Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenali 10 Sinyal Perusahaan Bangkrut, Pembelajaran dari Pailitnya Teh Sariwangi

18 Oktober 2018   16:54 Diperbarui: 20 Oktober 2018   11:56 5517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Selasa tanggal 16 Oktober 2018 merupakan moment yang paling menyakitkan bagi PT Sariwangi Agricultural Estate Agency, perusahaan penghasil teh terbesar di Indonesia, teh sariwangi, karena oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan pailit dan bangkrut.

Berita tentang bangkrutnya perusahaan penghasil teh terbesar sariwangi di Indonesia sungguh mengagetkan banyak pihak. Mengingat selama ini tidak ada berita-berita miring tentang eksistensi perusahaan ini, juga perusahaan ini termasuk perintis penghasil dan pengolah the terbesar di Indonesa yang sudah berdiri sejak tahun 1962.

Dengan pengalaman puluhan tahun dalam bidang produksi teh yang tersebar di mana-mana, bahkan keluar negeri, harusnya tidak ada alasan untuk bangkrut apalagi dengan masalah-masalah yang seharusnya sudah sangat lazim dalam dunia pengelolaan bisnis.

Juga mengagetkan berita kepailitan ini mengingat perusahaan penghasil teh sariwangi ini termasuk sangat kreatif dan inovatif. Perusahaan teh sariwangi inilah yang mempelopori teh celup sejak tahun 1970an, dan terus berkembang dengan berbagai inovasi. Orang beli tehpun identik dengan sariwangi. Sariwangi sama dengn teh, beli teh pasti sariwangi. Dia memiliki brand atau merk yang sangat kuat.

Bangkrut karena Hutang, Gagal Investasi

Berdasarkan pemberitaan yang dapat diikuti melalui hampir semua media, penyebab utama dari kebangkrutan peruahaan ini karena ketidakmampuannya membayar kewajiban kepada pihak perbankan.

Jumlah hutang sebesar Rp 1 Triliun, dan sudah mulai bermasalah sejak tahun 2015, dengan total hutang sebesar sekitar Rp. 1,5 Trilun kepada sejumlah bank. Perusahaan tidak mampu mengembalikan pinjaman kepada pihak bank, yakni PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth.

Ketidakmampuannya mengembalikan pinjaman sebesar itu akibat kegagalan investasi yang dilakukan dengan menerapkan teknologi dalam rangka meningkatkan produksi perkebunan teh untuk memasok bahan baku produksi teh sariwangi.

Kegagalan investasi, apalagi dalam jumlah yang sangat massive seperti ini, harusnya tidak boleh terjadi. Kalaupun terjadi, dipastikan karena kesalahan dalam melakukan perencanaan, bahkan studi pendahuluan dalam bentuk feasibility study bisnisnya.

Test and re retest atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi dengan analisis resiko yang ketat, harusnya sudah terdeteksi sejak awal tentang kegagalan investasi dalam bisnis perkebunan the tersebut. 

Tetapi, memang begitulah situasinu, ketika Manajemen atau CEOnya berada dalam kondisi overself-confidence, maka cenderung mengabikan hal-hal sepele tetapi menentukan, dan membuat tergelincir lebih dalam. Bahkan ketika ada tanda-tanda pun cenderung diabaikan.

10 Tanda-tanda Perusahaan akan Bangkrut

Pada umumnya kebangkrutan sebuah perusahaan tidak mendadak terjadi dalam semalam saja ataupun dalam satu minggu atau satu bulan. Tetapi selalu didahului oleh banyak hal sebagai peringatan dan tanda-tanda bahwa perusahaan itu sedang sakit.

Apabila kalau perusahaannya besar seperti Perusahaan Teh Sariwangi ini, tidaklah mudah untuk mendadak pailit atau bangkrut. Karena sinyalnya cukup jelas dan selalu terulang dalam jangka waktu tertentu.

Ibarat orang yang sakit, selalu dimulai dari gejala-gejala sederhana, lama-lama akan menjadi berat kalau tidak ditangani gejala gejala sedehananya. Bahkan kalau penangannnya keliru juga akan semakin memperberat penyakitnya, hingga membawa kepada kematiannya.

Dalam bukunya Entrepreneuership, 7th edition 2017, Hisrich and Peters mengidentifikasi ada 10 tanda-tanda atau sinyal yang harus diwaspadai bahwa perusahaan akan dan sedang menuju kepada kebangkrutan, yaitu :

  1. Menajemen keuangan menjadi tidak ketat, sehingga tidak seorangpun dapat menjelaskan  penggunaan uangnya
  2. Para direktur tidak dapat mendokumentasikan atau menjelaskan transaksi-transaksi utama
  3. Para pelanggan diberikan diskon besar-besaran untuk meningkatkan pembayaran akibat arus kas yang buruk
  4. Berbagai kontrak diterima di bawah jumlah strandard untuk menghasilkan uang tunai
  5. Bank meminta penangguhan pinjaman-pinjamannya
  6. Personnel penting meninggalkan perusahaan
  7. Bahan-bahan untuk memenuhi pensanan kurang
  8. Pajak penghasilan tidak dibayar
  9. Para pemasok meminta pembayaran secara tunai
  10. Keluhan-keluhan pelanggan mengenai kualitas  pelayanan dan produk meningkat.

Kesepuluh tanda diatas lebih dari cukup untuk menyadarkan dan mengingatkan pimpinan atau CEO perusahaan untuk memberikan dan fokus pada gejala-gejala yang ada.

Secara umum, berbicara tentang perusahaan yang bangkrut dan pailit, selalu didominasi oleh masalah keuangan, khususnya cashflow yang tidak lagi sehat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan operasi perusahaan.

Arus kas atau cashflow merupakan darah dari suatu perusahaan ataupun organisasi. Tanpa arus kas yang cukup saat dibutuhkan maka kegiatan perusahaan atau organisasi akan terhenti. Ibarat manusia, ketika darahnya terhenti mengalir ke otak dan jantung maka dalam hitungan detikpun akan menemui ajalnya.

Inti manajemen keuangan secara opersional terletak pada kemampuan manajemen arus kas oleh manajer keuangannya. Makanya harus dijaga dengans sangat ketat. Tetapi arus kas juga sekaligus memberikan informasi kepada manajemen perusahaan apakah perusahaan sakit atau sehat. Ketika uang tidak tersedia pada saat dibutuhkan maka perusahaan itu sesungguhnya sakit.

Harusnya tidak ada perusahaan yang bangkrut

Dari sisi manajerial, dan ilmu manajemen harusnya tidak ada perusahaan yang gagal atau bangkrut. Yang ada adalah perusahaan dihentikan karena tidak layak diteruskan. Sebab kalau bangkrut sebetulnya pimpinan perusahaannya yang tidak becus karena melakukan mis-management terhadap operasi perusahaan.

Dasar-dasar ilmu manajemen dan organiasi menjamin dengan berbagai instrument memberi informasi tentang tanda-tanda adanya masalah dalam perusahaan. Ketika manajemennya tidak sensitive untuk menyadari dan cepat-cepat mengambil keputusan maka situasi akan semakin parah dan parah, sehingga semakin kejeblok dan tidak bisa tertolong lagi.

Kasus pailit dan bangkrutnya PT Teh Sariwangi, yang sudah berumur 56 tahun, merupakan jamian kaya akan pengalaman, banyak makan asam garam, up and downnya perusahaan. Tidak mungkin harusnya tidak faham tanda-tanda kebangkrutan itu. Apalagi dalam industri produksi teh ini persaingannya tidaklah kejam seperti industri lainnya.

Adakah faktor lain yang menyebabkan perusahaan besar ini menjadi bangkrut dan pailit? Nampaknya, akan menjadi obyek studi untuk kepentingan ilmu manajemen dan organisasi serta manajemen keuangan.

Yupiter Gulo, 18 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun