Mohon tunggu...
Yusuf BS
Yusuf BS Mohon Tunggu... -

Ayo pantau pelayanan publik di lingkungan kita

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anak Pesisir dan Fasilitas Pendidikan

19 Oktober 2015   22:36 Diperbarui: 19 Oktober 2015   22:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ketika Anak Pesisir Sulit Mendapatkan Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu jembatan merubah nasib seseorang. Banyak para orang tua selalu memberikan pandangan kepada anaknya ketika anaknya malas untuk ke sekolah. “jangan malas ke sekolah, belajar yang tekun supaya nantinya kamu bisa membantu orang tua, mengangkat harkat dan martabat keluarga. Cukup bapak saja yang tidak sekolah, kamu harus sekolah  agar keluarga kita tidak dibodohi oleh orang lain” itu adalah kata-kata yang sering terucap dari orang tua kebanyakan yang melihat anaknya bermalas-malasan untuk mengenyam pendidikan.

Tapi ungkapan tersebut tidak berlaku bagi keluarga samsia yang setiap harinya kadang hanya berjualan ikan kering di pasar. Suaminya hanyalah seorang buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak menentu. Tiga anaknya rata-rata hanya mengenyam pendidikan sampai SD yang kebetulan sekolahnya tidak jauh dari rumahnya. Walau anak tersebut mempunyai keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan, tapi apa daya rasanya tidak akan mereka dapatkan karena untuk lanjut ke SMP/MTs membutuhkan biaya yang banyak walaupun pemerintah sudah mencanangkan pendidikan gratis 12 tahun.

Artinya, angka putus sekolah yang terbesar terjadi saat kelulusan SD dan SLTP. Kedua masa sekolah ini dapat dikatakan sebagai masa-masa kritis dalam pendidikan dasar anak-anak di daerah terpencil.

Menurut pengamat pendidikan, Arif Rahman, setidaknya ada tiga penyebab terjadinya putus sekolah pada anak, yakni kemiskinan, kualitas pendidikan, dan sikap kurang bertanggung jawab dari para siswa, guru, maupun orang tua murid. "Tetapi, penyebab yang paling sering terjadi adalah karena faktor ekonomi atau kemiskinan.

Apa yang terjadi pada saat lulus SD dan lulus SLTP? Kebanyakan anak-anak di daerah terpencil tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan berbagai alasan seperti sulitnya mencapai sekolah karena jaraknya yang jauh. Misalnya anak nelayan yang tinggal di daerah Ulo-Ulo harus melanjutkan ke SMP/MTs yang hanya ada di Kota Belopa Kabupaten Luwu Prop.Sulawesi Selatan Dengan ekonomi keluarga yang pas-pasan, dapat dipastikan para generasi bangsa tersebut tidak akan mampu untuk menggapai mimpi-mimpinya.

Dengan anggaran pendidikan yang begitu banyak yang telah digelontorkan pemerintah. Maka sudah seharusnya dapat memetakan daerah mana yang membutuhkan sarana pendidikan sehingga tidak terjadi ketimpangan pendidikan. Namun yang terjadi saat ini justru sekolah yang sudah berkecukupan lebih mendapat perhatian dengan alasan ruang kelas yang sudah tidak memadai sehingga perlu ruang kelas baru.

Pemerintah dan para legislator  harus bertanggung jawab terhadap permasalahan ini. Di sisi lain para kepala sekolah memasukkan proposal penambahan ruang kelas baru, namun di sisi lain jeritan hati para anak pesisir yang ingin bersekolah serasa terabaikan. Semoga, akan semakin banyak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA yang dibangun kepada anak-anak nelayan sehingga tidak perlu ada lagi kejadian putus sekolah akibat tidak memiliki biaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun