Mohon tunggu...
Titik Yulianti
Titik Yulianti Mohon Tunggu... -

Asli ngapak

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Trauma Lihat Eksibisionis Beraksi

20 Juni 2014   03:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:03 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari lalu saya mengalami kejadian yang sangat traumatis.  Saat itu saya akan melakukan check up untuk kawat gigi saya di Purwokerto.  Saat saya datang, kebetulan tempat praktik dokter spesialis ortodontis  itu masih tutup.  Tempat itu tidak punya halaman, sehingga saya menunggu di trotoar.  Tidak berapa lama beberapa pasien lain mulai berdatangan.  Sambil menunggu, kami duduk-duduk di emperan toko yang berada di samping dokter gigi itu.

Tempat itu berada di perempatan jalan, sehingga kami berbincang sambil melihat kendaraan yang ramai berlalu-lalang.  Di tengah perbincangan, seorang bapak berhenti di trotoar yang ada di depan saya.  Kami semua tidak menghiraukannya.   Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya.  Ia terus duduk di motor dan tidak melepas helm.  Kami pikir mungkin dia sedang menunggu seseorang.

Cukup lama bapak  yang memakai jaket itu berada di sana.  Dia seolah tidak peduli pada apapun kecuali ponsel yang dipegangnya.  Rasa bosan menunggu membuat mata saya berkeliaran ke sana kemari.  Melihat kendaraan di perempatan, memperhatikan papan reklame, melihat warung makan, dan akhirnya melihat ke arah bapak itu.

Orang itu hanya memegang ponselnya, namun jemarinya tidak melakukan apapun.  Tadinya saya pikir dia sibuk sms pada seseorang yang tengah ditunggunya.  Tapi ternyata dia hanya menonton ponsel yang dipegangnya.  Entah bagaimana tiba-tiba pandangan saya sampai pada sesuatu di depan jok motornya. Sebelah tangan orang itu sibuk menggosok-gosok sesuatu.   Saya tidak menganal benda itu, sehingga saya terus memperhatikannya, hingga akhirnya tersadar.  Ternyata itu Mr P.  Itu adalah tindakan yang masih terus saya sesali hingga sekarang.  Seharusnya saya tidak perlu memperhatikannya.  Saya belum menikah, sehingga tidak tahu benda apa itu.  Tapi ketidaktahuan itu malah membuat saya jadi melihatnya.

Karea kaget, saya langsung mendekap seorang ibu yang duduk di samping saya.  Ibu itu ternyata juga sadar pada apa yang dilakukan laki-laki di hadapan kami.  Spontan kami menjerit dan lari.  Seluruh tubuh saya terasa lemas, begitu juga kedua lutut.  Rasa takut, marah, jijik, bercampur menjadi satu.  Kepala saya pun mendadak pusing dan perut terasa mual.

Saat kekalutan mereda, saya kembali melihat ke trotoar tempat bapak itu berada.  Ternyata sudah kosong. Sepertinya dia langsung menstarter motornya begitu kehebohan terjadi.  Begitu tempat praktik dibuka, saya langsung pergi ke toilet dan muntah.

Kejadian itu masih meninggalkan trauma bagi saya hingga sekarang.  Perut saya akan mual dan kepala agak pusing saat teringat.  Kadang saya bahkan berpikir setelah menikah nanti masa iya saya langsung lari begitu melihat milik suami saking traumanya.  Saya pun menceritakan kejadian ini pada beberapa teman baik saya. Salah seorang teman menjelaskan kalau orang itu mengalami kelainan yang disebut eksibisionis.  Para eksibisionis senang mempertontonkan alat vital mereka di tempat umum.  Mereka akan merasa puas saat korban kaget atau menjerit.

Sebenarnya saya pernah mendengar hal seperti sebelumnya.  Tapi yang namanya perempuan melihat hal seperti itu secara tiba-tiba, apalagi di perempatan jalan yang ramai pasti sangat mengejutkan.  Dan reaksi pertama pasti kaget atau menjerit.  Sebenarnya akan lebih bagus kalau reaksi pertama adalah melemparkan sendal ke kepala orang itu.

Untuk menghilangkan trauma, teman-teman menyarankan agar saya mengalihkan perhatian  pada hal lain yang menarik.  Tapi ini benar-benar lebih mudah diucapkan dari pada dilakukan.  Jika diantara kompasianer ada yang memiliki saran untuk membantu, saya akan sangat berterimaksih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun