Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Abdul Somad Menjawab, Mengakui tapi "Tak Merasa Bersalah"

20 Agustus 2019   20:32 Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:11 3364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustad Abdul Somad (tengah) Bangga mengenakan Upiah Karanji Gorontalo. (KOMPAS.COM/HUMAS PROV GORONTALO)

Dan dia mengakui tidak mempunyai maksud dan motif untuk "menistakan" agama lain, atau membuat kekacauan misalnya, seperti di kabarkan oleh ccnindonesia.com bahwa "UAS menjelaskan bahwa ceramah yang mengundang polemik itu dilakukan di Masjid An-Nur Pekanbaru sekitar tiga tahun lalu. Ia menjelaskan substansi ceramah tersebut hanya untuk menjawab pertanyaan dari jamaah tentang patung dan kedudukan Nabi Isa AS yang tertera dalam Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW."

"Kenapa diviralkan sekarang, kenapa dituntut sekarang? Saya hanya serahkan ke allah SWT. Sebagai warga negara yang baik, saya tidak akan lari, saya tak akan mengadu, saya tak akan takut, karena saya tak merasa salah dan saya tak ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa," kata UAS.

Pengakuan UAS bahwa ini hanya untuk kepentingan internal saja tanpa mempunyai motivasi mengganggu keutuhan masyarakat menjadi sangat penting dicatat. Karena sesungguhnya, hal yang sama juga sering terjadi di berbagai tempat atau forum keagamaan internal lain.

Yang mungkin saja oleh si pembawa ceramah akan memberikan penjelasan yang sifatnya improvisasi agar pesan utamanya dapat di mengerti oleh pendengar. Dan tentu saja akan menjadi berbeda makna dan pesan yang disampaikan ketika yang direkam dan disebarluaskan hanya penggalannya saja. Sangat mungkin orang yang tidak mendengar keseluruhan ceramah itu melihat dari sisi yang salah atau keliru.

Itu sebabnya, salah satu butir penting dari pesan MUI terkait dengan video USA yang viral itu adalah agar pihak polisi melacak dan mencari siapa yang merekam dan menyebarkan untuk pertama kali video ini yang akhirnya menciptakan "kegaduhan" tersendiri.

Tak Merasa Salah

Sekarang video tausiah UAS sudah beredar luas dan menjadi kontroversi ditengah-tengah publik, baik yang beragama Kristen maupun non Kristen. Dan mereka yang disebut dalam isu jin kafir dan patung salib itu merasa dilecehkan, diejek, dan dinista. Dan tentu saja begitu banyak pikiran dan perasaan yang berkembang menjadi tidak nyaman berada di tengah-tengah keragaman yang menjadi eksistensi negeri ini.

Perasaan dan sikap yang dilecehkan dan dinista dengan ceramah dari sang UAS telah diungkapkan banyak di berbagai media sosial dan media daring. Para pendeta, pastor dan petinggi umat memberikan tanggapan yang secara umum menyesalkan isi dari ceramah UAS tersebut.

Bahkan MUI sendiri mengeluarkan 5 point kunci untuk mendapat perhatian publik, pemerintah dan polisi terkait isi dari video tausiah UAS yang sudah kemana-mana beredarnya. Ke 5 point seruan dari MUI seperti yang diberitakan oleh jpnn.com, adalah :

sumber: jpnn.com
sumber: jpnn.com
  1. MUI meminta kepada aparat kepolisian untuk mengusut pengunggah pertama video yang diduga mengandung konten SARA tersebut untuk mengetahui motif, maksud dan tujuan dari pelakunya.
  2. MUI mengimbau kepada semua pihak untuk menahan diri, tidak terpancing, dan jangan terprovokasi oleh pihak-pihak yang sengaja ingin menciptakan keresahan di masyarakat dengan cara mengadu domba antarumat beragama.
  3. MUI memahami masalah keyakinan terhadap ajaran agama adalah sesuatu yang bersifat sakral, suci dan sensitif bagi pemeluknya, sehingga hendaknya semua pihak menghormati dan menghargai keyakinan agama tersebut sebagai bentuk penghormatan dan toleransi dalam kehidupan beragama.
  4. MUI mengimbau kepada semua tokoh agama khususnya umat Islam untuk bersikap arif dan bijaksana dalam menyampaikan pesan-pesan agama, menghindarkan diri dari ucapan yang bernada menghina, melecehkan dan merendahkan simbol-simbol agama lain.
  5. MUI menyarankan agar para pihak menempuh jalur musyawarah dengan mengedepankan semangat kekeluargaan dan persaudaraan.

Seruan yang sangat menyejukkan dari pihak MUI ini sangat baik untuk menjadi rujukan bagi setiap tokoh organisasi keagamaan untuk mencermati dan melaksanakannya. Sebab, urusan keyakinan dan kepercayaan kalau sudah dibawa di ruang terbuka, apalagi diperdebatkan maka ceritanya tidak pernah akan selesai dengan baik. Malah akan saling menyakiti dan membuat tembok-tembok pemisah yang sangat merusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun