Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Membaca Politik Indonesia dengan Ketawa

27 Februari 2025   11:44 Diperbarui: 27 Februari 2025   11:44 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dibuat oleh metaAI

Di Kompas online tanggal 26 Juni 2022 kolumnis asal Semarang, almarhum Handry TM mengisi rubrik resensi buku dengan judul "Membaca Demokrasi Indonesia dengan Ketawa". Pak Handry TM di kolom tersebut meresensi buku yang pernah ditulis (Alm) Darminto M Sudarmo tentang sepakterjang koh Jaya Suprana -dengan judul "Babak Belur Belajar Berpikir" (terbitan Elexmedia Komputindo, 2021).

                            Terinspirasi dengan judul tersebut, saya mengamati perpolitikan Indonesia selama 2 (dua) pekan ini juga dengan tertawa. Lucu lucu gimana gitu. Maka izinkan saya mengambil judul: Membaca Politik Indonesia dengan Ketawa.

                                Pertama-tama soal ngambek-nya mbak Mega ketika sang Sekjen, mas Hasto, tangannya diberangus oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal KPK ini didirikan oleh Presiden RI tahun 2002, ya ibu Megawati ini. Then kegiatan "perngambegkan" ini dilanjutkan dengan surat ibu Ketum PDI Perjuangan agar kader-kadernya yang jadi Gubernur dan Bupati/ Walikota untuk absen alias tidak ikutan kegiatan retret di Magelang. Menariknya di surat penolakan retret tersebut ada tulisan "standby commander call". Kalimat tersebut mengingatkan kata-kata Eisenhower saat memimpin pasukan Sekutu di Perang Dunia kedua.

                               Apa artinya? Kita di suasana perang. Tapi ya lucunya bukan perang sungguhan, hanya perang tembang (lagu), its not perang tanding anyway. Atau minimal perang buka-bukaan wadi. Dalam Bahasa Jawa arti wadi adalah "perihal rahasia" begitu mungkin ya. Peristiwa berusaha "mbukak wadi" berikutnya adalah video youtube dari pak Hasto (Sekjen). Dengan dibumbui kalimat "Satyam Eva Jayate". Artinya kurang lebih: Kebenaran pasti menang. Bagi yang pernah ambil kuliah ekonomi -dengan melihat pernyataan bahasa Latin tersebut- mungkin ada perihal yang dilupakan. Yakni variabel waktu.

                               Iya memang kebenaran pasti menang, tapi persoalannya: Kapan. Lalu menyambung dengan ujaran Bung Karno yang pernah disampaikan saat beliau hidup. Katanya, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri". So perang ini adalah perang antar bangsa. Bisa jadi sesame bangsa, tapi di "blok sebelah" juga menyatakan hal yang sama: Satyam Eva Jayate -kebenaran pasti kan menang. Ini sama sama bangsa sendiri hLo, dan bisa jadi sama-sama benar.

                               Mengutip tulisan Syamsuddin Haris yang merupakan mantan Anggota Dewan Pengawas KPK dan Kapuspen Politik LIPI (2008-2014) dengan judul "Babak Baru Relasi Megawati-Prabowo" di halaman opini harian Kompas (27/02/25) memang penetapan status Hasto akan mengubah dinamika politik nasional ke depan, khususnya relasi Presiden ke-8 dan Presiden ke-5. Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri.

                                 Status Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kakanda Hasto Kristiyanto sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK memang tampaknya akan mengubah dinamika politik nasional wa bil khususon antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri.

                                        Ketua umum partai bergambar kepala banteng itu meminta para kepala daerah kader PDI-P "menunda" keikutsertaan dalam kegiatan retret yang Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka kasus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tampaknya akan mengubah dinamika politik nasional ke depan, khususnya relasi Presiden Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri. Pasalnya, ketua umum partai bergambar kepala banteng itu meminta para kepala daerah kader PDI-P "menunda" keikutsertaan dalam kegiatan retret yang diprogramkan Prabowo.

                                       Seperti tertuang dalam Surat Instruksi Harian Ketua Umum, 20 Februari2025, Megawati menilai penetapan Hasto sebagai tersangka merupakan "kriminalisasi hukum" sehingga Presiden ke-5 RI itu merasa perlu untuk melawan. Perintah partai yang dikeluarkan mendadak ini membuat para kader PDI-P gamang, antara mengikuti perintah ketua umum atau mengikuti kegiatan retret, sehingga sebagian ada yang mbalelo ikut retret, sebagian hanya mengirimkan sekretaris daerah, dan beberapa lainnya bertahan di Magelang, Jawa Tengah.

                                    Adakah Jokowi's effect? Nah ini asumsi lagi, barangkali memang demikian. Ibaratnya kandidat presiden tahun 2004 lalu Mega-Mujadi bersaing head to head versus SBY-MJK. Bu Mega tentunya 'nggonduk" banget sama Menterinya yang mundur lalu mencalonkan diri di kontestasi capres 2004 tersebut. Alih-alih hormat, si mantan anak buah malah menggulingkan incumbent (petahana) dengan gilang gemilang.

                                      Silaturahmi antara pak PS dengan bu MSP itu takkan pernah terjadi. Silaturahmi politik Prabowo-Megawati tak kunjung terjadi karena "faktor Jokowi". Seperti diketahui, pertengahan Desember 2024, PDI-P mengumumkan pemecatan Joko Widodo (Jokowi), putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka; dan menantunya, Bobby Nasution; sebagai anggota partai banteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun