Bandung, September 2025 - Walikota Bandung mengadakan pertemuan dengan para seniman di Pendopo Kota Bandung untuk membahas pengembangan seni dan budaya di kota ini. Dalam pertemuan tersebut, para seniman menyampaikan berbagai masukan dan ide kreatif untuk meningkatkan peran pemerintah dalam mendukung perkembangan seni.
Salah satu poin penting yang dibahas adalah mengenai ruang publik dalam mendukung kegiatan seni dan budaya. Para seniman berharap pemerintah kota dapat lebih transparan dalam pengelolaan anggaran sehingga dengan adanya pasilitas ruang publik dengan aksesibilitas seniman dan masyarakat  kota Bandung khususnya dapat lebih percaya diri dalam mengembangkan karya dan kreativitasnya
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa Bandung memiliki modal sosial yang kuat untuk terus berkembang. Kreativitas warga, menurutnya, tidak hanya menghadirkan karya-karya inovatif, tetapi juga mampu menjadi solusi dari berbagai persoalan perkotaan.
"Kreativitas harus menjadi energi bersama. Pemerintah hadir bukan untuk mengatur secara kaku, tetapi untuk memfasilitasi agar ide-ide warga bisa tumbuh dan memberi manfaat luas," ujar Farhan
Walikota Bandung Muhammad Farhan menanggapi positif curah gagasan  dari para seniman dan berjanji untuk meningkatkan transparansi dan dukungan pemerintah terhadap perkembangan seni dan budaya di Kota Bandung
Diakuinya ada beberapa ruang publik yang belum berfungsi sebagaimana mestinya, untuk mewujudkan fasilitas ruang publik perlu kolaboratif antara pelaku seni dan pemerintah kota agar kehadiran ruang publik bisa lebih menarik dan banyak yang melirik
Senada dengan itu, Pengamat Budaya sekaligus Kurator Seni, Heru Hikayat, menyebut keberhasilan Bandung sebagai kota kreatif tidak lepas dari kemampuannya merawat ruang pertemuan antara masyarakat, seniman, dan pemangku kebijakan.
Ia menilai pembangunan tidak semestinya hanya berfokus pada infrastruktur semata, tetapi juga harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang menjadi karakter kota.
"Budaya bukan sekadar tontonan atau komoditas. Budaya adalah cara kita menjaga kehidupan bersama, toleransi, dan keberagaman," ungkap Heru.
Sementara itu Pegiat Budaya dan Seni Tari, Keni K. Soeriaatmadja. menyampaikan paparan secara akademik cukup menarik menurutnya, ekosistem kreatif Bandung terdiri atas tiga lapisan: underground (seniman dan kreator), upper ground (pemerintah dan pemangku kebijakan), serta middle ground yang berperan sebagai jembatan keduanya.
"Yang sering terlupa adalah middle ground, yaitu pihak yang bisa memahami bahasa pemerintah sekaligus mengerti nilai-nilai ideologis seniman. Bandung butuh peran ini agar kolaborasi berjalan lebih sehat," katanya.
Ia juga menekankan bahwa budaya harus ditempatkan sebagai nilai dasar pembangunan, bukan hanya sebagai pelengkap atau sekadar penghias kota.
"Budaya bukan benda, bukan sekadar indeks kemajuan kebudayaan. Budaya adalah indeks kemajuan manusia. Orang Bandung harus tahu rasanya jadi orang Bandung, dengan segala keberagaman di dalamnya," katanya.
Forum yang digelar Pemkot Bandung ini juga dihadiri akademisi, praktisi, pengamat seni dan  sejumlah tokoh seni budaya lainnya, antara lain Mat Don, tony Brur, sastrawan Ahda Imran dan Zulfa Nasrulloh. Diskusi curah gagasan  berlangsung hangat dengan menekankan pentingnya kolaborasi untuk merawat identitas Bandung sebagai kota kreatif, inovatif yang inklusif.
Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi pemerintah kota dan seniman bisa gawe bareng menata kota dengan karya kreatif dan inovasinya dalam mengembangkan potensi seni dan budaya Kota Bandung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI