Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Jika Saham Garuda Indonesia GIAA akan Melantai di Harga Rp222/lembar, Siapa Berani Borong?

29 November 2021   18:45 Diperbarui: 3 Desember 2021   03:34 5026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pesawat milik Garuda Indonesia. Sumber: Garuda Indonesia via Kompas.com

Seperti publik ketahui bahwa sejak 18 Juni 2021 saham PT Garuda Indonesia Tbk dengan lebel GIAA oleh otoritas Bursa Efek Indonesia melakukan suspend atau penghentian perdagangan GIAA di lantai BEI hingga saat ini, karena perusahaan pelat merah ini dianggap menunda penyelesaian sejumlah kewajiban berkala pada instrumen sukuk global yang sudah jatuh tempo.

Kemudian, seperti juga semua publik negeri ini faham dan mengikuti, dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan kementerian BUMN, dipaparkan kalau PT Garuda Indonesia Tbk ini secara teknikal sudah bangkrut gara-gara equity-nya sudah minus banyak alias tekor. Kewajibannya ratusan triliun yang jauh sepadan dengan jumlah modal sendiri yang dimiliki.

Beberapa artikel saya ditanggapi dan menjadi bahan diskusi intens dalam kawasan komunias pasar modal, terutama kajian saya bahwa GIAA ini tidak mungkin akan dibangkrutkan oleh pemerintah republik ini sebagai pemegang sekitar 60% saham maskapai penerbangan satu-satunya milik Indonesia. 

Pertanyaan yang serius muncul adalah "kalau GIAA akan melantai kembali di BEI, berapa harga dan apakah menarik untuk dibeli atau bahkan diborong?".

Jawaban sangat simpel, GIAA akan melantai kembali pada harga Rp. 222 atau Rp 200 persaham, maka beli, segera beli dan borong habis! Siapa berani?

Kalau saya, akan berani untuk memborongnya, sesuai kemampuan dana yang ada.

Tapi, tunggu dulu, ini namanya keputusan investasi yang butuh pertimbangan matang dan cermat agar tidak kucewa dan buntung habis dananya. Dan untuk ini, saya hendak memastikan, setiap orang "investor" punya pertimbangan yang berbeda-beda. Walaupun tujuan akhirnya sama, yaitu dapat  cuan!

Ada beberapa alasan kritis bila Anda sebagai investor hendak memborong saham GIAA saat kembali diperdagangkan di lantai Bursa Efek Indonesia :

Satu, mengasumsikan bahwa pemilik GIAA tidak akan membangkrutkan emiten PT Garuda Indonesia ini dengan alasan apapun, dan karenanya sedang diupayakan beragam cara pilihan exit strategy yang elegan untuk kemajuan dan masa depan perusahaan ini. 

Dirut PT Garuda Indonesia | sumber : finance.detik.com
Dirut PT Garuda Indonesia | sumber : finance.detik.com

Asumsi ini dilandasi keyakinan penuh dan teguh kepada pemerintahan di bawah kendali penuh Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma'aruf Amin, yang hingga kini belum ada (?) BUMN strategis yang dibiarkan merana hingga bangkrut. 

Kedua, sejak go publik di tahun 2011 saham PT Garuda Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu angka yang terendah yaitu Rp 222 per lembar. Sejak 10 tahun yang lalu, angka - angka harga terendah antara lain terjadi di Rp 412 pada tahun 2011, Rp 620/lembar di tahun 2012, Rp 419/lembar di tahun 2014, sebesar Rp 303/lembar di tahun 2015, Rp 205/lembar di tahun 2018.

Grafik-1 berikut akan memperlihatkan secara garis besar pergerakan harga saham GIAA selama berada di BEI hingga disuspend oleh otoritas Bursa Efek Indonesia.

Grafik-1 : Harga GIAA|sumber : id.investing.com/equities/garuda-indones
Grafik-1 : Harga GIAA|sumber : id.investing.com/equities/garuda-indones

Sementara grafik-1 diatas juga menunjukkan titik-titik harga tertinggi dari saham GIAA selama 10 tahun sejak go publik, antara lain  Rp 524/lembar di tahun 2011, Rp 730/lembar di tahun 2012, sebesar Rp 593/lermbar di tahun 2015 dan sebesar Rp 493/lembar di tahun 2016, bahkan di tahun 2020 mencapai harga tetingginya pada level Rp 593/lembar saham. Kemudian harga tertinggi saham GIAA di tahun 2021 pernah sampai pada angka Rp 373/lembar.

Ketiga, masa pandemi Covid-19 hingga saat ini, November 2021, IHSG di BEI masih menunjukkan keperkasaannya dan masih menjadi pilihan terbaik untuk berinvestasi. Tidak saja IHSG yang sudah menembus dan terus berada di atas angka Rp 6000-an, bahkan masih terus melaju. 

Pada grafik-2 pergerakan IHSG memperlihatkan trend yang terus menerus menaik dan bahkan tahun 2021 sebagian besar bertahan dan cenderung naik diatas Rp 6000-an. Harga tertinggi IHSG terjadi pada tanggal 19 November 2021 di angka sebesar Rp 6.720. Luar biasa!

IHSG 5 tahun terakhir | sumber : google.com/
IHSG 5 tahun terakhir | sumber : google.com/

Ini penting sekali sebagai peluang bagi emiten GIAA untuk segera pulih dan ikut melantai dan meramaikan pasar saham bersama dengan emiten-emitan lama dan terutama yang baru. Dibalik gambar grafik yang menaik, di sana terjadi jumlah investor di BEI, khususnya investor generasi milnenial yang terus melaju tumbuh.

Tentu saja sangat mungkin berbeda sikap dan memutuskan untuk membeli saham GIAA kalau segera masuk Bursa Efek Indonesia lagi, baik sebagai investor jangka panjang maupun sebagai trader yang sekedar mencari cuan dan cuan!

Apapun sikap dan keputusan yang akan diambil oleh investor, maka kemampuan untuk menerima dan mengambil risiko akan menjadi ujung tombak final decisions! 

Apakah Anda termasuk yang berani untuk memborong kalau saham GIAA dimulai di angka Rp 200/saham bila akan melantai kembali di BEI? Saya berani!

YupG, 29/11/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun