Mohon tunggu...
Yustie Ida Rahmawati
Yustie Ida Rahmawati Mohon Tunggu... lainnya -

hobi nonton drama korea

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengapa Perkawinan Jaman Dulu Awet? Ini Rahasianya!

15 Januari 2015   07:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kawin cerai saat ini menjadi hal yang akrab di telinga kita. Artis-artis Ibu Kota menghiasi layar kaca kita dengan berita perceraian mereka, ada yang baru sebulan merit udah cerai, ada yang kayaknya adem ayem eh tiba-tiba cerai. Duh..meskipun bosan tapi tetep nonton juga sih..soalnya hampir di semua stasiun TV ada infotainment-nya kan, dan beritanya pasti hampir sama. Nah ga cuma artis aja ni yang cerai, masyarakat umum, bahkan di sekitar saya juga ada yang cerai. Apa gara-gara mereka keseringan nonton infotainment, terus terpengaruh artis buat ikut-ikutan cerai ya? emm, bisa jadi.

Sebagai seorang wanita yang nantinya akan menikah dan membina rumah tangga, saya jadi berpikir lagi nih,,,memangnya kehidupan rumah tangga itu berat banget ya sampai harus ada yang cerai, lalu bagaimana kalau nanti saya menikah kemudian ada masalah, bagaimana cara mengatasinya biar tetep langgeng lancar jaya? Agak khawatir juga sih. Tapi sebenarnya masalah dalam rumah tangga kan dari jaman nenek moyang dulu juga pasti ada kan? Bahkan  Nenek buyut dan kakek nenek kita juga pasti ada kalanya punya masalah, tapi pernikahan mereka tetap langgeng dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka (beneran ini bukan gombal..), meskipun ada yang awalnya dijodohkan, terus nikahnya usia diniii bangett, mereka bisa tetep sama-sama sampai akhir. Lalu APA RAHASIANYA?

Berawal dari kekhawatiran saya dan rasa ingin tahu yang sangat besar, saya ikutan ngrumpi dan berhasil menggali informasi dengan beberapa “embah” (baca:nenek) tetangga saya yang notabene mereka sudah menikah minimal 45 tahun, ada yang sudah lebih dari 50 tahun dan tetap bersama-sama sampai sekarang.  Meskipun mereka agak malu-malu menjawab ketika saya ngobrolin dan sok-sok tanya soal kehidupan rumah tangga dan pernikahan, saya pada akhirnya dapat mengambil benang merah dari jawaban beliau-beliau (berhubung jawaban memakai bahasa Jawa, ini sudah saya terjemahkan dengan bahasa saya ya..). NAH, ini nih Rahasia Langgengnya Rumah Tangga mereka :

1.Harus Ada yang Mengalah

Kayaknya cuma klise aja ya kalimat itu, tapi bener, menurut mereka ketika pasangan lagi “on fire” alias bertengkar, salah satu harus ada yang ngalah entah itu diem dulu atau keluar sebentar sampai keadaan stabil dan baru kembali lagi buat nyelesaikan masalah. Soalnya kalau tetap nurutin hawa nafsu buat adu mulut, nanti bisa lebih runyam dan bisa nimbulin masalah yang lebih besar lagi.

2.PRINSIP : Say No to “Purik”

“Purik” itu istilah dalam bahasa Jawa, kalau di terjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya pulang ke rumah orang tua. Biasanya istri sih yang pulang ke rumah orang tua kalau lagi bertengkar sama suaminya. Nah, “Purik” ini harus dihindari sebisa mungkin, jadi sebesar apapun masalah yang terjadi, tetap satu atap sama suami, karena menurut mereka “purik” itu adalah aib dan membuat malu keluarga.

3.Biarkan Sang Ratu Menang

Meskipun punya prinsip No Purik, tetep pernah ada narasumber yang dulu pulang ke rumah orang tuanya saat bertengkar dengan suaminya. Tapi ga lama kemudian sang Kakek menyusul ke rumah orang tua nenek dan minta maaf, kemudian mengajak pulang ke rumah mereka, akhirnya nenek yang awalnya marah, sebel luluh juga terus ikut pulang deh kerumah. Dari situ bisa kita simpulkan wahai para suami…ga ada salahnya mengalah pada istri. Mengalah dan meminta maaf tidak berarti membuat kita menjadi rendah atau terlihat lemah kok. Malah justru hal tersebut menunjukkan kesabaran, kelapangan, dan kebijaksanaan kita. Terus, satu hal lagi,,wanita itu suka kalau dirayu sama suami dan senang bila suaminya mengalah meskipun mungkin istri juga ada salah. Jadi biarkan Sang Ratu Menang, demi kebahagiaan bersama. Setelah itu, istri Anda akan bersikap lebiih manisss lagi. Hehe..

4.Saling Memuji

Salah satu yang membuat mereka masih langgeng adalah dengan saling memuji satu sama lain. Misalnya : suamiku paling ganteng.. (yang ini asli, pada waktu narasumber mengatakan itu saya ikut tertawa geli, haha). Tapi memang benar, menurut para ahli juga pasangan yang sering memuji satu sama lain, kehidupan rumah tangganya akan lebih bahagia. Bisa dengan memuji masakan, penampilan, ucapan terima kasih, ungkapan cinta , dan sebagainya.

5.Tidak Melihat yang Lain (Setia)

Percaya atau tidak, sebagian besar kasus perceraian itu dipicu karena adanya pihak ke-3, entah dari pihak laki-laki, perempuan atau keduanya. Kalau jaman dulu belum ada TV, belum ada HP, belum ada majalah-majalah yang bergambar seksi, jadi yang mereka lihat sebagai sosok ideal laki-laki/perempuan ya pasangan masing-masing. Mereka tidak melihat yang lain, alias SETIA. Meskipun jaman dulu juga ada sih kasus perselingkuhan, tapi begitu ketahuan sama penduduk langsung digrebeg, diarak, bahkan dipukuli dan diusir/diasingkan dari desa. Serem kan..jadi mereka takut dan berpikir ulang untuk berbuat macem-macem. Nah kalo sekarang?? HP, TV, media sosial, majalah menjadi makanan sehari-hari, sekarang istilahnya begitu mudahnya orang selingkuh melalui HP, media sosial, cinta lokasi di kantor dan sebagainya, bahkan orang-orang yang mengetahui pun kaya tutup mata dan telinga,,duh…amit-amit ya. Kita teladani yuk pasangan jaman dulu dengan setia cukup satu saja pasangan seumur hidup.

6.Ingat anak dan keluarga

Saya pernah bertemu dengan narasumber yang juga sudah nenek-nenek, dan waktu itu saya sedang membantu dosen saya melakukan penelitian tentang KDRT. Kabarnya beliau jaman muda dulu sering menjadi korban KDRT oleh suaminya. Saya bertanya apa alasan beliau masih bertahan untuk tetap bersama suami pada saat itu? Beliau menjawab karena kasihan dengan anak-anak dan keluarga juga nanti akan malu kalau saya minta cerai. Akhirnya beliau tetap bertahan dan sampai sekarang masih langgeng bersama suaminya.

Perceraian orang tua, anak-anaklah yang menjadi korban dan paling menderita, secara psikologis mereka akan tertekan, malu, tidak percaya diri, bingung dan masih banyak lagi dampak negatifnya yang akan mempengaruhi masa depan mereka. Banyak kriminalitas, narkoba, miras yang dilakukan oleh anak-anak yang broken home dan kurang perhatian, padahal mereka kan generasi penerus bangsa kita.

7.Komitmen

Yang terakhir sangat penting adalah komitmen terhadap perkawinan. Kata salah satu narasumber, mereka tidak ada pikiran untuk cerai sama sekali. “Mau jadi apa kalau sedikit-sedikit minta cerai, nanti ga jadi orang” kata beliau. Jadi meskipun masalah yang dialami berat, mereka akhirnya akur lagi, karena dalam rumah tangga, bertengkar itu hal biasa.

Nah..itu dia beberapa hal yang bikin rumah tangga kakek nenek jaman dahulu tetap bertahan kokoh meskipun badai menerpa dan hanya terpisah oleh terhentinya nafas..(asekkk). Hal-hal diatas berdasarkan hasil wawancara, nah misal pembaca ada yang memiliki pendapat lain boleh banget ditambahin. Yuk kita belajar dari orang-orang jaman dahulu yang masih polos, yang menjunjung tinggi moral, rasa malu, dan yang benar-benar memegang teguh janji dan komitmen dalam perkawinan.

***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun