Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Media Digital

29 Maret 2018   14:01 Diperbarui: 29 Maret 2018   14:02 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Thinkstock Photo)

Tidak ada yang tidak mampu di-hack oleh manusia. Tumbuhan dan hewan, bahkan sesama manusia pun dapat di-hack. Artinya, tidak sebatas dalam kehidupan sesungguhnya, terlebih kehidupan maya atau dalam arti digital, manusia pun mampu untuk merekayasanya.

Katakanlah tumbuhan dan hewan, banyak sekali terobosan berupa rekayasa yang dilakukan oleh manusia. Bagaimana cara manusia mencangkok dan men-stek tumbuhan, bagaimana manusia merekayasa hewan dengan cara kloning (agar mirip dengan induknya), anda semua dapat melihat manusia tidak memiliki batasan untuk berkreasi dan bereksperimen tentang segala hal.

Apalagi sekedar dunia maya dimana banyak sekali rekayasa yang dapat dilakukan oleh manusia. Hanya, jika merekayasa tumbuhan dan hewan diperlukan ilmu-ilmu rumit dengan pemahaman dan gelar yang luar biasa, dunia maya tidaklah demikian. Hanya perlu membaca buku dan praktik untuk mampu mengubah serta mengedit obyek yang menjadi tujuannya. Karena, peralatannya terbilang mudah untuk didapatkan. Software dan hardware begitu banyak tersedia, serta terbilang tidak rumit dalam melakukannya. Karena, juga bukan berkaitan dengan kehidupan makhluk, melainkan berkaitan dengan teknik atau lebih tepatnya modifikasi sesuatu yang tak nyata. Sehingga, mereka dengan mudah dan mampu membiaskan kebenaran. Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang walau gelar akademisnya tak begitu tinggi.

Dikatakan oleh beberapa orang bahwa Jejak Digital itu kejam. Memang, demikian itu tidaklah salah. Tapi, yang perlu dipahami disini ialah bahwa kebenaran itu bukanlah satu-satunya keterangan yang bisa dijadikan rujukan. Masyarakat harus memahami bahwa mengedit kata baik melalui portal berita terpercaya sekalipun mampu untuk dibiaskan oleh pengedit yang tak bertanggung jawab.

Beberapa waktu yang lalu pernah ada kejadian seperti itu, atau malahan banyak sekali kejadian-kejadian yang diambil dari portal berita maenstream lalu dirubah ke berita anti-maenstream lalu disebar luaskan. Tentu, ini harus menjadi perhatian agar masyarakat tidak terjebak pada kebenaran yang palsu. Perlu cek dan ricek kembali, tabayyun, dan mempergunakan akal sehat untuk dapat mencerna apa yang disajikan oleh portal berita internet atau koran dunia maya.

Sementara untuk di dunia nyata, kita mengenal beragam koran dan majalah yang terkenal serta kredibel juga tanggung jawabnya dapat kita percayai. Seperti, Jawa Pos, Kompas, Republika, Sinar Harapan, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Merdeka, Tempo. Berita itu benar karena diisi oleh informasi-informasi yang seimbang, baik yang pro dan kontra. Hanya kelemahannya ialah tidak semua informasi yang didapatkan dapat dijadikan berita dengan halaman yang terbatas.

Informasi yang dikumpulkan oleh wartawan tak semuanya mendapat porsi yang dapat dipublish dalam koran yang diperjual belikan. Karena berbagai faktor yang mendasari, seperti foto, data statistik penunjang, iklan dan sebagainya. juga kelemahan lain ialah informasi yang ingin disampaikan oleh pembaca tidak secepat pengaksesan melalui internet.

Katakanlah seperti golongan tua yang berpikir cermat dan dalam, tapi dari segi waktu bisa kehilangan momentum. Tapi generasi muda yang berpikir cepat dan ingin segera mendapatkan momentum, bisa jadi terjungkal karena tidak berpikir cermat dan dalam. Dan karena tahun millenial ini diisi oleh generasi baru dari kelahiran 80-90-an maka, tidak heran banyak sekali yang ingin segera mendapat informasi dengan cepat dan kurang lebih akurat.

Apalagi dengan kemampuan mereka yang kreatif namun tidak terarah, bisa jadi informasi mentah itu mereka telan mentah-mentah. Ditambah dengan suasana yang berbeda. Maksudnya, berita dimunculkan akibat kejadian pada saat itu, dimunculkan kembali pada saat ini, padahal bisa jadi konteksnya beda tapi memaksakan untuk mendapatkan paham yang sama.

Dan itulah untuk melihat bagaimana sejarah dibuat, jejak media digital itu ada. Hanya saja, banyak sekali media yang kurang kredibel di dunia maya a.k.a internet. Sering kali, Jawa Pos dalam kolom khususnya Hoax atau Fakta membeberkan berita-berita palsu dan hoax dari portal berita yang tidak kredibel. Fan page-fan page terutama di facebook juga demikian, ada banyak yang mengandung unsur kebencian dengan meng-upload capture berita pada masa lalu untuk disebar pada masa kini.

Nah, masalahnya, apa benar begitu? Kalau misal dapat dipastikan kebenarannya, maka tentu itu akan menjadi rujukan dan bentuk perlawan. Mengapa pada saat pejabat publik yang di capture dulu bicara seperti ini, tapi sekarang bicara seperti itu. Perbedaan ini harus dapat dipertanggung jawabkan oleh pejabat terkait yang bicaranya senantiasa menjadi perhatian publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun