Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mencoblos Sudah Usai, Kisahnya Masih Berlanjut

21 April 2019   13:40 Diperbarui: 21 April 2019   19:27 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kabar24.bisnis.com/read/20190417/15/912662/informasi-terkini-pemilu-2019-indonesia-memilih

Urusan coblos mencoblos telah usai berlalu 4 hari yang lalu Rabu 17 April 2019, namun kisah dan cerita seru yang terjadi di Tempat Pemungutan Suara, TPS nampaknya masih terus berlanjut. Dan mengisi ruang-ruang relasi sosial ditengah-tengah masyarakat, yang pada umumnya penuh dengan keseruan, kelucuan, kepanikan, keseriusan, hingga urusan reunian sesama anak bangsa

Pemilu serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Legislatih 2019-2024, walaupun hasil real count KPU belum keluar, namun secara keseluruhan bolehlah kita anggap berjalan lancar.

Walaupun disana-sini ada persoalan yang muncul, terutama didaerah yang menghadapi masalah dengan distribusi surat surat yang terlambat sehingga harus ada pengulangan. Juga ada sejumlah berita-berita penyimpangan di sejumlah TPS, yang bisa diikuti melalui sosial media yang begitu cepat beredar dan menjadi informasi publik.

Penyimpangan yang terjadi sejauh ini nampak masih dalam batas pengendalian, sehingga proses perhitungan real count KPU masih berjalan dengan terus.

Partisipasi Pemilih Naik, Golput Anjlok

Kalau indikator kualitas penyelenggaraan Pemilu adalah tingkat partisipasi pemilih, maka dapat disimpulkan Pemilu 2019 berhasil. Karena angka partisipasi meningkat sangat siginifikan, yaitu 80,90%. Angka ini lebih tinggi dari tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu tahun 2014 yang hanya 70%, dan bahkan lebih tinggi lagi dari target KPU yang sebesar 77,5%.

Menggembirakan, karena angka ini menjadi petunjuk nyata tingkat kesadaran politik masyarakat Indonesia sangat tinggi. Menggunakan hak konstituasinya ikut nenentukan Pimpinan Indonesia 5 tahun kedepan.

Angka 80,90% dari 192 jutaan pemilih, bukan angka kecil dan sangat besar untuk sebuah Negara Indonesia yang saat ini populasinya sekitar 269 juta orang.  

Dengan demikian, sekitar 155,3 jutaan pemilih yang datang ke TPS untuk mencoblos. Angka ini naik cukup besar ketimbang pemilu tahun 2014 yang hanya 133,5 jutaan pemilih yang coblos.

Keberhasilan yang dicapai KPU ini merupakan petunjuk kuat bahwa proses domokrasi melalui penyelenggaraan Pemilu ini berhasil dengan baik. 

Komunikasi politik yang dibangun lebih setahun, berhasil dengan baik. Walaupun ditengah-tengah gempuran issues hoax yang terus menerus menyerang dari berbagai arah angin.

Ini berarti, masyarakat sudah sangat sadar akan hal itu. Dan tentu saja, hoaks sudah bisa dilawan dengan perjuangan dari semua elemen publik sebagai komitmen untuk memberhasilkan Pemilu Serentak 2019.

Bagaimana dengan Golput yang selama ini merisaukan semua pihak karena sejak tahun 1999 saat pemilu, Golput itu naik terus menerus dari pemilu ke pemilu.

Tahun ini 2019 angka golput berada dibawah angka 20%, sesuai target dari KPU dan menjadi perlawan bersama oleh seluruh rakyat Indonesia. Semoga pada tahun 2024 nanti saat Pemilu akan diadakan angka  Golput bisa ditekan semaksimal 10%.

Kisah Coblos

Walaupun hasil perhitungan cepat atau QC yang dilakukan sejumlah Lembaga Survei telah mengeluarkan hasilnya sesaat setelah hari pencoblosan, dan menimbulkan pro kontra hingga kini, terutama diantara kedua kubu Capres 01 versus Capres 02, namun kisah dan cerita di TPS dan dibilik suara sungguh menggetarkan hati.

Saya menerima banyak cerita dari teman teman seluruh negeri ini, dan sangat inspiratif tidak saja karena banyak berghasil tetapi juga karena didaerah pedesaan yang sangat jauh tertinggal sehingga keluguan dan ketulusan menjadi semangat disatu sisi, tetapi juga menjadi amarah ketika kaum elit memanfaatkan situasi itu untuk kepentingan sesaat.

https://www.hipwee.com/hiburan/tps-kreatif-2019/
https://www.hipwee.com/hiburan/tps-kreatif-2019/

Secara umum, cerita di TPS merupakan kegembiraan dari semua pemilih bahkan keluarga keluarga yang datang ke TPS sambil menikmati perjumpaan dan reuni dengan sahabat lama maupun tetangga sebelah rumah.

Di TPS ada banyak hiburan, ada banyak makanan dan minuman, dan juga ada banyak ketawa dan teriakan. Inilah yang harusnya dimaknai sebagai pesta rakyat, pesta demokrasi.

Cerita Ludwig Suparmo

Teman baik saya, Ludwig Suparmo, seorang senior Konsultan dan Trainnier Manajemen Krisis dan Komunikasi, mengirimkan kisah pengalaman seharinya ikut mencoblos di TPS dekta rumahnya. Berikut kisahnya:

Kisah ini terjadi di komplek perumahan menengah di kota besar; tentu lain suasana di lingkungan masyarakat guyub di kelurahan masyarakat "biasa".

Lingkungan komplek perumahan masyarakat menengah meskipun saling kenal, sudah agak renggang ikatan silacturachmi. Masing-masing isi rumah sibuk mengurusi rumah tangganya sendiri. Orang dewasa dalam rumah tangga sibuk mencari nafkah, yang punya anak mengurusi anaknya ke sekolah.

Dengan banyak kegiatan ekstra kulikuler dan les bimbel atau kegiatan remaja diperkumpulan seni atau olah raga, anak-anak dalam satu komplek jarang berjumpa dan bermain bersama.

(Mengingtakan ketika penulis masih anak-anak di tahun 1960-an jika hujan turun, kami anak laki-laki berlarian keluar rumah ke jalan bermain di hujan, ataupun bermain bola sepak dilapangan dekat rumah -- ceria penuh perasaan berkawan dalam satu lingkugan -- meskipun itu terjadi di tengah kota di komplek perumahan golongan menengah -- ya, budaya sudah berubah mengikuti zaman!)

Sedemikian perubahan suasana di pemukiman urban, maka kisah berkumpulnya masyarakat pemukiman menengah menjadi agak lain dengan masyarakat yang lebih guyub.

Dapat dimaklumi, ibu-ibu dan kaum wanitalah yang selalu membuka keceriaan. "Eh, ibu Dini, lama nggak berjumpa!" Maka celotehan menjadi ramai, disahut dan disambut oleh ibu-ibu lainnya ketika berjumpa di TPS

Yang sudah sepuh dituntun sanak keluarga, pertanyaan: "sehat, ya?" terdengar terus menerus.

Yang sepuh diberi petunjuk oleh yang lebih muda tanpa mempengaruhi pilihan (ini kedewasaan yang perlu dihargai) bagian mana yang harus dicoblos, agar sah pencoblosannya.

Ada yang memberi semangat: "Tenang, jangan stres, kalau ada banyak kertas yang harus dicoblos!"

Memang, papan petunjuk yang disiapkan di dekat TPS dengan daftar caleg sangat membantu.

Namun ada juga yang belum masuk "kotak suara" sudah stres: "mau pipis -- buang air."

Di TPS tempat saya nyoblos, di bagian belakang rumah pak RT ada petunjuk panah menuju Toilet (wah, hebat pak RT siapkan semuanya!).

Bagi saya, karena sempat menunggu dan memang kalau pagi hari harus sering buang air kecil, begitu selesai mencoblos langsung ke toilet.

Wah, harus menunggu toilet terpakai, ya disabari. Keluar dari toilet bertemu seorang ibu rambut putih. "Bapak yang tinggal di rumah sebelah Barat?" Jawab saya: "Bukan ibu, ibu siapa?"  Ibu itu menjawab. Ya, ampun, saya tidak mengenal kembali ibu ini, perubahan fisiknya drastis, setelah ditinggal suaminya meninggal dunia tiga tahun lalu

(jadi saya tidak bertemu dengan keluarga mereka dalam kurun waktu setelah penguburan suamiya! Inilah minusnya tinggal dalam komplek perumahan di kota besar!)

Ini kisah di dalam kotak pencoblosan. "Wah, yang mana harus saya coblos? Nak, nak...tolongi ibu bawa HP ibu kemari!" Seorang gadis cepat-cepat meraihkan dengan tangannya kedepan dari luar kotak suara HP ibunya.

Ibu itu lalu berseru perlahan: "Nah, ini sudah di save, nama caleg dan nomor partai, Alhamdulillah!"

Tersenyum ibu yang di sebelah kotak suara saya. Saya ikut tersenyum sambil meneruskan pencoblosan.

Setelah selesai dari kotak suara dan masukkan surat suara ke masing-masing kotak yang disediakan, harus memasukkan jari ke tinta.

Tiba-tiba ada yang berseru: "Loh, salah kok jempol yang saya celup. Wah saya punya pencoblosan berlaku nggak? Atau saya harus ulangi pencoblosan?"

(Terikat dengan visualisasi di TV contoh jari manis atau kelingking yang harus dicelupkan!).

Juga ada seorang putri menegur ayahnya: "Bapak kok lama mencoblosya, saya sebelah bapak lebih lambat boleh nyoblos, langsung selesai."

Jawab ayahnya: "Iya nak, sampai kertas partai dan calek kedua saya lupa nama calek yang sudah saya hafalkan mau saya coblos!" Wah sudah lansia, jadi terserang demensia?

Pesta Demokrasi

Demokrasi menjadi kata pamungkas untuk menyatukan semua komponen masyarakat dalam sebuah kesatuan. Karena sesungguhnya demokrasi itu berbicara tentang rakyat itu sendiri dengan heterogenitas yang tinggi.

Lalu, pemilu merupakan isntrumen utama untuk membangun dan mengembangkan demokrasi itu sendiri. Rakyat yang berdaulat dijelaskan melalui proses menentukan pimpinannya sendiri mulai dari pusat hingga ke daerah, maupun dari daerah hingga ke pusat.

Jadi, siapapun yang memimpin, itulah representasi seluruh rakyat yang plural dalam semua aspek yang dimiliki. Sehingga ketika Presiden terpilih, maupun Anggota Legislatif terpilih, maka dia melakukan TUPOKSInya sebagai mandate dari rakyatnya sendiri.

Wajar kalau Pemilu itu merupakan pesta demokrasi, pestanya rakyat untuk memilih pimpinannya. Dalam proses itulah kesatuan visi untuk masa depan bangsa negara menjadi utama ketimbang kepentingan pribadi atau kelompok.

Memang tidak mudah menyatukan satu bahasa dan visi populasi 269 juta. Dengan keragaman yang luar biasa, dibutuhkan kemampuan yang kuat memimpinnya.

Tantangan inilah yang harus dilihat dan dicermati oleh siapapun yang akan memimpin negeri ini agar lebih maju, maju dan terus maju. Indonesia

Yupiter Gulo, 21 April 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun