Hama tikus sudah lama menjadi momok bagi petani, terutama pada tanaman padi dan jagung. Serangan yang masif dapat menurunkan hasil panen dengan Tingkat kerusakan yang parah, sehingga dibutuhkan cara pengendalian yang ramah lingkungan. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya bersama dosen pembimbing lapang, Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S., berinisiatif melaksanakan program pembangunan Rumah Burung Hantu (Rubuha) di lahan pertanian Kelompok Tani Jaya 2, Desa Kromengan. Program ini diharapkan menjadi solusi nyata untuk mengurangi populasi tikus tanpa harus bergantung pada racun kimia.
Pembangunan rumah burung hantu dilakukan dengan melibatkan para anggota kelompok tani dan masyarakat setempat. Lokasi dipilih di area strategis agar burung hantu mudah beradaptasi dan menjangkau lahan sekitar. Selain itu, mahasiswa KKN turut mendampingi petani dalam menjelaskan fungsi rumah burung hantu dan bagaimana cara merawatnya. Menariknya, antusiasme petani begitu tinggi karena metode ini dianggap murah, alami, sekaligus efektif dalam jangka panjang.
“Kami para petani merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Selama ini hama tikus sering membuat kami rugi besar, jadi kami berharap rumah burung hantu ini bisa jadi solusi yang berkelanjutan. Selain mengurangi biaya pengendalian hama, cara ini juga lebih ramah lingkungan bagi lahan kami.”
Ucapan tersebut menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana seperti Rubuha bisa diterima dan memberikan harapan bagi petani di Desa Kromengan.
Tidak hanya dari petani, dukungan juga datang dari dosen pembimbing lapang. Prof. Retno Dyah Puspitarini menyampaikan,
“Pendekatan ekologi seperti rumah burung hantu ini perlu terus diperkuat. Selain ramah lingkungan, metode ini juga bisa menjadi edukasi bagi masyarakat untuk lebih peduli pada keseimbangan alam. Mahasiswa KKN telah berperan penting dalam memperkenalkan inovasi ini, dan saya berharap ke depannya Desa Kromengan bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menerapkan pengendalian hama terpadu.”
Program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 2: Zero Hunger yang mendukung ketahanan pangan, serta SDG 15: Life on Land yang mendorong pelestarian ekosistem daratan. Dengan adanya Rubuha, populasi burung hantu dapat meningkat dan berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Hal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil panen, tetapi juga memberikan kontribusi pada keberlanjutan pertanian yang lebih sehat dan produktif di masa depan.