Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tuhan Jijik Melihat Penipu dan Pembohong

6 September 2019   00:10 Diperbarui: 6 September 2019   00:16 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sungguh berita baik. Betul-betul berita sangat baik. Bukan berita buruk. Betul-betul bukan berita buruk. Dengarkanlah dengan sungguh dan baik. Pasanglah telingamu untuk mendengarkannya. Fokuskan pikiranmu untuk memahaminya. Bukalah hatimu dengan lebar untuk kabar yang sangat baik ini.

Beritanya adalah bahwa Tuhan sangat jijik melihat para penipu dan akan membinasakan orang-orang yang berkata bohong!

Lho! Kenapa ini bisa dikatakan berita baik dan sangat baik? Bukankah ini malah menjadi berita buruk dan sangat buruk!?

Nah, begitulah apabila tidak mendengar dengan baik, hati dan pikirannya tidak terbuka. Sehingga inti beritanya tidak memahami, dan tidak bisa melihat dengan benar dan nyata.

Ini berita baik, sangat baik dan bukan berita buruk sama sekali bagi yang membuka hati, pikiran dan perasaannya. Simaklah dengan baik untuk melihat kebaikan dari kabar ini.

Tuhan sangat jijik melihat orang yang menipu. Maka orang yang selama ini hidup tidak menipu orang lain, maka berita ini menjadi kabar baik. Sebab, Tuhan akan berkenan kepadanya. Tuhan akan mencintainya. Tuhan akan menyayanginya. Tuhan akan memberkatinya. Tuhan akan melindungi hidupnya. Dan hidupnya penuh sukacita dan damai sejahtera.

Baginya, ini kabar yang meneguhkan hati dan imannya untuk terus menjadi orang yang menjauhi dan tidak menipu.

Bagi orang yang selama ini sukanya menipu dan mengibulin orang lain, ini kabar baik dan sangat baik baginya. Karena dia harus segera bertobat dari kebiasaannya menipu dan ngibul serta berbohong. Kalau tidak maka Tuhan jijik kepadanya. Artinya, Tuhan tidak menyukai si penipu dan pembohong. Bahkan Tuhan bisa saja melenyepkan mereka yang suka bohong.

Ini kabar baik bagi si tukang bohong dan ngibul untuk segera bertobat agar hidupnya berkenan kepada Tuhan dan menerima kasih dan berkat Tuhan sepanjang hidupnya.

Tetapi mengapa begitu banyak orang yang suka menipu dan bohong kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang mereka kasihi sekalipun juga tega membohongi dan menipu ?

Inilah ironis kehidupan itu. Sebab, sesungguhnya, setiap orang mengerti kalau menipu dan berbohong itu tidak disukai Tuhan. Bahakn jijik Tuhan melihat si penipu.

Secara normatif, nyata di mengerti bahwa sesungguhnya tak seorang pun. Anda atau saya dan mereka, yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Dicap sebagai penipu apalagi pembohong akan sangat menyakitkan. Dan karena itu dia akan marah dan membalasnya.

Tidak enak didengar dianggao penipu, karena makna penipu itu juga memang tidak enak. Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas. Oleh karenanya maka penipu itu merupakan orang yang telah berkata bohong  atau tidak jujur kepada sesama, menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran yang hakiki.

Jadi, menjadi terang benderang adanya bahwa yang jelas tindakan penipuan itu sungguh sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum; dan lagi pada ujungnya adalah bahwa penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga Kalau bukan surga maka tempatnya adalah neraka.

Sang pemilik kehidupan menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas.

Cermati pertanyaan sederhana ini, yaitu "pernahkah kita menipu diri sendiri?" Maka jawaban Anda dan saya biasanya dengan cepat  spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Ya'ialah, masak ada orang yang menipu dirinya sendiri? Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan.

Inilah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri, Pertama, merasa diri tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak. Sebab sesungguhnya tidak ada orang yang tidak berdosa.

Kedua, jangan menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti

Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun