya. Jika betul dia sudah beristri?

“To... kek : putus”

.............................................................................................................................................................................................

... dan begitu saja kamu pergi dariku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun