Kreativitas dan intelektualitas merupakan dua entitas yang menjadi basis mahasiswa dalam merambah hutan pengetahuan. Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang sadar akan eksistensinya dan mau berinovasi.Â
Mahasiswa yang intelek adalah mahasiswa yang kritis dalam menyikapi fenomena-fenomena yang ada dan menganalisisnya secara mendalam. Aspek-aspek kreativitas merupakan basis mahasiswa untuk mengembangkan
diri. Dengan kata lain, mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang mau memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya dan berguna bagi orang lain. Pengerahan sumber daya manusia yang all out untuk menciptakan atau menghasilkan ide-ide kreatif serta mengasah kreativitas merupakan kunci meraih sukses.
Kreativitas berkaitan dengan inovasi, imajinasi, dan percaya diri. Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang tahu dan sadar akan potensi yang dimiliki dan memanfaatkan sarana dan prasarana untuk mencoba hal-hal baru. Hal-hal baru dalam konteks ini artinya mengubah atau membuat hal-hal lama menjadi lebih menarik sehingga banyak diminati.
Kreativitas dan inovasi dalam dunia pengetahuan merupakan elemen yang memperkaya pengetahuan itu sendiri. Dengan kreativitas yang memadai, mahasiswa mampu belajar untuk terus-menerus mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh, mempunyai daya juang, dan cepat menemukan solusi bagi setiap permasalahan yang ada.Â
Untuk menjadi seorang yang Intelektual, mahasiswa perlu membuat suatu karya intelektual. Sebuah karya Intelektual merupakan usaha seorang dalam mengobjektifkan diri dan akan menjadi objek penilaian intelektual lainnya.Â
Sehingga kritik dari intelektual lainnya merupakan suatu objektivikasi yang diraih oleh intelektual tersebut. Singkatnya seorang intelektual mendefinisikan dirinya guna meraih legitimasi sebagai seorang intlektual melalui proyek kreatif yang dibuatnya. Tanpa ada sebuah karya intelektual, belum bisa kita katakan seorang merupakan intelektual.
Permasalahan Intelektual Mahasiswa Kekinian
Melihat kondisi kampus saat ini, dimana prestasi akademik berupa nilai menjadi suatu tolak ukur keberhasilan pendidikan yang sangat dibanggakan, menghasilkan output mahasiswa yang hanya mampu mengerjakan soal-soal ujian dengan baik. Hal seperti ini sangat jauh dari tujuan pendidikan yaitu menghasilkan manusia berpengetahuan luas dan memiliki budi pekerti (karakter) yang baik.Â
Banyak dari dosen dan mahasiswa mencari jalan singkat dalam keberhasilan prestasi akademik. Alih-alih mendorong anak didiknya untuk membaca sebuah buku secara keseluruhan, seorang dosen lebih memilih fokus pada materi yang memang nanti akan diujikan.Â
Budaya semacam ini mewabah di dunia pendidikan tinggi Indonesia kekinian, praktis minat baca pelajar saat ini sangat minim. Materi perkuliahan memang menuntut mahasiswa untuk aktif membaca literatur dan materi dari buku referensi supaya menguasai materi kuliah secara keseluruhan.Â
Dengan minat baca yang sangat minim aktivitas diatas tidak terlaksana. Pada akhirnya, karena tuntutan atas nilai akademik yang baik dan kelulusan tepat waktu kisi-kisi soal ujian dan slide persentasi dosen menjadi suatu yang lebih diburu oleh mahasiswa dari pada buku bacaan.Minimnya minat baca di kalangan mahasiswa, menyebabkan aktivitas intelektual mandeg.Â