Sore ini, Selasa 12 Agustus 2025, di Korong Gantiang, Nagari Lubuak Aluang, aroma manis pisang goreng menyeruak di udara. Beralaskan terpal sederhana, warga setempat duduk melingkar bersama mahasiswa berseragam almamater hijau tua. Mereka tak sekadar berbincang santai, tetapi membahas langkah besar: menjadikan keripik pisang sebagai pintu masuk penguatan ekonomi nagari.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bidang manajemen Universitas Tamansiswa Padang. Ketua Mahasiswa KKN Korong Gantiang, Didi Perwira Negara, menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya fokus pada teknik produksi. "Tujuannya adalah memadukan tradisi lokal dengan sentuhan inovasi agar produk berbahan dasar pisang mampu bersaing di pasar yang lebih luas," ujarnya.
Pisang: Tradisi yang Tak Pernah Usang
Bagi masyarakat Sumatera Barat, pisang adalah tanaman yang akrab di kebun dan pekarangan rumah. Selama ini, olahannya masih didominasi kudapan klasik seperti pisang goreng, kolak, atau keripik gurih. Namun kini, muncul inovasi keripik pisang lumer---renyah di luar, meleleh di mulut, dengan balutan cokelat, karamel, atau varian rasa kekinian.
Produk semacam ini tidak hanya menawarkan rasa, tetapi juga pengalaman menikmati camilan. Konsumen modern, khususnya generasi muda, menginginkan sensasi baru, kemasan estetik, serta cerita menarik di balik produk.
Kreativitas dan Inovasi: Nafas UMKM
Dr. Yuni Candra, SE., MM, Dosen Pembimbing Lapangan dan pakar ekonomi kreatif, menekankan bahwa inovasi tidak berarti meninggalkan tradisi. "Kuncinya adalah memberi sentuhan baru agar produk tetap relevan dan diminati," katanya.
Ia mencontohkan, keripik pisang biasa dapat "naik kelas" melalui varian rasa seperti matcha, taro, stroberi, atau kopi. Kemasan ramah lingkungan yang mengangkat identitas lokal juga dapat menjadi pembeda di pasar. "Konsumen membeli rasa, tetapi yang membuat mereka kembali adalah cerita di balik produk," ujarnya.
Branding: Membuat Produk Melekat di Ingatan