Mohon tunggu...
Ayu Agustina
Ayu Agustina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mikirnya simple, gak suka ribet, suka to the point kalo ngomong, benci basa-basi...hobi nonton bioskop sendiri...suka tantangan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengembalikan 'Roh' Lagu Wajib Nasional

23 November 2014   05:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:05 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

'' Sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku, sakitnya tuh di sini, melihat kau selingkuh..''.  lagu dangdut milik Chita Citata memang sedang terkenal di lingkunganku, awal lagu ini terkenal melalui sinetron di salah satu TV nasional. Mulai dari orang dewasa sampai anak kecil hafal dengan lagu ini. Bahkan jumlah viewer Youtubenya sudah hampir mendekati Agnes Monica 'Coke Bottle'.

Aku tidak akan menyoroti fenomena tentang lagu Chita Citata, agak sedikit narsis, saya ingin menceritakan kenangan saat masih SD tahun 1998-2001. Sewaktu SD saya diajar oleh seorang Pak Guru, walaupun rambutnya sudah beruban namun beliau sangat menyukai olahraga, dan mencintai kesehatan, buktinya beliau lebih memilih  mengayuh sepeda ontel untuk ke Sekolah, yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat. Beliau pula memilki sistem pengajaran yang unik.  Setiap hari kamis, seluruh siswa/i diwajibkan membawa buku lagu wajib nasional. Pak Guru akan memilih 2 lagu dibuku, kemudian menyayikannya di depan kami, dengan suara tegas dan lantang. Di tempat duduk masing-masing kami berusaha mengikuti tempo nada yang dinyanyikan Pak Guru. Jika sudah dirasa cukup, Pak Guru akan memberikan waktu untuk mengahfalkan lagu tersebut, kemudaian dipanggil satu persatu secara acak untuk bernyanyi di depan. Saat itu aku berfikir, untuk apa kita harus menyayikan lagu nasional, apa hanya mau dibuat deg-deg-kan untuk maju ke depan kelas. Belum lagi bagi yang salah lirik harus terus mengulang sampai liriknya benar.

Tibalah di bangku kuliah di Semester akhir, aku dapat mata kuliah SKB (studi Kelayakan Bisnis) bernama Pak Puji, beliau berprawakan agak botak, suaranya kencang dan hobi memberi pertanyaan yang bersifat logika. Beliau sering disela-sela perkuliahan menyelipkan sedikit tentang politik. Jika ada mahasiswa/i yang tidak fokus memperhatikan kuliah akan otomatis mendapatkan pertanyaan, yang uniknya bukan pertanyaan berhubungan dengan mata kuliah, tapi tetang Indonesia, seperti ''Apa yang dimaksud dengan Negara?', ''Apa yang dimaksud dengan Pemerintah Pusat?''. Awalnya aku heran, mengapa beliau menayakan hal yang jauh dari mata kuliah, namun melihat mahasiswa/i yang hampir tidak bisa menjawab secara sempurna, aku mulai memahami tujuan beliau. Beliau seperti ingin menunjukan yang berstatus rakyat Indonesia wajib tahu tentang negaranya.

Sering pula, sebelum memulai perkuliahan beliau akan mengajak bernyanyi lagu nasional. Setiap mahasiswa/i saling bergantian melanjutkan liriknya, sayangnya masih banyak yang lupa lirik, salah lirik, bahkan ada yang tidak tahu sama sekali. Nah disinilah aku merasa bersyukur karena sempat diajarkan lagu nasional di SD. Aku selalu berhasil menyakikan lagu wajib saat perkuliahan Pak Puji. Entah mengapa setiap menyanyikan lagu nasional hatiku merasa haru karena memahami tiap liriknya. Andai pemuda saat ini lebih suka dengarkan lagu wajib nasional dibandingkan 'maaf' lagu yang liriknya bermakna kosong, aku yakin rasa cinta akan negara akan terpatri di hati.

Aku pernah membaca, jika kita sering mendengar lagu yang memilki lirik dan energi positif tanpa sadar pikiran dan otak kita mencerna hal tersebut dan bisa mempengaruhi pikiran kita. Lagu wajib nasional bagiku memilki lirik dan makna postif, seperti berisi perjuangan, kerja keras, cinta negara dan sebagainya. Berbeda jika kita sering mendengar lagu yang liriknya kosong, yang tak jarang mengandung unsur pornografi juga akan mempengaruhi pemikiran kita. Begitu hebatnya efek dari sebuah lagu, bisa bermanfaat baik bahkan juga buruk bagi sipendengar.

Aku pernah membaca berita tentang anak jalanan yang ingin mendapatkan sepeda dari Pak Jokowi saat beliau masih menjadi Gubernur DKI, beliau mensyaratkan kalau mau sepeda harus bisa menyanyi lagu nasional, sayangnya anak jalanan ini tidak mau, dan lebih memilih lagu Bang Jali, akhirnya anak jalanan tersebut mau menyakikan lagu nasional walau harus mengulang berkali-kali karena salah lirik. Sebegitu parahnya kah hafalan lagu nasional para pemuda kita?.

Terlalu luas jika aku memikirkan seluruh pemuda indonesia,melihat fenomena lagu Chita Citata di lingkungan sekitar saja sudah membuat aku gusar. Adikku juga sangat minim hafalan lagu wajibnya, hanya tahu lirik awal saja, tapi jika aku tanya tentang lagu jaman sekarang pasti bisa menyayikannya dengan baik dan benar.

Dari sinilah aku mulai sering mengetes teman-temanku tentang lagu nasional, biasanya aku awali dengan menyanyi asal-asalan, tujuannya ingin tahu respon pendengar apakah hafal lirik lagu nasional. Dari  teman yang ada disekitar menunjukan berbagai respon, ada yang langsung memperbaiki liriknya, ada pula yang menyebutkan judulnya tapi tidak tahu lirknya.

Itu salah satu cara kecil aksi yang aku lakukan untuk Indonesia. Melalui lagu nasional aku ingin seperti yang dilakukan guru SD, dosen dan Pak Jokowi.

Diakhir artikel, mari kita menyanyikan lagu Tanah Air, resapi liriknya, tanya pada diri, apakah kita sudah melakukan ini? jika belum, kapan kalian akan memulai aksi untuk Indonesia,  tidak perlu wah, jika yang kecil bisa berdampak besar kenapa tidak.

Ibu Sud – Tanah Airku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun