Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

DeJa vu! Tanding Ulang Jokowi-Prabowo

18 Januari 2019   10:54 Diperbarui: 19 Januari 2019   06:09 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya senang dengan Judul Head Line di halam utama   Kompas Hari ini berjudul Capres Belum Saling Mengapresiasi ditampilkan dalam narasi yang sesuai dengan fakta dilapangan. Selama kurang lebih 4 jam kedua pasangan calon mencoba mengemukakan visi dan misinya lalu memilih amplop huruf A s.d E yang didalamnya sudah ada pertanyaan dari para panelis.  Masing masing Pasangan calon mulai menajwab pertanyaan kemudian pasangan calon menyanggahnya begitu sebaliknya.

img-20190118-wa0044-5c41d19cab12ae0cef3bba34.jpg
img-20190118-wa0044-5c41d19cab12ae0cef3bba34.jpg
PERBEDAAN VISI

Di awal pemaparannya masing masing kandidat menyebutkan visinya masing -- masing. Jokowi menyebutkan visinya bersama KH. Ma'ruf  Amin adalah Indonesia Maju.  Maju karena langkah -- langkah sebelumnya sudah dipancangkan. Narasi pembangunan negara maju dengan infrastruktur yang menunjang adalah entry pointnya. Sedangkan Prabowo yang punya style Amerikanya Trump Make American Great Again ! Selalu dan kembali  menyebutkan Indonesia Menang. Dengan artian Bangsa ini pernah jaya, dan saat ini Indonesia berada di keterpurukan. Narasi Tingkat Korupsi di Indonesia yang sudah stadium 4 dan lain --lainnya adalah menunjukan kalau mau menang maka pilihah dia. Di saat debat, pemilihan diksi korupsi stadium 4 ini menjadi hantaman yang berbalik menuju kepadanya. Dilihat dari data ICW mengenai data para calon legislatif mantan terpidana/ koruptor salah satu yang terbanyak sejumlah 6 (enam)  orang  dan Prabowo adalah Ketua Umum yang mengesahkan pencalonannya.

Pada sesi  pertama dengan tema hukumdan  ham  kemudian korupsi dan terorisme terlihat jelas panggung milik siapa. Kalau menurut Charles Bonar Sirait (pakar komunikasi, kandidat Doktor Komunikasi ) ketika saya menyambanginya semalam di kantornya di  kawasan Benhil untuk nonton bersama debat capres. Pemilihan Charles didasari pada debat tahun 2014 lalu, dia pernah mengupas dari sisi komunikasi politiknya . Meski demikian saat ini tentu ada yang berbeda dengan masing -- masing kandidat pasangan .

Jokowi dan KH. Ma'ruf Amin

Charles dan analisa komunikasinya membuat kami memiliki banyak informasi yang berbeda dalam melihat debat capres malam itu
Charles dan analisa komunikasinya membuat kami memiliki banyak informasi yang berbeda dalam melihat debat capres malam itu

Pasangan nomor urut 1 ini , terlihat santai. Raut wajah Jokowi terlihat tenang dan santai. Ini dimungkinkan karena saat ini berbeda dengan lima tahun yang lalu, dimana saat itu dia masih meraba -- raba peta politik sebelum akhirnya terbiasa pada debat debat selanjutnya. Ini juga yang terlihat dari Pasangannya yang baru, KH . Ma'rud Amin pada sesi Hukum, Ham dan Korupsi belum terlalu banyak mendapatkan porsi. Pada sesi Terorisme , dominasi Kiyai ini mampu menghipnotis  pemirsa yang menyaksikan di layar kaca. Termasuk saya. Terorisme ada dua : Berasal dari pemahaman agama yang salah dan yang kedua berasal dari faktor ekonomi. Dua hal ini kemudian dibreakdown dengan solusinya yang komprehensif.

 Prabowo- Sandi 

Pasangan nomor urut  dua yaitu Prabowo Sandi berbeda lagi.  Tak ada tampilan gahar dari Prabowo, berapi --api sesuai karakternya di milier. Tampilan wajahnya lebih tenang seolah optimisme terpancar dari dirinya. Lagi pula, ini adalah debat yang kesekian kalinya dari poses politik yang dilakoninya selama ini. Meski demikian karena karakternya yang cepat bersama pasangannya yang lebih muda, maka kemenangan fisik dan stamina seharusnya menjadi modal utama mereka.

Berbeda dengan Prabowo, Pasangan mantan kadernya di Gerindra .  Dari sisi komunikasi politik, Sandi dinilai telah mampu merubah paradigma orang lain  yangmelihat  karakter nyelenehnya  menjadi sosok orator dengan pemilihan diksi yang baik. Cobabandingkan saat dia  berada pada panggung debat cagub dan cawagub DKI bersama Anis. Kalau menyimak dengan jelas pasti ada bedanya.

Saat debat semalam, Tidak ada lagi kalimat split tongue (keseleo  lidah) , artikulasi bahasa yang kurang pas, hampir semua yang diucapkannya clear . mungkin karena faktor sang Ibundanya lah yang juga seorang public speaking, performa Sandi mulai berubah.  Di sini Charles yang memiliki sekolah komunikasi dan telah menghasilkan 9 buku (bertemakan komunikasi) mengapresiasi Sandi sebagai bintangnya .

Ada beberapa hal yang dibahas selain materi debat, diantaranya :

KOSTUM KANDIDAT

Prabowo - Sandi

Soal kostum atau pakaian yang dikenakan pada saat debat pun dibahasnya. Meski semua paham  bahwa kostum/pakaian saat debat sudah menjadi kesepakatan dan tentunya ada konsultan soal desainnya, dia menyorroti gaya busana dari Prabowo yang berbeda dengan Sandi. Pakaian Prabowo dengan double beskap dianggap terlalu sesak dan tidak nyaman dilihat dari tampilan bentuk  postur prabowo . Terlepas dari itu Charles menilai komunikasi di sesi pertama Prabowo yang suka main long term (alias orator dengan durasi panjang) cukup baik. Lihatlah pada lamanya Pidato Kebangsaan  berkisar 1,5 jam  bandingkan dengan Jokowi dnegan gaya bicaranya pelan pelan dan pendek pendek bertipe sprinter. Kita ketahui bersama Debat Capres ini durasinya lama . Artikulasi dari Jokowi sulit mengimbangi gaya maraton Prabowo .

Jokowi -- Kh. Ma'ruf Amin

Debat Presiden Tahun 2019 ini adalah kali kedua bagi Jokowi dan Prabowo dan kali pertama bagi padangannya masing -- masing.  Jokowi kembali dengan pakaian kebesarannya berwarna putih , kali ini memakai peci hitam. Sementara style K.H Ma;ruf Amin tak berbeda jauh memakai baju takwa (koko) putih , berselendang putih, memakai peci dan tak lupa tetap memakai sarung sebagai ciri khasnya.

Pakaian Jokowi putih lengan panjang ini, kemudian berubah bentuknya dilipat lipat ke atas. Apalagi saat para pembawa acara meminta kesediaan untuk memberikan statemen pujian kepada pasangan lawannya. Alih alih mengiyakan, sambil mengucapkan cukup Jokowi lebih memilih melipat -- lipat lengan bajunya.

Meski demikian, Jokowi dan Prabowo tetap bersahabat paska debat. Jokowi datang untuk menyalami Prabowo dengan gaya khasnya cipika cipiki kepala beradu ke kanan dan kekiri. Uniknya Sandi mencium tangan Sang Kiai bagai hormantnya seorang murid kepada gurunya.

Itulah gambaran politik kita seharusnya. Panas di panggung dan damai setelahnya. Komunikasi politik yang dibangun dalam narasi --narasi politik keduanya bukan semata -- mata untuk mengkalkulasi suara yang akan diperolehnya nanti. Komunikasi politik harus mampu menyentuh satu dari tiga golongan pemilih. 1. Pemilih yang pro, 2. Pemilih yang kontra dan ke-3 pemilih yang belum menentukan sikap. Nah gimik, aksi-aksi dari debat kandidat semalam diharapkan mampu menjawan kegundahan golongan ketiga untuk memutuskan memilih siapa pada 17 April nanti.

Begitulah kira- kira pandangan awal saya bersama Bang Charles, membahas yang menurut orang tidak penting namun bisa menjadi pendidikan politik ke depannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun