Mohon tunggu...
Yusuf Arifin
Yusuf Arifin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

SMP Negeri 4 Gombong

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penanaman Karakter melalui Mulok

22 September 2020   12:33 Diperbarui: 22 September 2020   12:43 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai alat komunikasi diarahkan agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar untuk keperluan alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat. Fungsi edukatif diarahkan agar peserta didik dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Fungsi kultural agar dapat digali dan ditanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya untuk membangun identitas dan menanamkan filter dalam menyeleksi pengaruh budaya luar. 

Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi yang diarahkan agar peserta didik dapat berbahasa Jawa dengan baik dan benar, mengandung nilai kearifan lokal hormat atau sopan santun. Seperti diketahui bahwa dalam bahasa Jawa berlaku penggunaan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh, dan dalam unggah-ungguh itu terkandung nilai-nilai hormat di antara para pembicara, yaitu orang yang berbicara, orang yang diajak berbicara, dan orang yang dibicarakan. Sebagai contoh, untuk menyatakan keadaan sedang membaca, jika yang berbicara adalah anak dan yang dibicarakan merupakan bapak, menggunakan kalimat Bapak, nembe maos koran (Bapak sedang membaca koran), jika yang sedang membaca atau orang yang berbicara adalah anak, maka menggunakan kalimat Kula saweg maca koran (Saya sedang membaca koran). Penggunaan kata maos (membaca) merupakan realisasi dari rasa hormat kepada orang tua. Keadaan ini tidak perlu ditakutkan bahwa bahasa Jawa bertingkat-tingkat. Bahasa Jawa sudah dibakukan, yaitu dibedakan atas dipakai atau tidaknya kosakata yang berkadar halus. Kosakata berkadar halus adalah kata yang secara tradisional diidentifikasi sebagai krama inggil. Atas dasar itu maka dibedakan atas; ngoko, ngoko alus, krama, dan krama alus atau krama inggil. 

Fungsi edukatif diarahkan agar peserta didik dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Pengajaran  seperti diuraikan di depan, selain untuk keperluan alat komunikasi juga dapat mengembangkan fungsi edukatif. Melalui unggah-ungguh basa, peserta didik dapat ditanamkan nilai-nilai sopan santun. Upaya yang lain adalah melalui berbagai karya sastra Jawa. Sastra wayang misalnya, selain berfungsi sebagai tontonan (pertunjukan) juga berfungsi sebagai tuntunan (pendidikan). Melalui sastra wayang, para peserta didik dapat ditanamkan nilai-nilai etika, estetika, sekaligus logika. Ungkapan tradisonal Jawa juga banyak mengandung nilai-nilai lokal Jawa untuk kepentingan pendidikan. Semboyan pendidikan nasional kita Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri Handayani juga berasal dari ungkapan bahasa Jawa. Pendek kata, dalam khasanah bahasa dan sastra Jawa banyak mengandung nilai-nilai lokal Jawa yang dapat berfungsi untuk mengembangkan fungsi edukatif, yaitu fungsi untuk pembentukan karakter. 

Fungsi kultural diarahkan untuk menggali dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya untuk membangun identitas dan menanamkan filter dalam menyeleksi pengaruh budaya luar. Jika fungsi sebagai alat komunikasi dan edukatif telah terlaksana dengan baik, sebenarnya fungsi kultural akan tercapai, karena fungsi kultural sesungguhnya terkait langsung dengan kedua fungsi itu. Melalui fungsi alat komunikasi dan edukatif, diharapkan telah ditanamkan nilai-nilai budaya Jawa. Jika penanaman nilai-nilai budaya Jawa telah berhasil, maka akan terbangun identitas budaya yang kuat, dan pada akhirnya akan dapat membendung dan memfilter pengaruh budaya luar. 

Salah satu budaya Jawa yaitu wayang merupakan salah satu media yang dapat membangun karakter atau kepribadian seseorang. Wayang sebagai cerita sangat cocok digunakan untuk melakukan transfer nilai karena di dalam cerita wayang terdapat tuntunan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh dalam wayang mencerminkan berbagai karakter manusia, dengan demikian secara tidak langsung menyimak cerita wayang dapat mengambil pelajaran tentang budi pekerti atau karakter yang pantas untuk ditiru dan sifat yang harus dijauhi sehingga dapat menanamkan karakter yang baik pada peserta didik. Perilaku yang tergambarkan dalam karya sastra berupa cerita wayang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada peserta didik terhadap perilaku yang pantas untuk dicontoh atau ditinggalkan karena ketidakpatutannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun