Oleh: Yuniar Candra Nurhadi Salam Al Qudsi
Tahun 1940, lahir dari pasangan KH. Wahid Hasyim dan Ny. Solichah yang diberi nama Abdurrahman ad-Dakhil. Gus dur adalah sapaan akrab Abdurrahman wahid, anak dari kyai yang belajar menimba ilmu dengan sungguh-sungguh dan diakui oleh masyarakat sekitar yang menghormati jasa Kyai. Pendidikan beliau dimulai menjadi santri di Krapyak, Yogyakarta hingga Magelang tepatnya di Tegalrejo. Waktu berlalu, beliau pulang ke Jombang dan menjadi guru sekaligus pekerjaan pertamanya di madrasah Tambakberas, lalu tahun 1963 melanjutkan studi di Kairo, Mesir. Tahun 1966-1971 mengulangi S1 bidang sastra tepatnya di Universitas Baghdad kemudian pulang ke Indonesia, beliau ,mulai bergabung di LP3ES dan aktif menulis di Prisma.
Marzuki Wahid dalam artikelnya mengatakan, Gus Dur adalah seorang intelektual bebas (independen), atau mungkin meminjam istilah Antonio Gramsci (intelektual organik) dari tradisi akademik pesantren sehingga tulisan-tulisannya cenderung bersifat reflektif, membumi, referensi formal akademik dan pengikatan diri terhadap satu metodologi tidaklah penting, sepenting substansi yang disampaikannya.
Pemikiran gus dur tidak sepenuhnya fokus pada pendidikan pesantren, pemikiran beliau luas yang bertujuan untuk mensejahterakan umat, meliputi segala aspek kehidupan, sosial politik budaya dan pluralisme. Bukan sekedar dengan sebutan "GUS" yang pada budaya jawa dahulu terkenal dengan keilmuan mumpuninya, sekarang agak sedikit tergeser oleh fenomena kegiatan kagamaan dimana-mana yang sedikit sekali orang yang paham akan keilmuan dan sanad yang belum jelas. Gus Dur bukan sembarang gus, lebih dari itu beliau seorang intelek yang ikut andil dalam memperjuangkan Indonesia, tetapi tidak lama akhirnya dilengserkan.
Perjuangan seorang intelek melahirkan wacana serta dapat dikembangkan lebih lanjut, perjuangan beliau ditumpahkan kepada gagasan dan pemikiran yang kreatif, transformatif dan inovatif. Ini menunjukkan perhatian yang mendalam dan ketajamannya membaca realitas dan kekritisannya dalam mengambil keputusan yang bisa dilihat dari karya-karyanya. Apa saja karyanya? Tentunya sangat banyak sekali dan besar harapan untuk dikaji lebih lanjut.
Salah satu dari pemikiran dan termasuk dalam gagasan pokok Gus Dur adalah Pribumi Islam, Indonesia yang terkenal akan budaya dan adat istiadatnya. Ainul Fitriah menyebutkan Pribumi Islam bukan upaya untuk menghindarkan budaya setempat tetapi justru mencegah agar budaya itu tidak hilang, pribumi Islam tidak menjadikan agama dan budaya saling bertabrakan melainkan mewujudkan pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil autentik dari agama serta berusaha memberi jembatan yang selama ini melintas antara agama dan budaya.
Konsep dasar Gus Dur dalam gagasan ini yaitu melihat perjuangan dan dakwah dari Walisongo yang mengakomodir Islam sebagai ajaran agama yang melalui historisasi kebudayaan yang  metode pendekatannya melalui perdamaian dan tenang tanpa  menghilangkan kultur budaya pada saat itu. Pribumi Islam menurut Gus Dur adalah suatu pemahaman yang mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan lokal didalam merumuskan hukum-hukum agama tanpa mengubah hukum itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pribumi Islam tidak mengubah struktural agama Islam dan kebudayaan, melainkan memberikan angin segar dalam beragama, berbudaya dan bernegara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI