Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ketika Keindahan Alam dan Tradisi Budaya Menyatu di Desa Wae Rebo

10 Mei 2023   10:10 Diperbarui: 11 Mei 2023   06:56 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Wae Rebo (foto: dokumentasi pribadi)

Compang (foto: dokumentasi pribadi)
Compang (foto: dokumentasi pribadi)
Berdasarkan cerita dari masyarakat Desa Wae Rebo, setiap Mbaru Niang di Desa Wae Rebo memiliki nama yang berbeda, yaitu Niang Gendang, Niang Gena Ndorom, Niang Gena Maro, Niang Gena Jekong, Niang Gena Jintam, Niang Gena Mandok, dan Niang Gena Keto.

Kegiatan para keluarga dan warga di Mbaru Niang dilakukan tingkat pertama rumah atau "tenda". Niang Gendang, yang merupakan rumah utama, memiliki diameter 14 meter dengan lantai bulat, sedangkan Niang Gena, rumah lainnya, memiliki diameter 11 meter. Perbedaan ukuran ini disebabkan oleh jumlah keluarga yang tinggal di dalamnya. Niang Gendang dihuni oleh 8 keluarga, sementara Niang Gena dihuni oleh 6 keluarga.

Lantai pertama dibagi menjadi 2 bagian, yaitu "nolang" dan "lutur", dengan satu pintu sebagai jalan masuk dan keluar. Nolang adalah area pribadi di Mbaru Niang, dengan dapur dan tempat memasak, serta kamar tidur untuk 6-8 keluarga yang tinggal di dalamnya. Kamar-kamar ini diatur berdasarkan urutan kelahiran dari setiap pemimpin keluarga. Sementara itu, lutur adalah area publik yang digunakan untuk ruang tamu dan kegiatan masyarakat.

Seperti konsep compang yang menjadi pusat dari semua rumah adat di Wae Rebo dan menjadi bagian paling sakral, bongkok menjadi tempat paling sakral di lantai pertama rumah dan terletak di tengah-tengah rumah. Ketua Adat biasanya duduk di depan tiang bongkok saat mengadakan pertemuan dengan masyarakat Wae Rebo.

Kenangan tak Terlupakan

Berkunjung ke Desa Wae Rebo memberikan kesan yang mendalam. Bermalam di rumah adat yang sederhana namun nyaman, serta menikmati hidangan tradisional menjadi daya tarik tersendiri.


Bermalam di rumah adat (foto: dokumentasi pribadi)
Bermalam di rumah adat (foto: dokumentasi pribadi)
Belum lagi saat menyaksikan langit malam Wae Rebo yang memesona dengan ribuan bintang yang bersinar terang, sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Langit malam di Desa Wae Rebo (foto: dokumentasi pribadi)
Langit malam di Desa Wae Rebo (foto: dokumentasi pribadi)
Menelusuri jalan setapak yang diapit oleh pohon-pohon kopi, mempelajari proses pengolahan kopi robusta khas desa, menyaksikan ibu-ibu desa sedang menenun kain cura yang cantik, melengkapi pengalaman berwisata yang tak terlupakan.

Keindahan alam dan keunikan budaya di Desa Wae Rebo menjadi pelengkap dari kehangatan masyarakat yang menyambut dengan tangan terbuka, menciptakan kenangan yang akan selalu diingat.

Semoga saja para delegasi KTT ASEAN 2023 dapat berkesempatan mengunjungi Desa Wae Rebo untuk merasakan keindahan alam dan keunikan budaya masyarakatnya.

Salam wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun