Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money

Quo Vadis Kusut Macet di Jakarta!

8 November 2017   11:21 Diperbarui: 8 November 2017   16:28 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macet itu Bukanlah Dilema tapi Realita yang Anda harus hadapi, sumber kompas.com

BISAKAH MACET TERSELESAIKAN

Berbicara  kebiasaan masyarakat Indonesia untuk tidak membeli kendaraan baru sangat sulit sama seperti menyuruh warga belanda untuk tidak membeli sepeda. Yup, di  Belanda kepemilikan sepeda mengalahkan kepemilikan kendaraan roda empat dan ini menjadi trend hidup. Di Jepang  kebiasaan dan menjadi budaya ketika  berjalan kaki dibandingkan menggunakan kendaraan  roda empat berbanding lurus dengan aturan  tentang kepemilikan mobil. Untuk membuat SIM A di Jepang saja berkisar Rp 40 juta rupiah saking mahalnya, belum lagi harga biaya parker yang akan membuat orang Jepang lebih suka menggunakan transportasi umum dibanding  menggunakan mobil pribadi.

Ketika mobil  atau motor  berubah fungsi  menjadi benilai ekonomis ada beberapa hal yang  bisa dijadikan pijakan :

  • Peran pemerintah dari melarang moda online menjadi  saling membutuhkan dengan tidak mengenyampingkan perbaikan kualitas moda transportasi umum yang sudah ada. Selama  mereka para sopir angkot yang sering ngetem, ugal ugalan dan ongkos yang mahal maka moda online akan terus dinanti oleh para pengguna. Sama saja ketika pemerintah tidak melaksanakan kewajibannya memenuhi standar nasional dalam pengelolaan moda transportasi umum, maka jangan salahkan semakin banyak orang beralih kepada penggunaan mobil pribadi.
  • Siapa yang merasakan efek dari kemacetan yang membuat stress ? Tentu saja para  pengguna jalanana  ibu kota dan sekitarnya.
  • Siapa yang bertanggungjawab atas hilangnya waktu dan terjadi  pemborosan bahan bakar yang bila dihitung  nominalnya sangat fantastis itu? Tentu saja dibebankan kepada pemerintah karena belum menemukan solusinya.

Macet itu sudah hukum alam, pembangunan jalan untuk mengurangi kemacetan di jalan raya bukanlah salah satu solusinya karena ini bersifat sementara. Selama ada niatan satu rumah memiliki lebih dari satu mobil maka tinggal tunggu waktunya jalanan ibu kota "terkakapar" tak berdaya.  

Dilema yang sesuai Realita. Hidup di Jakarta  memaksa kita supaya lebih cerdas agar jangan tua di jalan.  Kemacetan yang sudah diprediksi oleh kita akan menghabiskan waktu terbaik untuk keluarga di rumah bisa disiasati dengan menggunakan moda transportasi online. Jangan pula salah pilih kendaraan sudah tahu macet parah ehh  kita malah pilih moda online roda empat . Jadinya sami mawon cuy !

Disadari atau tidak ini akan mengganggu psikologis kita seperti kata psikolog terkenal Bu Tika Wibisono macet adalah penyumbang stress terbesar di negeri ini. Kualitas kehidupan akan menurun di masa depan bahkan ketika Anda sampai di rumah sendiri. Belum lagi efek jangka panjang dari sisi kesehatan semisal kena prostat untuk laki laki yang sering menahan pipis karena terjebak macet atau badan sering pegal linu karena duduk berjam jam di mobil. Kita saja sebagai penumpang sering sebal kalau kena macet apalagi si pengemudi yang terus menekan perseneling  giginya sampai batas waktu yang tidak ditentukan sambil menahan hasrat buang air besar/ kecil. Hehehehehe.

Itulah kenapa ketika ke Jakarta saya lebih senang ikut mobil omprengan, tentu saja bukan sembarangan omprengan karena ini  mobil pribadi yang dipakai  untuk mengangkut penumpang lainnya  yang satu tujuan ke arah Jakarta. Konsep ini bisa dikatakan sebagai  kendara bersama ( ride sharing). Tentu hal ini sangat membantu  apalagi perkembangan digitalisasi semakin mudah untuk para pengguna  memilih kendaraan yang akan datang menjemput Anda. Tinggal download aplikasinya ,semisal Uber . Cara cerdas menggunakan aplikasi  moda ini diprediksi dapat membuat Jakarta tidak Macet total dalam lima tahun ke depandiakibatkan membludaknya invidu individu yang memiliki mobil .

Dengan Uber ,Anda tinggal memilih  titik penjemputan dan ketik titik tujuan maka  segala jenis moda akan datang menyervis kenyamanan tujuan Anda.  cara ini lebih mudah  seperti membalikan telapak  tangan sambil berharap dengan sangat  kondisi kemacetan  seperti sat ini  tidak membuat orang terjangkit hypertensi , tekanan darah tinggi . Semoga uber  membuat banyak orang semakin produktif terhindar dari stress berkepanjangan. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun