Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hidup Mati Perpustakaan di Amerika

10 November 2012   03:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:41 3578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_222338" align="aligncenter" width="576" caption="buku-buku yang tertata rapi di Athens Public Library, Ohio"][/caption]

DAHULU aku beranggapan bahwa perpustakaan adalah sebuah tempat berdebu yang memajang buku-buku, lorong-lorong sunyi dengan buku-buku lapuk, tempat yang hanya difungsikan untuk membaca. Kini, setelah melihat langsung beberapa perpustakaan umum di Amerika Serikat (AS), ternyata fungsi perpustakaan lebih dari itu. Perpustakaan bisa menjadi tempat yang sangat menyenangkan, tempat banyak orang berkumpul dan saling berbagi pengetahuan dan kegembiraan.

Istriku, Dwi, memiliki kebiasaan baru. Hampir setiap Rabu, ia akan mengajak anak kami Ara mengunjungi Athens Public Library di Athens, Ohio. Tadinya kupikir mereka hanya ingin mencari beberapa buku-buku anak yang bergambar lalu membaca di situ. Suatu hari, aku menemani mereka ke sana. Tahulah aku kalau mereka mengikuti acara Baby Stories yakni acara pembacaan cerita dongeng bagi bayi-bayi.

Pada hari itu, banyak ibu-ibu muda yang datang membawa bayi lalu berkumpul di aula perpustakaan umum. Ruangannya tidak begitu besar, namun amat ramai dengan celoteh atau tangisan bayi. Di tengah ruangan itu, terdapat seorang perempuan tua yang mendongeng sambil dilengkapi beberapa boneka. Para ibu muda serta beberapa pria bisa berkenalan dan berbincang akrab sembari memperhatikan anak kecil bermain.

Melihat aktivitas itu, aku berkesimpulan kalau ruang perpustakaan umum di Amerika bukan sekadar ruang baca, melainkan ruang untuk belajar, berbagi, bermain, serta menjalankan banyak aktifitas. Di hari ketika aku berkunjung, tersedia arena bermain bagi bayi dan anak-anak, disediakan pula minuman serta makanan berupa pop corn yang gratis dan bisa diambil kapan saja, serta berbagai aktivitas lainnya.

[caption id="attachment_222340" align="aligncenter" width="576" caption="anakku Ara sedang bercanda dengan Jacob di perpustakaan"]

1352518554391289894
1352518554391289894
[/caption]

Di tempat itu, aku juga menyaksikan aktifitas warga usia lanjut yang berkumpul bersama demi membaca puisi atau bercerita tentang pengalaman. Suasananya sangat menyenangkan sebab semua orang bergantian membaca puisi. Para warga usia lanjut bisa bertemu teman sebayanya, bisa saling berbagi informasi, hingga saling bernostalgia atau menceritakan tentang cucu-cucunya yang sedang bermain.

Aku lalu melihat papan pengumuman. Di situ tertera demikian banyak kegiatan di perpustakaan umum. Mulai dari latihan yoga, aktivitas merajut, latihan computer, pembacaan dngeng, hingga melihat bintang di malam hari. Aku lalu memutuskan untuk mengikuti acara campfire yakni kumpul di malam hari sambil melihat bintang, lalu bermain.

Sore hari, bersama istri dan bayi Ara, aku kembali ke perpustakaan itu. Di belakang perpustakaan, terdapat gundukan tanah yang membentuk lingkaran-lingkaran. Penduduk setempat menamakannya Amphitheater. Di tengah amphitheater itu terdapat api unggun. Ada pula seornag ibu yang bercerita tentang pengalaman prajurit yang menolak untuk membunuh siapapun. Kisahnya sangat mengharukan.

Semua penduduk yang datang, mengenakan pakaian dingin sebab suhu sudah mencapai kisaran dua derajat celcius. Kami lalu bergabung dengan mereka dan mengikuti acara pembacaan dongeng. Acara mendongeng hanya berlangsung sejam, selanjutnya adalah semua dipersilakan untuk mengamati bulan dan bintang.

Tak jauh dari amphitheater itu terdapat beberapa teleskop. Di setiap teleskop terdapat pegawai perpustakaan yang membantu menjelaskan kepada semua orang tentang bulan dan bintang. Aku pun ikut antri dan melihat betapa indahnya bulan di malam hari. Melalui teleskop itu, bulan terasa sangat dekat. Aku bisa melihat kawah-kawa serta dataran tinggi di bulan. Inilah pertama kalinya aku melihat bulan dari posisi yang sangat dekat.

Acara selanjutnya adalah bermain dan belajar. Semua anak-anak dibagi berdasarkan usianya. Masing-masing kelompok dipandu oleh beberapa orang dewasa. Beberapa kelompok bermain di lapangan. Masing-masing anak mengenakan gelang yang bisa menyala dengan warna-warni sehingga bisa dikenali. Aku juga melihat kelompok yang menyusuri pesisir dekat sungai. Para anak-anak itu diperkenalkan tentang sungai serta binatang-binatang yang ada di sekitar sungai. Mereka belajar sambil beraktivitas.

[caption id="attachment_222342" align="aligncenter" width="576" caption="berbagai kegiatan terpampang di papan ini"]

13525186231561323723
13525186231561323723
[/caption] [caption id="attachment_222343" align="aligncenter" width="576" caption="kegiatan mendongeng di malam hari"]
1352518692690507444
1352518692690507444
[/caption] [caption id="attachment_222344" align="aligncenter" width="576" caption="istri dan anakku ikut aktivitas mendongeng"]
13525187391721902721
13525187391721902721
[/caption]

Makna Perpustakaan

Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan kaku.

Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas, menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang juga menguatkan inteligensi seorang anak.

Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta menjalin keakraban dengan banyak orang.

[caption id="attachment_222345" align="aligncenter" width="576" caption="istriku memandang bulan melalui teleskop"]

13525188031895159204
13525188031895159204
[/caption] [caption id="attachment_222346" align="aligncenter" width="576" caption="rak-rak buku di perpustakaan"]
13525189131274132913
13525189131274132913
[/caption]

Mungkin ini makna perpustakaan yang hilang di masyarakat kita. Mungkin ini pula cerminan kemajuan berpikir satu komunitas, menunjukkan sejauh mana apresiasi mereka pada ilmu pengetahuan, serta menunjukkan solidaritas dan kecintaan masyarakat satu sama lain lewat kegiatan bersama. Pada akhirnya aku berpikir bahwa hidup mati satu perpustakaan senantiasa bergantung pada masyarakat atau komunitas di sekitarnya.

Ketika masyarakat mencintai ilmu pengetahuan serta memiliki niat berbagi pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi jantung utama semua aktivitas. Dan ketika masyarakat hanya memikirkan politik dan kekuasaan, dan tidak mencintai ilmu pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi tempat berdebu yang dipenuhi sarang laba-laba. Entah, kita berada di titik mana.(*)

Athens, November 2012

[caption id="attachment_222347" align="aligncenter" width="576" caption="saat aku belajar mendongeng untuk Ara. Lucu gak?"]

13525195781467020570
13525195781467020570
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun