Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Manajemen Krisis untuk Membangun Manusia Berkarakter

31 Desember 2018   13:58 Diperbarui: 31 Desember 2018   18:13 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berbicara tentang karakter lebih mudah langsung mendeskripsikanya sebagai "kelakuan atau tabiat jelek", "tingkah laku buruk".

Mudah menunjuk politisi yang "tidak berkarakter", pengusaha yang "karakternya rendah "bahkan kawan dekat mudah kita tuding "tidak berkarakter".  Sedang person yang memiliki karakter, biasanya dikatakan "orang baik"; namun sulit menunjuk siapa "orang yang baik"?

Karakter positif tidak mudah terlihat. Jadi bila karakter baik tidak tampak, rasanya "hilang", tidak mudah ditunjukkan. Bad character knows no boundaries. Sepertinya karakter baik atau orang yang berkarakter sulit ditemukan, namun bila seseorang karakternya negatif, tidak ada batasan kejelekannya.

Juga ada pernyataan yang perlu kita diskusikan bahkan dibuat penelitian ilmiah bahwa: good characteris exemplified every day and too often goes unnoticed.  Jadi sesungguhnya karakter baik itu dapat dicontohkan. Karakter itu tertanam dalam masing-masing kita.

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tanda yang tergoreskan".  Kemudian ada yang memplesetkan bahwa kata karakter itu berarti goresan atau jalur bekas (seperti goresan bekas luka ditubuh atau dikulit). Dianggaplah bahwa goresan pribadi itu paling sesuai mengartikan kata karakter yang dapat disamakan sebagai kata-kata atau istilah engrave, scrape atau scratch.

Engrave--An active art of determining what build source character -- honesty, courage, and the like. Dengan kata lain disrtikan sebagai tergores secara dalam -- seperti sikap kejujuran, keberanian.


Scrape--Learning from the challenges that come our way (or those we create) and then proving what we learned by doing much better than before. Artinya, bahwa peninggalan masalah-- sesuatu yang kurang baik yang menjadi pembelajaran hidup, kemudian kita usahakan memperbaikinya.

Scratch--The act of working our way back when we fall down and gaining strength of integrity from what we experience.  Artnya, jalur bekas tingkah laku kurang baik yang mengakibatkan keterpurukan kemudian kita mendapat kekuatan balik penuh tanggung jawab.

Karakter merupakan segala yang baik, bahkan lebih dari itu. Karakter tidak hanya merupakan kata ajektif, kata karakter juga merupakan kata kerja aktif; karena menunjukkan perilaku kita, cara kita melakukan sesuatu, dan sebab musabab kita melakukannya. Karakter juga menunujukkan bagaimana kita dapat menanggulangi permaslahan.

Bila dicermati dengan baik dalam prakteknya, harus diakui bahwa pengembangan bidang karakter di Indonesia sudah lama menjadi perhatian dalam dunia pendidikan mulai dari pendidikan formal terendah hingga pendidikan tinggi, namun tampaknya belum menghasilkan kemajuan yang dapat dinilai positif, bahkan ada yang mengatakan kita "masih kebingungan", arah mana yang hendak dituju dalam rangka pengembangan karakter ini.

Any given day, we should have more positive character choices and actions than negative ones. Kalimat ini menjadi acuan pembahasan diskusi, karena memang demikian dalam kehidupan "berkarakter", sesungguhnya kita diberi pilihan tidak melajutkan karakter negatif, tetapi seharusnya mengembangkan karakter positif.

We should build character through our good choices anda ctions as often as we can. Thisis the choice of our character. Acuan demikian menjadi pokok bahasan yang perlu dianalisis lebih mendalam, untuk mendapatkan arah pengembangan karakter bagi mahasiswa, professional, pengajar atau dosen, bahkan pembisnis dan pengusaha.

No matter our age, we should never dig a big hole in our character in which we spend a Life time trying to recover. The younger we are, the longer the life time of recovering. And this is why trying to make the best choices possible and take the most appropriate Actions as often as possible early in our lives can make a very bigd ifference in the quality of our overall life.

Artikel ini memicu agar dari paragraph diatas dapat dilaksanakan suatu diskusi ilmiah tentang pengembangan karakter yang diusulkan merupakan diskusi bagi seluruh civitas akademika. Bisa saja dimulai yang muda usia, tetapi juga bagi yang lebih dewasa, sekalian yang sudah senior. Dengan maksud agar bersama memahami pentingnya bertindak recover untuk mencapai nilai hidup berkualitas tinggi dan berdaya guna bagi masyarakat.

Dalam diskusi juga akan dikemukakan bahwa karakter merupakan kombinasi dari daya pikrr dan tindakan masing-masing kita; melibatkan roh, hati nurani dan "backbone", kekuatan tubuh kita. Karakter adalah cara kita menghadapi cobaan, tetap tangguh, "move-on", maju terus, bagaimana kita melindungi diri sendiri maupun siap melindunngi hal-hal lain.

How we respond and learn will determine the legacy of our character. Namun, meskipun paragraph ini menambahkan bahwa karakter dapat terlihat dalam sikap fisik tubuh orang, dianjurkan tidak melihat pada "tampang" fisik seseorang, seperti apa yang dikatakan "Do not look on his appearance or on the height of his stature, for the Lord sees not as mansees: man look son the ou tward appearance, but the Lord look son the heart."

Anjuran menghadapi Krisis Pengembangan Karakter:

  • Worksmart: bekerja cerdas untuk berkreasi yang terbaik, menghadapi  kesempatan/tantangan agar dapat bertahan dan semuanya dengan outc ome terbaik.
  • Dalam bersosialisasi gunakan komunikasi berempati
  • Praktekan "The Power of Love"
  • Tunjukkan kesederhanaan, berikan penghargaan bagi orang lain.
  • Be nice when everything tempt you not to be nice
  • Selalu bangkit kembali bagaimanapun peristiwa telah melanda kita, jadikan diri selalu lebih baik lagi
  • Jangan remehkan tugas atau orang lain not ask is too small and noperson is too ordinary or extraordinary to extend a hand and help

Sesungguhnya masing-masing kita boleh memilih sendiri karakter macam apa yang ingin kita miliki. Tentu sebagai bayi kemudian tumbuh sebagai anak kecil kita mungkin belum sadar akan “hak pilih” ini, dan seperti yang dikatakan ahli psiklogi anak enyatakan bahwa anak itu akan meniru sekelingnya, termasuk meniru bentuk tabiat, tindakan sopan santun orang-orang sekitarnya, dan ini menjadikan pembentukan karakter semasa anak. Sewaktu remaja harusnya kita sadar bahwa kita dapat memilih mulai membangun karakter ”baik”, mengikuti tabiat dan tingkah laku yang baik.

Jika menyadari bahwa sebagai manusia kita bukan yang sempurna, maka seyogyanya kita harus melatih diri memilih yang baik dan melepaskan yang tidak/kurang baik. Seharusnya remaja harus disadarkan memilih yang baik; hal ini dilakukan dengan memberi contoh, baik perilaku orang dewasa sekitarnya, juga melalui pendidikan di sekolah, termasuk membacakan dan memberikan bacaan kisah biografi atau pencapaian prestasi/peneuan-penemuan orang-orang berkarakter baik.

Dengan berjalannya waktu, karakter berproses. Jika kita dalam lingkungan positif lebih mudah proses karakter berkembang menujuyang lebih baik. Namun, karena hidup ini penuh ketidak pastian maka, suatu masa yang baik, positif dan indah, dapat berubah menjadi tidak baik, tidak menguntungkan, bergerak ke arah “pencobaan”, menjadi ke arah negatif. Dalam masa demikian diperlukan kekuatan bathin dan ketekunan dalam keyakinan tidak terimbas yang jelek.

Memang ini merupakan risiko hidup, maka dari itu dalam pembentukan karakter sering nilai-nilai ajaran agama menjadi fundamental. Memperhatikan ayah almarhum saya seorang Jawa asli dari desa, mengikuti faham Kejawen, saya dapat membenarkan bahwa konsep Kejawen yang utama adalah “Eling”, “ingat” yang diartikan “sadar”. Kesadaran akan membentuk nilai-nilai positif menjadi acuan hidup sehari-hari.

Roh kita, hati nurani kita, perlu sadarkan diri agar mengerti bagaimana imbas pencobaan dan perubahan hidup sekitar yang tidak menguntungkan yang seakan akan ingin menarik kepemikiran dan ke-kelakuan negatif. Sesunggahnya kararakter itu kombinasi dari roh, hati nurani, perasaan bathin, pemikiran dan kesadaran sebagai tulang punggung hidup kita masing-masing, dengan kombinasi ini kita harus mampu melindungi diri sendiri terhadap imbas atau pengaruh luaryang negatif; kita sebaiknya sadar cara mempertahankan karakter baik kita dan sanggup terus mengembangkann menghadapi pencobaan dan keadaan yang tidak menguntungkan. Jika ini sanggup kita kerjakan dalam hidup kita sehati-hari, maka kita mementukan arah hidup berkarakter yang baik dan mulia.

Ada risiko bagi orang yang dalam keadaan baik, sukses, akan kehilangan karakter baiknya, terutama apa bila malas mawas diri.  Biasanya orang dalam keadaan nyaman akan terlena dan lupa (sifat manusia itu memang pelupa) untuk tetap bertahan pada yang baik. Belum lagi dari segi agama, ada yang berargumentasi bahwa hidup manusia ini penuh godaan syatan.

William Wiguna dalam bukunya Lifetime Behaviors, Memahami Diri dan Sesama dengan Perspektif Perilaku, dalam Bab 3 “Rajin atau Pintar” di halaman 95 menulis sebagai berikut:

“Non Scholae sed Vitae Discimus: …rajin adalah perilaku yang sangat ditekankan oleh pamong asrama. Setiap hari anak-anak dalam asrama harus bangun yang berarti pembentukan. Dalam formatio, seorang anak dipandang sebagai kertas putih yang siap dibentuk oleh para formatur, yaitu para pendidikan pagi, berdoa bersama, bekerja, belajar bermain pada jam yang telah ditetapkan, setiap hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun. Kebiasaan ini dsebut formatio

Itu semua dimulai dengan menerapkan kebiasaan baik yang dipraktikkan terus-menerus. Setiap anak dibimbing agar menginternalisasi kebiasaan-kebiasaan baru yang baik.” Demikian ini memerlukan kerajinan, dan ketekunan.

Pengembangan karakter haruslah dilakukan dengan penuh kerajinan, dan ketekunan, apabila tidak diperhatikan, dan orang terlena karena suksesnya, karakter yang baik bisa saja meluntur.

Tentu saja orang yang sudah menjadi terbiasa dan merasa nyaman berkelakuan baik, akan sulit tergoda meninggalkan kebiasaan/tabiat yang baik. Orang yang terbiasa rajin akan merasa lebih nyaman agar tetap rajin.

Namun, tetap contemplation, pemeriksaan diri, setiap hari perlu mendapat perhatian. Rajin memeriksa diri dan tetap rajin mengulangi kebiasaan baik, itulah salah satu cara pengembangan karakter.

Dalam keadaan yang nyaman, secara materi mendapat kepuasan, merasa cukup, karakter harus tetap dibina. Itulah kesempatan juga berbagi acuan dan contoh berkarakter baik kepada lainnya.

Orang lain akan lebih mudah melihat contoh perbuatan kita, kelakuan kita yang baik daripada tausiah, kotbah, atau pengajaran, ataupun wejangan-wejangan dan nasihat.

Orang akan lebih mengingat karena melihat tingkah laku dan sopan santun kita. Orang lain juga terkesan, lebih ingat akan cerita kisah nyata sesungguhnya tentang sikap dan tabiat yang baik.

Kisah nyata demikian lebih bermakna dan meresap dalam kalbu orang lain; syukur dapat ditiru dan merubah cara bertindak merubah yang kurang baik, kemudian ingin mengikuti apa yang didengar, dibaca, tentang kisah nyata itu. Legacy of character carries forward like folklore.

Karakter baik yang ditempa bak panggung budaya yang berlanjut. Kisah nyata karakter baik lebih berkesan daripada nama suatu bangunan.

Catatan, artikel yang keren ini merupakan kiriman seorang sahabat baik untuk dipublish di Kompasiana,  Mr Ludwig Suparmo, seorang yang sangat pakar dan berpengalaman dalam bidang Crisis and Issue Management. Senior dalam umur berpengalaman 36 tahun sebagai pelaku bisnis menangani Krisis dan Konflik Manajemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun