Mohon tunggu...
Yusrina Dewifa
Yusrina Dewifa Mohon Tunggu... Jabatan yang saya miliki saat ini yaitu sebagai Mahasiswa di Universitas Mulawarman

Saya sangat menyukai travelling dan mengunjungi tempat tempat baru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kolaborasi Multi-Level dalam Program Kartu Indonesia Sehat (KIS): Integrasi Pelayanan Kesehatan

12 Oktober 2025   10:35 Diperbarui: 12 Oktober 2025   10:35 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kolaborasi Multi-Level dalam Program Kartu Indonesia Sehat (KIS): Integrasi Pelayanan Kesehatan untuk Semua Lapisan Masyarakat

Di tengah kondisi sosial ekonomi Indonesia yang begitu beragam, akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi tantangan serius. Banyak masyarakat yang harus memilih antara kebutuhan pokok dan biaya berobat. Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah menghadirkan Program Kartu Indonesia Sehat (KIS), sebuah langkah besar menuju pemerataan akses kesehatan bagi seluruh warga tanpa terkecuali (Maulidiyah, 2025).

Namun, di balik selembar kartu berwarna biru itu, terdapat sistem kolaboratif yang kompleks. Program KIS tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi hasil kerja bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BPJS Kesehatan, fasilitas layanan kesehatan, hingga masyarakat sebagai pengguna. Kolaborasi lintas level ini menjadi kunci keberhasilan program dalam menghadirkan layanan yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga berkualitas dan berkeadilan.

Dari Kebijakan ke Aksi Nyata
KIS pertama kali diluncurkan pada tahun 2014 sebagai bagian dari agenda besar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Melalui program ini, pemerintah berupaya memastikan setiap warga negara, terutama kelompok miskin dan rentan, memperoleh hak dasar atas layanan kesehatan tanpa biaya. KIS juga menjadi bukti bahwa kesehatan di Indonesia mulai bergeser dari "barang mewah" menjadi hak universal.

Namun, implementasi program sebesar ini tidak bisa dilakukan oleh satu lembaga saja. Pemerintah pusat memang memegang peran dalam penetapan kebijakan, tetapi pelaksanaannya membutuhkan dukungan dari berbagai level pemerintahan. Di sinilah pentingnya sinergi antara Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, Kementerian Sosial, pemerintah daerah, serta fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas (Veronisa, 2023).

Menurut dr. Lestari Mulyani, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pelayanan kesehatan adalah gabungan antara kebijakan dan manajemen sosial. Ia menegaskan bahwa KIS akan berjalan baik bila seluruh pihak memiliki pemahaman yang sama, yakni bahwa kesehatan merupakan hak dasar, bukan privilese.

Kolaborasi Pusat dan Daerah: Kunci Efektivitas Layanan
Kolaborasi antara pusat dan daerah menjadi pilar utama keberhasilan program KIS. Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dan BPJS bertugas mengatur sistem, anggaran, serta jaminan administrasi kepesertaan. Sementara pemerintah daerah berperan dalam validasi data peserta, memperkuat fasilitas kesehatan, dan memastikan pelayanan sampai ke tingkat desa.

Beberapa daerah bahkan telah melakukan inovasi agar KIS lebih efektif. Provinsi Jawa Tengah misalnya, melalui program "Jateng Sehat", berhasil menurunkan angka masyarakat tidak terdaftar BPJS hingga 3% dalam dua tahun terakhir. Pemerintah daerah bekerja sama dengan BPJS dan perangkat desa untuk memperbaiki data penerima bantuan, mengurangi duplikasi, serta memastikan masyarakat miskin baru dapat terdaftar dengan cepat (Azeri, 2023). Hal serupa terjadi di Sulawesi Selatan, di mana Dinas Kesehatan menggandeng kepala desa dalam validasi data dan sosialisasi hak peserta. Melalui pendekatan ini, masyarakat di wilayah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau kini mulai terlayani dengan baik.

Pakar kebijakan publik Universitas Indonesia, Prof. Neni Handayani, menyebut model kolaborasi multi-level ini sebagai contoh ideal dalam tata kelola kebijakan publik. Menurutnya, pemerintah pusat tidak mungkin bekerja efektif tanpa dukungan struktural di tingkat lokal. Keberhasilan KIS, kata dia, bergantung pada komunikasi dan koordinasi lintas sektor yang konsisten dan berkelanjutan.

Integrasi Data dan Teknologi: Tantangan dan Peluang
Meski telah berjalan hampir satu dekade, tantangan terbesar KIS saat ini adalah integrasi data. Masih banyak kasus di mana masyarakat miskin tidak tercatat, atau justru mereka yang mampu tetap menerima manfaat. Hal ini sering kali terjadi akibat kurang sinkronnya data antara BPJS, Kementerian Sosial, dan pemerintah daerah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah tengah mengembangkan sistem Satu Data Kesehatan Nasional. Sistem ini mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber, termasuk data kependudukan, status sosial ekonomi, hingga riwayat kesehatan peserta. Dengan cara ini, proses verifikasi menjadi lebih cepat, akurat, dan transparan.

Selain itu, digitalisasi pelayanan juga mulai diterapkan di sejumlah daerah. Melalui aplikasi Mobile JKN, peserta KIS dapat melakukan antrean online, mengakses informasi fasilitas kesehatan, hingga memeriksa status kepesertaan. Langkah ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat memperkuat integrasi layanan dan meningkatkan kepuasan masyarakat (Putri, 2024).

Namun, di balik kemajuan tersebut, masih ada pekerjaan rumah besar. Keterbatasan infrastruktur digital di daerah terpencil membuat sebagian masyarakat belum bisa memanfaatkan layanan digital dengan maksimal. Pemerintah perlu memastikan pemerataan akses internet dan edukasi digital agar manfaat KIS benar-benar dapat dirasakan secara merata.

Peran Tenaga Kesehatan dan Masyarakat
Kolaborasi multi-level tidak hanya terjadi di antara lembaga pemerintahan, tetapi juga melibatkan tenaga kesehatan dan masyarakat. Para dokter, perawat, bidan, dan petugas administrasi di puskesmas adalah ujung tombak pelayanan KIS. Mereka bukan hanya pelaksana teknis, tetapi juga penghubung langsung antara kebijakan negara dan kebutuhan warga.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk memahami hak dan kewajibannya sebagai peserta KIS juga menjadi faktor penting. Masih banyak warga yang belum mengetahui prosedur pendaftaran, sistem rujukan, atau hak pelayanan mereka di fasilitas kesehatan. Di sinilah peran sosialisasi dan edukasi publik perlu diperkuat (Sinaga, 2025). Beberapa daerah mulai menggandeng organisasi masyarakat dan kader kesehatan untuk memperluas jangkauan informasi. Melalui pendekatan sosial dan komunitas, pesan tentang pentingnya memiliki KIS dapat tersampaikan dengan lebih mudah dan persuasif.

Menuju Sistem Kesehatan yang Inklusif dan Berkelanjutan
Program Kartu Indonesia Sehat telah membuka babak baru dalam sistem jaminan sosial di Indonesia. Namun, keberlanjutan program ini bergantung pada tiga hal utama: kolaborasi lintas level yang solid, manajemen data yang terintegrasi, dan partisipasi aktif masyarakat.

KIS bukan sekadar kartu untuk berobat gratis, melainkan simbol dari komitmen negara dalam melindungi warganya dari risiko finansial akibat sakit. Di tengah tantangan ekonomi dan ketimpangan sosial, kolaborasi multi-level yang kuat menjadi fondasi agar cita-cita "kesehatan untuk semua" benar-benar terwujud.

Ke depan, sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus terus dijaga. Setiap level memiliki peran dan tanggung jawab yang saling melengkapi. Dengan kerja sama yang berkesinambungan, Indonesia bukan hanya akan memiliki sistem jaminan kesehatan yang tangguh, tetapi juga masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan berdaya.

DAFTAR PUSTAKA
Agustanti, D., Anita, A., Purwati, P., & Kodri, K. (2022). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kepuasan Layanan Kesehatan Reproduksi National Health Insurance and Reproductive Health Service Satisfaction. Jurnal Keperawatan Raflesia, 4(1), 11-20.
Azeri, B., Tamba, W. P., & Silaban, R. A. (2025). Realisasi Progresif Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Kartu Indonesia Sehat. Pancasila: Jurnal Keindonesiaan, 5(1), 135--152.

Claudia, M. C., & Nurhasanah, N. (2025). Evaluasi Pemanfaatan E-COMMERCE Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Untuk Meningkatkan Pelayanan di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda. JURNAL ILMIAH NUSANTARA, 2(6), 778-783.

Fadillah, N. (2023). IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK PADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN MELALUI PROGRAM PANDA (Pelayanan Administrasi Melalui Whatsapp) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Kholdun, A. I., Ismoyowati, T. W., Setianingsih, L. E., Hutagaol, E. K., Suharso, E., & Rahardjo, W. (2025). SISTEM MANAJEMEN TRANSFORMASI KESEHATAN: STRATEGI, INOVASI, DAN IMPLEMENTASI MENUJU LAYANAN KESEHATAN BERKELANJUTAN. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Kuraini, S. N., Anggraini, A. N., Surya, N. T., Tyas, A. K., & Widyastuti, F. (2023). Sosialiasi Program JKN melalui BPJS Kesehatan Dalam Upaya Peningkatan Kepesertaan Pekerja Sektor Informal Di RW 29, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta. Lontara Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 94-101.

Maulidiyah, R. F., Cikusin, Y., & Sekarsari, R. W. (2025). Evaluasi Kualitas Pelayanan Kesehatan Pasien Peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada Puskesmas Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Respon Publik, 19(6), 76--84.

Putri, T. A., Abdi, A., & Wardah, W. (2024). Efektivitas Pelayanan Peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kajian Ilmiah Mahasiswa Administrasi Publik (KIMAP), 5(5), 1037--1050.

Sinaga, L. S. B., Saputri, K. D., Putri, J., & Pangestoeti, W. (2025). Efektivitas Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi Warga Miskin. Kajian Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi, 2(2), 358--364.

Veronisa, V., Samin, R., & Setiawan, R. (2023). Implementasi Program Kartu Indonesia Sehat (Studi Kasus pada UPTD Puskesmas Teluk Sasah Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan) (Doctoral dissertation, Universitas Maritim Raja Ali Haji).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun