Artikel ini mengkaji relevansi dan kontribusi aliran filsafat pendidikan Perenialisme di tengah tantangan pendidikan kontemporer yang didominasi oleh arus pragmatisme dan instrumentalisme. Perenialisme, yang berakar pada pandangan bahwa kebenaran dan nilai bersifat universal dan abadi, menawarkan solusi kritis untuk mengatasi krisis karakter dan hilangnya fondasi intelektual dalam kurikulum modern. Kajian ini menganalisis bagaimana prinsip-prinsip Perenialisme, khususnya penekanan pada Pengembangan Akal Budi melalui Seni Liberal dan pembentukan Karakter Moral, dapat menjadi jangkar etika yang kokoh bagi peserta didik.
Pendidikan di era digital saat ini menghadapi dilema yang mendasar. Di satu sisi, tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang "siap pakai" dan adaptif terhadap teknologi (pragmatisme) semakin tinggi. Di sisi lain, terjadi krisis karakter, penurunan nalar kritis, dan hilangnya fondasi moral yang kokoh. Filsafat pendidikan, sebagai kompas penentu arah, harus merespons dilema ini.
Seringkali, solusi instan yang diambil adalah dengan memprioritaskan keterampilan teknis, sementara mengabaikan pengembangan jiwa. Kondisi ini membawa kita kembali pada kebijaksanaan yang ditawarkan oleh Filsafat Pendidikan Klasik, khususnya Perenialisme (Perennialism). Berbeda dengan aliran yang berfokus pada perubahan, Perenialisme menekankan nilai-nilai yang kekal dan universal.
Artikel ini bertujuan untuk menggali kontribusi esensial Perenialisme dalam dua aspek krusial: bagaimana aliran ini membentuk akal budi (intelek) melalui kurikulum yang teruji zaman, dan bagaimana aliran ini menjadi landasan kuat bagi karakter di tengah arus pragmatisme yang cenderung merelatifkan nilai.
Landasan Epistemologi dan Ontologi Perenialisme
Perenialisme berakar pada filsafat Realisme Klasik (Aristoteles) dan Idealisme Klasik (Plato).
Ontologi (Hakikat Realitas): Perenialisme meyakini bahwa hakikat manusia (kodrat rasional) dan kebenaran (Tuhan/Hukum Alam) adalah konstan dan abadi (timeless truths). Tujuan pendidikan harus sesuai dengan sifat kekal ini.
Epistemologi (Hakikat Pengetahuan): Pengetahuan tertinggi adalah kebenaran universal yang dapat dijangkau melalui nalar (reason), bukan sekadar pengalaman indrawi atau tren sesaat.
Implikasinya, Perenialisme memandang bahwa tugas sekolah adalah mengajar siswa untuk berpikir rasional dan logis, serta membimbing mereka untuk menemukan dan menguasai prinsip-prinsip moral yang abadi.
Kurikulum: Mengembangkan Akal Budi Melalui Seni Liberal
Kontribusi Perenialisme yang paling signifikan terletak pada pandangannya tentang isi kurikulum. Untuk membentuk akal budi yang universal, Perenialisme menekankan pada Seni Liberal (Liberal Arts) dan Karya-karya Agung (Great Books).