Pada awal tahun 2022, pemerintah Indonesia sempat mencanangkan program konversi kompor gas LPGÂ (Liquified Petroleum Gas)Â ke kompor induksi. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor LPG, mengurangi beban APBN untuk subsidi LPG, serta mendukung transisi ke energi bersih dan ramah lingkungan. Program ini menuai berbagai pro dan kontra karena masyarakat Indonesia belum mengenal kompor induksi dengan baik. Setelah melalui beberapa kajian, diskusi, dan uji coba di beberapa tempat, misalnya Denpasar dan Solo, program tersebut akhirnya dibatalkan menjelang akhir tahun 2022.
Menurut Badan Pusat Statistik (2023), hanya sekitar 0,74% atau 574 ribu rumah tangga di Indonesia yang menggunakan kompor listrik (termasuk kompor induksi di dalamnya) untuk memasak sehari-hari. Populasi penggunanya sangat jomplang dengan kompor gas yang mencapai jumlah sekitar 65,75 juta rumah tangga atau 86,91%. Persentase tersebut jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Angka tersebut juga menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai kompor listrik masih sangat rendah. Hal tersebut merupakan salah satu faktor atas gagalnya program konversi kompor gas LPG ke kompor induksi.Â
Sebagian besar masyarakat kita tidak bisa membedakan antara kompor listrik dengan kompor induksi. Banyak orang beranggapan bahwa keduanya adalah sama. Padahal kompor listrik tidak sama dengan kompor induksi. Pernyataan yang benar adalah kompor induksi merupakan salah satu jenis kompor listrik. Setidaknya, ada 3 jenis kompor listrik yang saat ini beredar di pasar, yaitu kompor listrik elemen, kompor keramik, dan kompor induksi. Mari kita bahas satu persatu ketiga jenis kompor tersebut.
Kompor Pelat Panas
Disebut juga sebagai kompor listrik elemen, kompor listrik jenis ini merupakan kompor listrik generasi awal dan paling tua teknologinya. Dalam bahasa Inggris kompor ini disebut hotplate hob. Sistem pemanasan kompor ini pada dasarnya sama dengan proses pemanasan pada penanak nasi (rice cooker) atau setrika listrik. Panas dihasilkan dari elemen pemanas listrik (heating element) yang dialiri arus listrik. Panas kemudian dihantarkan ke panci untuk kemudian digunakan untuk memanaskan makanan yang ada di dalamnya. Efisiensi penggunaan energi listrik pada kompor jenis ini cukup rendah, hanya berkisar antara 50 - 60% karena panas banyak terbuang selama beberapa kali proses perpindahan panas dari elemen pemanas ke makanan.
Ciri khas kompor listrik jenis adalah bulatan menonjol pada zona masaknya, berbeda dengan kompor listrik tipe lain yang rata. Disitulah elemen pemanas diletakkan. Semua jenis panci atau alat masak bisa dipakai pada kompor pelat panas, asal bagian bawahnya datar. Dari sisi harga, kompor tipe ini juga lebih murah karena teknologinya yang sederhana.Â
Kompor Keramik
Kompor ini disebut sebagai kompor keramik karena elemen pemanas listrik berupa kawat nikelin ditanam dalam piringan keramik yang akan menghasilkan panas sangat tinggi saat dialiri arus listrik. Ada beberapa sebutan lain untuk kompor ini, antara lain kompor inframerah / infrared (piringan keramik akan berubah menjadi merah menyala saat kompor dinyalakan) dan kompor radiasi (perpindahan panas dari piringan keramik menggunakan radiasi panas bertemperatur tinggi). Dalam bahasa Inggris, kompor ini disebut sebagai ceramic hob atau radiant hob.
Efisiensi penggunaan energi kompor keramik lebih tinggi daripada kompor listrik elemen tetapi lebih rendah daripada kompor induksi, yaitu berkisar antara 60 - 70%. Sama seperti kompor pelat panas, kompor ini bisa menggunakan semua jenis panci asal permukaan bawahnya datar.