Selalu berputar ke sana ke mari. Ibaratnya management by walking around. Ada salah satu prinsip yang beliau katakan kepada para staf waktu beliau perpisahan dari Dirjen Dayasos. Katanya kurang lebih: Perpisahan bisa dilihat dari sisi yang positif.Â
Lanjutnya: Dulu sewaktu kami sekeluarga pindah dari rumah mertua di Bandung, saya bilang ke mertua begini. Pak/ Bu ibaratnya kita ini 2 (dua) pohon yang sangat dekat. Risiko berdekatan adalah akan saling bergesekan. Mending jauhan, namun saling berkunjung satu sama lain.Â
Wafatnya pak Toto Utomo (gegara terkena covid19) berbarengan dengan meninggalnya Jenderal Wismoyo Arismunandar juga bapak Budi Purnomo -Ketua harian IMFEA (indonesia micro finance expert association). Ketiganya meninggal pada hari dan tanggal yang sama, Kamis wage 14 Jumadil Akhir 1442 H atau 28 Januari 2021. Sehari sebelumnya BMKG meramalkan awal mula hujan deras akan mengguyur jakarta.Â
Ternyata benar. Kita berharap tidak lama lama musim penghujan. Biasanya imlek kemudian berhenti. Namun hujan tangis saya kira mewarnai gugurnya para tokoh tersebut. Almarhum Wismoyo mungkin yang paling terkenal, terutama di era Orba. Beliau dulu adalah Kasad, pernah menjadi Ketum KONI, dan ipar dari mendiang presiden Suharto. Slogan terkenal beliau adalah agar prajurit itu "back to barrack". Saat memimpin KONI Pusat -dan sebelumnya PBSI- para atlet diperlakukan layaknya tentara, beliau pompakan semangat perang, demi prestasi.
Beberapa tokoh dan sahabat lain yang meninggal selama covid 19 ini misalnya adalah Dr Nurmatias, ahli perikanan dari kota Medan. Beliau pada tahun 2011-2012 menjadi konsultan Bank Indonesia, Medan. Kemudian meraih gelar doktor dari Universitas Sumatera Utara (tahun 2012), dan sempat beberapa bulan menjadi konsultan di BI Menado tahun 2020.Â
Salah satu pernyataan menarik beliau, waktu itu bilang ke saya, agar jangan hanya "sampaikan hanya satu ayat". Sebab kalau cuman 1 (satu) ayat bisa jadi ayat yang dipilih adalah tentang bunuh membunuh, kurang lebih demikian.
Tokoh lain yang meninggal saat pandemi adalah drs. Didik Purwodarsono, ustadz dari Yogyakarta. Beliau dulu menghiasi kajian di masjid Al Muslimun, Klebengan, Catur Tunggal, kabupaten Sleman. Sehari harinya beliau membuka usaha bakso/ mie ayam (kalau gak salah nama warungnya adalah bakso Mega, di daerah Klebengan).Â
Setahu saya ust Didik kuliahnya 2 (dua), yaitu di IAIN Yogya (sekarang UIN Sunan Kalijaga) dan di Fakultas Filsafat, UGM. Mengikuti pengajian beliau, seperti kuliah rasanya. Ada papan tulis, kemudian beliau bisa menggambarkan ayat Al Quran dalam bagan sederhana, dan ada guyonannya juga. Para peserta kajian beliau, kebanyakan pada bawa buku tulis, untuk mencatat apa-apa yang ditulis di papan white board.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga husnul khatimah