Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mukjizat Tidak Perlu Dikejar, Penuhi Syaratnya

7 Juni 2019   15:36 Diperbarui: 7 Juni 2019   15:59 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theatrearlington.org

Banyak orang ingin mengalami terjadinya mujizat dalam hidupnya. Bahkan saking menginginkan menginginkannya maka berbagai usaha dan cara dilakukan supaya mujizat itu dialami.

Keinginan ini tidak ada salahnya, wajar-wajar saja seseorang yang merasa manusia berharap sesuatu perubahan dalam hidupnya, didalam kehidupan keluarga atau pekerjaannya akan adanya mujizat itu.

Boleh atau wajarkah seseorang mengejar mujizat agar sungguh-sungguh terwujud sesuai yang diinginkan? Jawabannya mungkin tidak wajar, dan karena tidak wajar maka harusnya tidak boleh. Sebab segala sesuatu yang tidak wajar berarti tidak boleh dilakukan, karena ada prinsip dasar yang memang dilanggar untuk hal itu.

Dalam kenyataan banyak orang yang berusaha mencari dan berusaha terjadinya mujizat itu. Namun nampaknya, banyak juga yang gagal untuk mencapainya. Di bagian inilah sesungguhnya persoalan tentang mujizat itu. Karena mujizat bukan seperti sebuah barang yang bisa dibeli di sebuah toko atau warung.

Sesungguhnya, ketika perjalanan hidup yang dialami semuanya beres dan berjalan lancar saja, maka mujizat tidak dibutuhkan, karena memang tidak memiliki masalah yang harus diselesaikan. Mujizat merupakan salah satu metode untuk keluar dari sebuah situasi yang sulit dan masalah genting yang sedang dihadapi. Terutama ketika segala cara, akal sehat, rasio yang dimiliki tidak juga mampu lagi menyelesaikannya.

Anda membutuhkan mujizat ketika situasi kehidupan yang sedang dihadapi "berada di ujung tanduk", yang kalau salah melangkah atau bertindak, akibatnya bisa fatal adanya, yaitu kematian yang tidak bisa dihindari. Ketika Anda menghadapi ketakutan yang luar biasa, mungkin ketakutan setengah mati, maka mujizat dibutuhkan untuk menghilangkan ketakutan itu.

Di bagian inilah sebenarnya perbedaan yang dihadapi oleh setiap orang dalam hidupnya. Sangat mungkin bagi seseorang situasinya itu sangat menakutkan, di ujung tanduk, setengah mati saja. Tetapi bagi orang lain, tidak demikian adanya, biasa-biasa saja. Dan karenanya juga maka mujizat yang dialami oleh setiap orang pasti berbeda-beda. Dan mungkin inilah yang disebutkan sebagai "pengalaman iman, pengalaman spiritual" hidup.

Jadi, mujizat hanya bisa di pahami dan diimplementasikan ketika seseorang tidak merasa aman, seseorang yang diserang dari berbagai penjuru sehingga tidak ada jalan keluar dan tinggal menunggu saja saat kematian. Mujizat menjadi bagian yang menjawab situasi seperti itu.

Mujizat atau sering juga dituliskan sebagai mukjizat  secara sederhananya diartikan sebagai segala perkara yang terjadi di luar kebiasaan umum yang dilakukan oleh Tuhan Allah melalui pada nabi-nabinya maupun rasul-rasul yang ditetapkan oleh Allah sendiri, dengan maksud membuktikan sebuah kebenaran Allah sendiri melalui persoalan yang dihadapi oleh manusia. 

Jadi mujizat ini merupakan ranahnya Tuhan Yang Maha Kuasa yang diyakini oleh seseorang sebagai orang percaya. Dan karena ini adalah wilayah kekuasaan Sang Pencipta Kehidupan, maka tentu saja cara-caranyapun merupakan cara dan waktu Tuhan sendiri.

Sumber mujizat yang terjadi bisa saja muncul dengan cara yang tidak terduga, artinya manusia tidak bisa memastikan kapan hal itu terjadi, karena hanya Allah sendirilah yang mengetahui dan menetapkannya, dan manusia hanya menerima kenyataan yang ada.

Oleh karena itu, maka manusia tidak perlu mencari tahu bagaimana mujizat itu terjadi. Karena memang manusia tidak sanggup melakukannya kecuali Tuhan sendiri memakai si manusia sebagai Rasul-Nya.

Bisa saja manusia beracara, karena cara Anda memenuhi kebutuhan Anda tidak sama dengan cara Tuhan melakukannya. Yang jelas, cara yang manusia ambil pasti cara terbaik nomor dua saja, sementara cara Tuhan  selalu cara dan waktu yang terbaik.

Hal ini perlu ditegaskan karena manusia pada level tertentu sangat tergoda untuk mencari tahu bagaimana Tuhan melakukan pekerjaannya seperti mujizat itu. Artinya pula bahwa, apabila Anda bisa mengerti Tuhan, Anda akan "menjadi Tuhan".

Tapi sadari dan mengertilah bahwa manusia tetap harus ingat, Anda bukan Tuhan ! Sebab, "Tuhan adalah Tuhan, dan Anda bukan.

Dalam salah kitab di Perjanjian Lama, ada seorang Nabi yang berkata "sebab rancangan-KU bukanlah rancangan-mu, dan Jalan-KU bukanlah jalan-mu". Sebuah pesan dan penegasan yang sangat tidak kompromistis manusia tidak boleh menggatikan posisi dan peran Tuhan dalam hidup manusia.

Banyak persoalan orientasi kehidupan yang kacau hanya karena manusia berusaha mensejajarkan hidupnya sama dengan Tuhan sendiri. Ini akan menjadi celaka tanpa ampun bagi si manusia.

Untuk situasi pemahaman yang demikian, pertanyaannya adalah "apa yang Anda harus lakukan ?"

Jawabannya sangat sederhana yaitu percayalah kepada Tuhan, dan katakan  "saya tidak tahu bagaimana Tuhan melakukannya, tapi, Ia sungguh akan melakukannya".

Artinya adalah apabila Tuhan menyuruhmu melakukan sesuatu, walau tidak masuk akal, dan rasionalitas Anda tidak mampu mencernanya maka lakukanlah dengan dasar iman yang percaya dan teguh. Taatilah Dia, sebab Dia sedang bekerja buat Anda !
Dan bersiaplah untuk mengalami sebuah mujizat ketika Anda betul-betul membutuhkannya.

Tuhan memberkati-mu!

YupG. 7 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun