Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersikap Kasar Tidak Memerlukan Kecerdasan

15 Juli 2018   03:34 Diperbarui: 15 Juli 2018   03:55 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu bentuk ujian terbesar bagi karakter Anda adalah bagaimana Anda memperlakukan orang yang mencoba melayani Anda.

Baik itu pelayan, operator, karyawan, sekretaris, anak-anak Anda, atau pasangan Anda.

Sebab bagaimana cara memperlakukan mereka yang melayani Anda akan menjelaskan dan menceritakan banyak hal tentang diri Anda. Tentu ini benar adanya karena sesungguhnya apa yang dilakukan setiap hari oleh seseorang, atau apa yang selalu dia sampaikan tentang apa saja, pada dasarnya mencerminkan dirinya secara personal.

Bila Anda pergi ke suatu restoran, perhatikan dan cerminati bagaimana para tamu restoran itu berinteraksi dengan para pelayan di sana. Bisa saja Anda akan menyaksikan berbagai bentuk interaksi yang muncul. Misalnya, seseorang yang kasar dan menuntut pelayanan lebih dengan menunjukkan sikap dan tingkahlaku yang tidak bersahabat.

Ada nasehat bijaksana dari Sang Guru mengatakan "Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka". Itu mungkin ujian karakter paling sederhana namun yang paling penting mendalam dan mendasar dalam interaksi hidup dengan orang lain. Bila Anda mau orang lain berbuat baik kepadamu, maka terlebih dahulu berbuat baiklah.

Psikolog sosial Eric Hoffer pernah berkata, "Sikap kasar adalah cara manusia lemah meniru kekuatan."  Sebetulnya untuk "bersikap kasar tidak membutuhkan kecerdasan sama sekali". Karena orang yang berbuat kasar berada pada level kecerdasan yang paling rendah, bahkan nyaris tidak terhitung. Memiki sikap kasar pada dasarnya, tidak menggunakan otak dan rasionya untuk meresponse sesuatu.

Tempat yang paling cocok untuk mempraktekkan karakter penting ini ialah di dalam rumah. Ada lebih banyak pernikahan yang hancur oleh karena kekasaran pasangannya. Bila diamati Nampak bahwa betapa banyak pernikahan yang hancur dan terkubur perlahan-lahan oleh karena sikap kasar pasangannya. Ada begitu banyak anak-anak dalam rumah tangga menjadi "broken heart" dan "broken home" hanya karena sikap kasar dari orang tua atau saudaranya sendiri. Ya, sikap kasar menjadi sumber kehancuran rumah tangga.

Seringkali kita paling mudah bersikap kasar kepada orang-orang yang paling kita sayangi. Anda pasti banyak kenal orang-orang yang memperlakukan keluarga mereka dengan cara-cara yang tidak akan pernah mereka gunakan untuk memperlakukan orang yang tak mereka kenal.

Di suatu surat kabar ada berita tentang sepasang suami istri yang hendak bercerai karena si suami bersikap kasar. Sang istri pergi ke pengadilan dan mengklaim suaminya bersendawa sepanjang waktu. Dia kemudian mendaftarkan perceraian mereka. Hakim mengabulkan tuntutan si istri atas dasar jika saja si suami sangat mencintai istrinya, dia seharusnya tidak akan bersendawa seperti itu. Itu sudah benar-benar membuat si istri kesal, jadi seharusnya si suami bisa lebih perhatian dan menahan diri.

Melawan dan menaklukan sikap kasar terhadap orang lain hanya dengan sikap kesopanan yang mendalam. Kesopanan adalah bentuk menyayangi dalam hal-hal kecil. Kesopanan menunjukkan rasa hormat kepada orang lain dengan bersikap baik, bahkan di area terkecil dalam hidup kita. Ketika Anda memiliki kesopanan maka sikap dan perilaku kasar akan hilang dengan sendirinya.

Berlatih dan rawatlah sikap kesopanan karena hanya dengan cara itu hubungan dengan ornag lain, relasi dengan pasangan sendiri, bahkan hubungan dengan anak-anak dan keluarga menjadi hangat dan harmonis. Hangat dan harmonis menjadi symbol bahwa disana ada kedamaian dan kebahagiaan yang sedang dinikmati oleh seisi rumah Anda. Mari mengingat dengan sungguh bahwa Tuhan telah membuktikan kasihNya yang tanpa batas pada Anda. Sekarang saatnya, tanyakan pada diri Anda, bagaimana kasih Anda pada sesama ?

Selamat berakhir pekan, 15 Juli 2018.

Yupiter Gulo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun