Terutama pak Jokowi dan jajarannya yang sekarang menjadi penguasa RI. Kalau tidak begitu, maka sia-sia saja kejujuran ditegakkan. Contoh, Nurcholish Madjid pernah mengatakan islam yes, partai islam no pada saat digaungkan pada orde baru. Tapi, begitu orde reformasi dia menjadi juru bicara sebuah partai islam dan seseorang menanyakan mengapa dulu anda menolak partai islam sekarang malah mendukung partai islam. Nurcholish menjawab, dulu kondisinya berbeda dengan sekarang. Apa publik menerima itu? Ada yang menolak dan mencibir serta ada juga yang menerima dan memahami.
Maka, jejak digital itu ada, tapi harus diklarifikasi secara nyata, betul dan sungguh-sungguh. Jangan sampai jejak digital itu dibuat-buat untuk dijadikan kenyataan dan kebenaran palsu demi memuaskan hasrat untuk memukul mereka yang berseberangan. Apalagi, sekarang banyak sekali individu-individu yang pro-aktif dan ahli dalam bidang design, edit dan sejenisnya. Masyarakat, apabila tidak hati-hati dapat terjerumus pada kepalsuan. Melihat di depan ada kemewahan tapi saat didekati dan dimasuki ternyata palsu, yang ada hanyalah pada pasir dan tanah yang kering. Innalillahi wa innailaihi raji'un.