Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Urgensi Membangun Budaya Risiko Berlalu Lintas di Tol

3 September 2019   14:58 Diperbarui: 5 September 2019   16:44 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The freezing weather has caused three separate highway pileups involving dozens of vehicles in Ohio. This multi-car crash on Interstate 275 left about 20 people injured. (dok: AP Photo/Cincinatti Enquirer, Cara Owsley

 Tabrakan Beruntun

Sungguh sangat memprihatinkan dan memilukan hati menyaksikan kecelakaan beruntun di tol Cipularang km 91 pada Senin 2 September 2019 yang harus merenggut 9 nyawa dalam waktu hanya 5 menit saja yang melibatkan 21 buah kendaraan dari berbagai jenis.

Sungguh memprihatinkan karena kejadian kecelakaan beruntun yang juga melukai puluhan orang penumpang dan membakar habis beberapa kendaraan di lokasi kejadian, seakan kejadian yang dianggap biasa saja. 

Padahal peristiwa seperti nyaris menjadi berita yang rutin terjadi di sejumlahg ruang jalan, khususnya di jalan tol.

Sejak diresmikan beroperasinya, ruas tol Cikampek ke Bandung via tol Cipularang atau juga dikenal dengan tol Purbaleunyi, terjadi kecelakaan hampir setiap tahun dan hingga kini telah menelan korban nyawa sekitar 37 orang, dan luka-luka puluhan orang, seperti dilansir dari tirto.com

Kecelakaan demi kecelakaan yang terjadi seakan tidak membuat pengendara mobil semakin lebih hati-hati dan waspada, dan nyaris berita kecelakaan yang mengantar hilang nyawa dengan sia-sia dianggap biasa saja. Bahkan mungkin dianggap takdir yang menjadi korban belaka. Ironis bukan!?

Tabrakan dapat Dihindari

Seorang mahasiswa saya di dalam kelas Manajemen Risiko menyampaikan keprihatinannya tentang kecelakaan tabrakan beruntun di km 91 Tol Cileunyi itu, dan bertanya "apakah kecelakaan seperti tabrakan beruntun di jalan tol itu bisa dihindari?".

Tegas saya menjawab bahwa dari pandangan ilmu manajemen risiko, kecelakaan di jalan manapun, apalagi di jalan tol pasti bisa dihindari terjadinya. Dan bila bisa dihindari maka korban jiwa, korban materi kehancuran dan kebakaran kendaraan bisa dihindari.

Pertimbangan utama mengapa bisa dihindari adalah karena sesungguhnya kecelakaan itu tabrakan terletak pada manusia yang mengendarai kendaraan itu. 

Si supir yang cakap dan profesional dalam mengemudi pasti akan terhindar dari kecelakaan. Kalaupun terjadi kecelakaan, maka kerugian atau korban bisa diminimalkan.

Artinya, seorang supir atau driver, bukan sekedar menjalankan kendaraan yang dibawanya. Tetapi, sebelum dia menyalakan mesin, apalagi hendak mau menginjak pedal gas kendaraannya, harus meyakinkan dirinya tentang banyak hal. 

Kalau keyakinan itu semuanya terbukti secara nyata, maka baru dia mengambil keputusan untuk menjalankan mobil itu.

Mengetahui kondisi riil dari kendaraan yang dibawa menjadi syarat mutlak sebelum menyalakan mobil. Memahami dan memastikan dengan tepat beban kendaraan yang dibawa akan menjadi pertimbangan utama baginya seperti apa kecepatan mobil yang akan di jalankan.

Serta informasi akurat tentang keadaan ruas jalan-jalan yang akan dilalui hingga sampai ke tujuan, menjadi masukan dalam membuat keputusan kritis dalam mengendalikan kendaraan yang dibawanya.

Mengamati kecelakaan yang terjadi di tol Cipularang ini, sangat meyakinkan bahwa penyebabnya adalah dari sisi pengemudi. Lihat saja misalnya, dump truck yang membawa tanah kering dan juga yang basah yang tumpah tidak karuan di jalan tol. 

Juga misalnya, ketika ada mobil yang menumbuk dari belakang, kendati didepannya sudah terjadi kecelakaan beruntun. Kecurigaan bahwa para supir tidak cakap dan profesional menjadi biang kerok kecelakaan beruntun itu terjadi.

Membangun Budaya Risiko di Jalan Tol

Mengamati bagaimana perilaku orang di jalan raya, dan terutama jalan tol, sangat kuat kecenderungan lemahnya kesadaran risiko bagi pengguna jalan raya dan jalan tol. Sehingga sangat mudah terjadi kecelakaan, baik kecelakaan tunggal apalagi kecelakaan tabrakan beruntun.

Pengemudi yang merasa memiliki jalan, menjadi raja jalanan, serta sikap tidak mau mengalah dalam keadaan kepadatan bahkan kemacetan, salib menyalib dan perilaku tidak sabar lainnya menjadi indikator sangat kuat tentang budaya risiko berlalulintas warga Indonesia yang sangat rendah.

Tentu saja memprihatinkan, karena konsekuensinya sungguh sangat mahal. Nyawa melayang, luka berat dan ringan, kendaraan hancur berantakan, menyebabkan kemacetan yang luas dimana-mana serta multi efek lainnya yang merugikan banyak orang.

Dalam situasi yang memprihatinkan ini, menjadi persoalan dan tantangan bagi masyarakat Indonesia, bagaimana membangun budaya risiko yang kuat ketika berada di jalan raya, jalan tol, jalan sempit, jalan gang, jalan tikus dan semua ruas jalan.

Budaya sadar risiko kecelakaan menjadi target yang harus dimulai dibangun, dikembangkan dan terus dimodifikasi tanpa harus mencari kambing hitam dengan situasi jalan yang tidak memadai misalnya.

Membangun budaya risiko berlalu lintas di jalan berarti mengubah pola pikir dan perilaku pengendara agar setiap orang merasa nyaman, aman, dan tidak dengan selamat di tempat tujuan masing-masing.

Untuk mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat agar sadar dan berbudaya risiko lalulintas dengan benar, perlu melalui 4 tahapan dasar, yaitu:

Tahap satu, Mengetahui atau tahu.

Tahapan ini merupakan hal mendasar agar semua pemangku kepentingan memiliki pengetahuan yang memadai tentang risiko yang akan terjadi kalau tidak memiliki budaya risiko di jalan raya.

Pengetahuan tentang risiko ini bisa dilakukan dengan memberikan pemberdayaan, sosialisasi dan pembelajaran semua orang terhadap perilaku yang berbudaya di jalan raya.

Tahap kedua, memiliki kesadaran.

Kesadaran seseorang hanya mungkin akan muncul kalau seseorang memiliki pengetahuan tentang risiko yang akan dialami sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang tabrakan maupun kecelakaan yang akan terjadi. 

Biasanya, orang yang mengetahui akan sangat potensial untuk menjadi sadar. Dan semakin tinggi kesadarannya akan menjadi dasar untuk melakukan sesuatu.

Untuk membangun kesadaran orang akan risiko yang akan dialami bila tidak dikelola, maka perlu ditegaskan apa saja yang menjadi manfaat dan biaya yang akan timbul kalau sesuatu risiko bisa di kendalikan dan bahkan dihindari.

Tahap ketiga, mendorong kemampuan mengelola risiko

Ini tahap yang ketiga yang menjadi target utama adalah mendorong berbagai upaya agar setiap orang memiliki kemampuan untuk mengelola risiko yang mungkin akan dihadapi ketika berada di jalan tol. 

Agar ketika berada di jalan raya dan jalan tol, memiliki kewaspadaan penuh dan tinggi. Sehingga segala kemungkinan risiko bis diantisipasi, dan bukan di reaksi saja.

Mendorong setiap orang memiliki kemampuan mengelola risiko, maka yang dibutuhkan dan perlu dilakukan adalah perlatihan, simulasi dan pengenalan langsung akan pilihan-pilihan risiko yang sangat potensial terjadi di jalan tol.

Tahap keempat, meningkatkan kemauan untuk melakukannya.

Artinya, seseorang bisa saja memiliki kemampuan untuk memitigasi risiko yang akan terjadi, tetapi sangat mungkin tidak memiliki kemauan untuk mengelolanya. Dan ini menjadi persoalan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem rewards and punishment agar seseorang tergerak untuk mau mengerjakan pengelolaan risiko itu. Bagi orang yang benar-benat melanggar, maka kepadanya dikenakan sanksi. Sementara yang patuh dan melakukan dengan setia, perlu diberikan pengakuan dan pengharapan.

Pemangku Kepentingan Mengelola Risiko

Semakin berkembang dan maju suatu negara, sebuah masyarakat maka kesadaran akan risiko itu semakin tinggi. Tidak saja hanya dalam berlalulintas di jalan raya atau jalan tol, tetapi dalam segala hal. 

Di dalam mengelola bisnis misalnya, sangat dibutuhkan penerapan manajemen risiko. Bahkan dalam keluarga sekalipun, penerapan manajemen risiko itu sangat dibutuhkan.

Oleh karena itu maka semua stakeholders atau pemangku kepentingan, harus menjadi pelopor dilingkungannya untuk segala sesuatu berbasis dan berbudaya risiko.

Salah satu yang tidak disadari banyk orang adalah bahwa dengan kemampuan menerapkan manajemen risiko, maka dipastikan pencapaian tujuan dan target akan memiliki probabilitas yang sangat tinggi.

Lihat saja misalnya, ada banyak perusahaan yang tidak maju dan berkembang bahkan malah umurnya tidak panjang, hanya karena tak memiliki kemampuan dan sumberdaya yang memadai untuk mengelola risiko yang ada. 

Seperti kalah bersaing di pasar, barang tidak laku, pasokan tidak bisa dikendalikan biaya-biaya terlalu besar sehingga cashflow negative terus menerus.

Management based risk akan menjadi jaminan bagi perusahaan atau organisasi apapun untuk tidak mengalami persoalan yang fatal di kemudian hari.

PT Garuda Indonesia yang belum lama ini mengalami kerugian hingga 2 triliun rupiah lebih, sesungguhnya karena penerapan manajemern risiko yang tidak profesional.

Risiko yang paling berat dihadapi oleh sebuah perusahaan atau organisasi adalah ketika reputasinya jatiuh sebagai akibat dari kesalahan dalam mengelola operasi bisnis. Reputasi jatuh, maka kepercayaan konsumen akan hilang. Mitra bisnis akan meninggalkan, dan pelan-pelan perusahaan bisa saja bangkrut.

Indonesia yang berada di zona bahaya bencana alam yang serius, bahaya gemapa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempengan bumi, menjadi alasan yang sangat kuat perlunya pengembangan budaya risiko di kalangan masayarakat. Agar ketika bencana alam datang, masyarakat mampu mengurangi risiko fatal yang akan terjadi.

Korban jiwa bisa dikurangi, korban materi juga bisa dikelola dengan antisipasi yang stategis. Karena, untuk apa masyarakat berjerih lelah habis-habisan kalau bencana alam datang menimpa, maka semuanya akan menjadi musnah dan sirna adanya.

Yupiter Gulo, 3 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun