Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Mati Ketawa ala Webinar

9 Juni 2020   13:26 Diperbarui: 15 Juni 2020   22:01 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Gambar: theverge via tekno.kompas.com)

Selama masa pandemi ini kegiatan seminar banyak dilakukan melalui daring (online). Akronimnya "webinar" atau web seminar. Ditengok dari jumlah sertifikat (tepatnya e-sertifikat), saya sudah dapat 3, walaupun sebenarnya lebih dari itu yang saya ikuti. 

Anggap saja sampai 7 gitulah. Belum ditambah ketemu online, seperti reuni, halal bi halal, atau pidato tokoh tertentu.

Ada beberapa kisah lucu ketika saya mengikuti webinar tersebut. Saya cuplik 7 saja, karena 7 dalam bahasa jawa adalah PITU. Artinya pitu-lungan (pertolongan), sekalian sebagai pitu-tur (pembicaraan). Cekidot...

1. Basa basinya wong ngendonesa itu hlo, kagak nguwatin. Padahal waktunya udah ditentukan webinar selama 2 jam. Yang lama malah bagian pembukaannya. 

Ada pidato dari pejabat yang mewakili kampus, ada yang mewakili institusi. Kemudian sebelum ada MC, ada panitia yang membacakan tata tertib, lalu ada moderatornya juga. 

Lama kan. Jadinya waktu molor lebih dari dua jam, dan melanggar waktu sholat (waktu itu azan zuhur). Sudah tau molor, masih ditutup dengan........ doa.

Doanya lama juga. Selain mendoakan seminar, pengurus, panitia, juga dunia akhirat. Untung tidak nyebutin nama peserta satu persatu.

2. Masih soal basa-basi. Ada pembicara yang kami tunggu pemikirannya, tapi ada 30 persen presentasi dia soal...... ucapan terima kasih. Ibarat kata bagian "turut mengundang" di undangan, dia sebutin semua yang sekiranya berperan penting. Padahal slides banyak. Baru setengah paparan diungkap, moderator mengingatkan waktu hampir habis.

3. Pernah ikut ajang silaturahmi, hla moderatornya pakai Zoom yang gratisan. Tahu-tahu 40 menit mati. Diulang lagi, trus 40 menit mati lagi. Sebenarnya tidak 40 menit mentok sih, justru jauh lebih sedikit. 

Soalnya.... kegiatan yang lama dan menguras perhatian yaitu masukin password-nya. Mungkin memang biar lebih privat kali ya, password-nya dibikin susah. Risikonya, peserta masukin password juga lama. Tiap setengah jam, ulang lagi.

4. Pernah berkunjung ke seorang pejabat di kementerian, saat masuk ke ruangannya ternyata lagi tele conference. Giliran beliau tampaknya sudah selesai, lalu masukin tamu. Beliau dikenal dengan suara kencang.

Yang ini yang salah moderatornya sih, begitu yang bersangkutan selesai ngomong, ternyata mik belum di-mute oleh moderatornya. Ketahuan kalau nyambi, ikut conference ama nerima tamu.

5. Bagian akhir yang paling ditunggu adalah sertifikat. Ada panitia yang menyuruh peserta untuk menulis di kolom komentar terkait nama, asal institusi, dan alamat email.

Ada peserta yang kayaknya kurang yakin dapat atau tidak, jadi tiap kali ganti sesi (ganti pembicara) dia tulis nama, kemudian pas sesi penutupan ditambah "Nama .... Asal.... Alamat email ..... Ikut dari sesi pembukaan sampai penutupan". 

Tambahannya itu yang bikin peserta lain jadi ikut ikutan, pada nulis juga. Sampai kemudian sehari berikutnya dikirim link sertifikat, ternyata ....nama kosong. Jadi peserta suruh ngisi nama sendiri.

6. Pengen juga awak nih ikutan seminar internasional. Waktu saya daftar, ternyata untuk orang Indonesia sudah dibatasi. Acara melibatkan 3 negara atau 3 kampus. 

Selain Indonesia adalah Malaysia dan Azerbaijan. Karena full, lalu saya iseng-iseng saja masukin negara asal "Azerbaijan" saja. Siapa tahu bisa (padahal nama Jawa, walau ada unsur ke-Arab-araban). Ternyata bisa masuk.

7. Kalau yang ini yang apes saya. Ikut seminar pas sesi tanya jawab. Saya sudah matiin video, biar wajah tidak kelihatan.

Ada satu penanya yang lama ngomongnya. Kok dibandingin sama pembicara malah lamaan dia yang nanya. Moderatornya juga gak berusaha menghentikan. Padahal habis itu giliranku bertanya.

Karena merasa aman, wajah gak kelihatan, lalu kuinterupsi saja, "Kelamaan, Pak," begitu saya bilang. Untung beliau langsung sadar, dan saya juga merasa aman karena wajah tidak muncul live.

Namun ketika 2 hari kemudian dikirimi link Youtube-nya sama panitia, ternyata tiap ada yang bersuara langsung njedhul, meski ngomong cuman sebentar. Bahkan batuk saja pun keluar nama.

Jadi pas ada ucapan "Kelamaan, Pak." keluarlah nama saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun