Mohon tunggu...
Yusminiwati
Yusminiwati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Langkah besarmu di masa depan dimulai dari langkah kecilmu hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PAPA dalam Pendidikan Inklusif

30 Desember 2018   13:05 Diperbarui: 30 Desember 2018   15:29 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Ibu Iis Masdiana dan Peserta Pelatihan Pendidikan Inklusif SMA Islam Athirah 1 Makassar

Istilah PAPA merupakan kepanjangan dari Present, Acceptance, Participation, Achievement. Istilah ini merupakan prinsip dalam pendidikan inklusif, yaitu:

  1. Hadir (Present)
  2. Diterima (Acceptance)
  3. Berpartisipasi (Participation)
  4. Berprestasi (Achievement)

Istilah ini saya peroleh dalam kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Pendidikan Inklusif di SMA Islam Athirah Makassar, yang berlangsung dari Tgl. 11 s.d 12 Desember 2018. Pemateri pada kegiatan ini adalah Ibu Iis Masdiana (Instruktur Nasional Direktorat PKLK Kementerian RI; Pengawas Inklusif Disdik Provinsi Sulawesi Selatan).

Kegiatan pada hari pertama, Tgl. 11 Desember 2018 diawali sambutan oleh Kepala SMA Islam Athirah 1 Makassar, Bapak Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., sekaligus membuka acara kemudian dilanjutkan dengan materi tentang Konsep Pendidikan Inklusif oleh Ibu Iis Masdiana. Secara garis besar, salah satu konsep penting dalam pendidikan inklusif adalah menyiapkan siswa menjadi toleran dan menghargai perbedaan. 

                                                                                                                                        

Adapun beberapa tantangan yang dihadapi dari segi partisipasi adalah terjadi pemisahan pendidikan yang ekstrim berdasarkan identitas tertentu, serta banyak anak yang belum terakomodasi di sekolah karena berbagai alasan. Sedangkan tantangan yang dihadapi dari segi kualitas proses antara lain adalah pembelajaran di sekolah semata-mata untuk menyelesaikan kurikulum serta perbedaan dan keberagaman kurang diperhatikan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah pola pikir dari Pendekatan Pendidikan Ekslusif ke pendekatan Pendidikan Inklusif.

Mengapa Pendidikan Inklusif? 

  1. Semua anak mempunyai hak untuk belajar bersama
  2. Anak-anak tidak harus diperlukan diskriminatif
  3. Para penyandang disabilitas menuntut segera diakhirinya sistem segregatif
  4. Tidak ada alasan yang sah untuk memisahkan pendidikan bagi penyandang disabilitas
  5. Prestasi akademik dan sosial penyandang disabilitas di sekolah inklusif lebih baik daripada di sekolah segregatif
  6. Pembelajaran di sekolah segregatif dapat dilaksanakan di sekolah umum
  7. Lebih efisien dalam penggunaan sumber belajar
  8. Sistem segregatif dapat membuat anak menjadi banyak prasangka dan rasa cemas (tidak nyaman)
  9. Semua anak memerlukan pendidikan yang membantu mereka berkembang untuk hidup dalam masyarakat yang normal
  10. Sistem inklusif berpotensi untuk mengurangi rasa kekhawatiran, membangun rasa persahabatan, saling menghargai dan memahami.

                                                                                            

Pada hari kedua, Tgl. 12 Desember 2018 diawali dengan materi Keberagaman Peserta Didik, kemudian Implementasi Pembelajaran di SPPI, dan terakhir Identifikasi & Penyusunan Instrumen Akademik. Garis besar dari materi pada hari kedua adalah bahwa ada beberapa macam bentuk keragaman pada peserta didik, yaitu: 

  1. Bentuk Fisik
  2. Jenis kelamin
  3. Latar belakang keluarga
  4. Kemampuan
  5. Keyakinan
  6. Harapan
  7. Kesukaan

Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan, hambatan belajar dan memiliki kebutuhan khusus dalam pendidikan, karena faktor internal (permanen), eksternal (temporer) dan kombinasi dari keduanya, sehingga diperlukan adaptasi dalam pembelajaran (tujuan, bahan, metode/media, dan penilaian).

Anak berkebutuhan khusus:

  1. Anak dengan hambatan penglihatan
  2. Anak dengan hambatan pendengaran
  3. Anak dengan hambatan intelektual
  4. Anak dengan hambatan fisik dan motorik (cacat yang menetap pada alat gerak dan syaraf pusat sedemikian rupa sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan).
  5. Anak autistik
  6. Anak dengan hambatan emosi dan perilaku/hambatan komunikasi dan sosial (anak yang mengalami hambatan dalam proses interaksi sosial, komunikasi, perilaku, dan bahasa, sehingga memerlukan penyesuaian layanan pendidikan)
  7. Anak dengan hambatan majemuk (lebih dari satu hambatan)
  8. Anak lambat belajar (semua pembelajaran dia lambat)
  9. Anak berkesulitan belajar (biasanya hanya salah satu mapel yang mengalami kesulitan)
  10. Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa (cerdas istimewa berarti berbakat tinggi)

Kata kunci dari materi keberagaman peserta didik adalah:

  1. Semua anak dapat belajar bersama teman-temannya cuma memerlukan waktu
  2. Semua anak berbeda
  3. Perbedaan menjadi kekuatan
  4. Belajar merupakan kerja sama antara guru, orang tua, dan masyarakat

Teknik Penilaian untuk peserta didik yang mengalami hambatan Intelektual, lamban belajar, dan kesulitan belajar spesifik:

  1. Soal lebih pendek dan lebih bervariasi
  2. Mengulangi  indikator yang sama dalam bentuk soal yang berbeda
  3. Membuat kontrak reinforcement atas  soal yang dikerjakan anak, dan terapkan dengan sesuai, misalnya  jangan beri reward apabila pekerjaannya belum selesai.
  4. Menanyakan kembali tugasnya pada saat anak tengah mengerjakan menghindari kesalahan anak dalam memahami tugas.
  5. Ajari anak untuk memahami pemanfaatan waktu dan deadline tugas.
  6. Memberi  tugas pembelajaran yang berangkaian untuk membantu pemahaman anak lebih utuh, misalnya dengan (1) bacalah bacaan ini; (2) jelaskan kembali isi bacaan kepada temanmu; (3) buatlah gambar yang menceritakan isi bacaan itu; (4) buatlah catatan mengenai bacaan itu.

Contoh penerapan strategi/metode untuk setiap kebutuhan khusus:

  • Hambatan penglihatan:

    • informasi disajikan dalam bentuk auditif dan taktil
    • posisikan guru terdengar dengan baik
    • tempatkan siswa lain jadi pendamping di sebelahnya untuk menginformasikan tulisan, gerakan, gestur guru
    • jangan gunakan kata tunjuk, "ini", itu, di sana, di sini, kamu, dll

  • Hambatan pendengaran

    • posisikan siswa duduk dekat guru
    • jangan bicara membelakangi siswa
    • upayakan wajah dan gerakan bibir guru dapat terlihat
    • berbicara dengan tidak terlalu cepat, artikulasi jelas
    • bahasa yang sederhana dan jelas
    • pengulangan dan feedback untuk memastikan siswa memahami
    • memperhatikan kemampuan berbahasa dan biacara, penguasaan kosakata, dan persepsi bunyi
    • informasi diperjelas dengan visual
    • jika mungkin jadikan siswa lain membantu dengan bahasa isyarat
    • lengkapi dengan multimedia yang aksesibel
  • Autism
    • Keterarahan wajah
    • menjelaskan dengan jelas dan sederhana
    • mempertimbangkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial
    • menghindari pemicu masalah perilaku autistic

  • Gifted/Talented

    • Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif untuk mendukung keterampilan sosial
    • Menerapkan discovery dan inquiry learning
    • Memperkaya materi dengan eksperimen

Kegiatan akhir pada pelatihan inklusif ini adalah pengisian instrumen identifikasi hambatan belajar beberapa peserta didik serta pembuatan instrumen asessment untuk setiap guru mata pelajaran. Semoga kita bisa mewujudkan impian sekolah ramah anak di masa datang. Insya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun