Mohon tunggu...
Yuni Sembiring
Yuni Sembiring Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan antara Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia

9 Oktober 2023   11:15 Diperbarui: 9 Oktober 2023   12:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perekonomian adalah salah satu aspek penting yang senantiasa mendapat sorotan utama. Ketidakstabilan dalam perekonomian dapat menimbulkan berbagai masalah yang memiliki dampak yang luas pada masyarakat, misalnya tingkat inflasi yang tinggi, tingkat pengangguran yang mulai meningkat, dan ketidakstabilan harga barang dan jasa. Kondisi ekonomi yang tidak stabil ini dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan membawa dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan.

Inflasi adalah salah satu permasalahan utama yang harus diatasi dalam mengelola ekonomi. Dengan tingkat inflasi yang tinggi dan tidak dapat dikendalikan adalah hasil dari naiknya harga barang dan jasa. Naiknya harga ini dapat memengaruhi daya beli masyarakat, menyulitkan produsen, serta menghambat investasi. Dalam situasi ini, investasi dapat menurun, pendapatan nasional menurun, dan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat. Untuk mengatasi masalah inflasi, langkah-langkah perlu diambil.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai kebijakan moneter, salah satunya adalah pengenalan Inflation Targeting Framework (ITF) pada tahun 2005. ITF bertujuan untuk mempertahankan stabilitas inflasi dan mencegah kenaikan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan berkembang. Namun, pengaruh dari ITF ini masih memiliki tantangan dan dampak yang kompleks dalam perekonomian.

Menurut para ahli ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Arimurti dan Trisnanto, ITF merupakan langkah awal dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi yang timbul setelah krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Kerangka kebijakan moneter seperti ITF mencakup berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi. Salah satu instrumen yang signifikan adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), yang dapat dikenal sebagai BI Rate.

Tingkat suku bunga bank memiliki dampak langsung pada ekonomi. Jika BI menaikkan suku bunga bank, suku bunga pada produk perbankan, seperti tabungan, kredit, dan deposito, juga akan naik. Ini dapat mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menabung atau meminjam uang. Saat suku bunga tinggi, masyarakat cenderung lebih memilih menabung daripada meminjam, yang dapat mengurangi permintaan kredit. Sebaliknya, ketika suku bunga rendah, permintaan kredit cenderung meningkat karena biaya pinjaman lebih rendah. Keputusan BI dalam menetapkan suku bunga bank merupakan bagian integral dari upaya mereka untuk mengendalikan inflasi.

Namun, perubahan suku bunga bank tidak hanya mempengaruhi tingkat inflasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi investasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar rupiah. Pada saat suku bunga bank dalam keadaan rendah, investor cenderung untuk menanamkan modal mereka karena biaya modal lebih rendah. Hal ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun, sebaliknya, ketika suku bunga bank tinggi, investasi dapat menurun, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah juga memiliki dampak yang signifikan pada perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang mengalami fluktuasi dapat memengaruhi arus modal dan investasi, serta perdagangan internasional. Indonesia yang mengimpor sejumlah besar bahan baku industri menjadi sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar. Ketika nilai tukar mata uang rupiah melemah terhadap mata uang luar negeri, biaya produksi barang dan jasa yang mengandalkan impor dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kenaikan harga. Ini mengurangi daya beli masyarakat dan meningkatkan inflasi.

Pengaruh perubahan nilai tukar rupiah terhadap harga juga dapat menciptakan dilema. Saat nilai tukar rupiah melemah, produk impor menjadi lebih mahal, sehingga produsen lokal dapat melihat peluang untuk menaikkan harga barang mereka. Ini dapat memicu inflasi dalam ekonomi. Sebaliknya, ketika nilai tukar rupiah menguat, produsen lokal dapat menghadapi kesulitan dalam memperoleh bahan baku impor yang lebih mahal, yang dapat mempengaruhi biaya produksi dan harga dalam negeri.

Secara keseluruhan, hubungan antara suku bunga, nilai tukar, jumlah uang beredar, serta inflasi adalah elemen-elemen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan inflasi di Indonesia. Pemerintah dan Bank Indonesia harus mempertimbangkan dengan hati-hati bagaimana pengaruh dan interaksi antara faktor-faktor ini memengaruhi kondisi ekonomi. Kebijakan moneter yang bijaksana dan berfokus pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks ini. Selain itu, kerja sama serta koordinasi yang memiliki kaitan erat antara berbagai lembaga pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengelola ekonomi Indonesia yang dinamis dan berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun