Mohon tunggu...
yuni lathifah
yuni lathifah Mohon Tunggu... -

Si gadis Minang yang memiliki motto hidup, " tetaplah tersenyum, sesungguhnya ALLAH bersama kita". kata orang sih Jogja ini istimewa, tapi aku masih mencari sudut istimewa itu.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Panggilan Mbak/Mas dalam Persepsi Orang Minang

10 Desember 2015   03:44 Diperbarui: 10 Desember 2015   04:39 2625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hidup bersama orang yang berbeda budaya atau hidup dilingkungan baru yang berbeda budaya dengan kita, merupakan tantangan besar bagi seorang perantau. Salah satu tantangan besarnya yaitu dalam berkomunikasi.

Contohnya orang Minangkabau, Sumatera Barat yang merantau ke daerah Yogyakarta dan sering terjadi perbedaan persepsi. Diantaranya sebutan atau panggilan kepada kakak perempuan dan kakak laki-laki. Panggilan kepada kakak perempuan dalam bahasa Minang yaitu “Uni”, sedangkan kepada kakak laki-laki yaitu “Uda”. Sedangkan dalam bahasa Jawa, panggilan kepada kakak perempuan adalah “Mbak” dan “Mas” untuk kakak laki-laki.

Di Minang, sebutan Uni dan Uda itu memang digunakan untuk orang yang usianya lebih tua dari kita. Jika tak tahu berapa usia mereka kita bisa memperkirakannya, apakah mereka cocok dipanggil Uni/Uda atau tidak. Jika kita sudah pasti usianya terpaut jauh di bawah kita, maka digunakanlah panggilan “Diak” (read:adek). Namun berbeda dengan kebiasaan di Jawa. Awalnya orang Minang menganggap penggunaan panggilan Mbak dan Mas di Jawa itu sama dengan penggunaan panggilan Uni dan Uda di Minang, tetapi ternyata berbeda. Panggilan Mbak/Mas di Jawa itu tenyata sudah digunakan secara umum untuk kaum perempuan dan laki-lakinya demi untuk menghargai orang lain, dan tidak terlalu mempermasalahkan usia.

Persepsi itu terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai pesan, objek, bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Kelompok-kelompok budaya itu masing-masingnya bisa jadi berbeda dalam mempersepsi satu hal yang sebenarnya sama.

Perbedaan persepsi dan pemahaman itu lah yang akhirnya membuat sebagian orang Minang masih belum bisa menerima jika ia dipanggil dengan sebutan Mbak/Mas oleh orang Jawa yang sudah jelas lebih tua usia darinya ataupun oleh teman yang sebaya dengan mereka. Karena persepsi yang selama ini tertanam oleh orang Minang tentang panggilan Mbak/Mas itu adalah untuk orang yang lebih tua secara usia darinya. Sehingga apabila seseorang memanggil dengan sebutan Mbak/Mas, ia akan beranggaapan kalau orang itu menganggap dirinya sudah lebih tua dari mereka, padahal yang memangilnya itu adalah orang yang sudah jelas lebih tua darinya. Contohnya saja seorang ibuk-ibuk yang menggunakan Mbak/Mas kepada seorang pelajar SMA, sedangkan itu sudah sangat jelas untuk membedakan mana yang lebih tua usianya.

Dari hasil pengamatan terhadap kebiasaan orang Jawa, orang akan memanggil Mbak/Mas kepada siapa pun baik yang lebih tua ataupun yang lebih muda (selama jarak usia tidak terlalu jauh) karena belum kenal atau tidak terlalu akrab. Itu sebenarnya bertujuan untuk lebih sopan dan menghargai orang lain. Namun tetap saja orang Minang masih sulit untuk menerimanya. Mengutip pernyataan Peter Adler, bahwa mempelajari komunikasi antar budaya pada dasarnya membawa perjalanan individu untuk mempelajari kebudayaan dan realitas yang berbeda, yang pada akhirnya perjalanan tersebut kembali kepada kebudayaannya sendiri.

Kepercayaan orang Minang selama ini tentang penggunaan panggilan Mbak/Mas itu sama dengan penggunaan Uni/Uda bagi mereka, itu merupakan anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Sedangkan nilai yaitu komponen evaluatif dari kepercayaan kita, yang mencakup: kegunaan, estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bisa menunjukkan kepada kita mana yang baik dan yang buruk, mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak. Sehingga dengan memahami bagaimana penggunaan panggilan Mbak/Mas di tanah Jawa, orang Minang bisa mengambil nilai dari itu semua. Apakah mereka akan tetap tidak bisa menerima jika dipanggil Mbak/Mas terutama oleh orang yang lebih tua usianya, ataukah mereka akan menerima dan membaur dengan kebiasaan dan budaya itu.

Perbedaan persepsi orang Minang terhadap penggunaan panggilan kepada kakak di tanah Jawa yaitu Mbak/Mas, bisa membuat perbedaan penafsiran dan pemahaman dalam berkomunikasi. Awalnya kebanyakan orang Minang masih belum bisa menerima panggilan Mbak/Mas itu oleh orang yang lebih tua usia darinya, namun dengan memahami budaya di Jawa dan menyamakan persepsinya dengan kebiasaan dan persepsi orang Jawa, sehingga orang Minang pun bisa memilih apakah akan menerima panggilan itu atau malah masih tidak bisa menerimanya. Itu tergantung pada kepercayaan dan nilai yang di anutnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun