Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Banjir Lagi, Bencana dan Pemaknaan Kebangsaan Kita

16 Januari 2020   05:45 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:24 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Surabaya banjir, daerah jalan Mayjen Sungkono. Sumber Gambar surabaya.kompas.com

Untuk level negara contoh balaun khasanah ini seperti bertambahnya investasi, meningkatnya pendapatan nasional, atau banyaknya prestasi manusia Indonesia diakui di dunia internasional.

Dalam perspektif keagamaan, "insentif" kenikmatan dari Tuhan adalah bagian dari bencana atau ujian yang perlu disikapi. Sehingga kenikmatan yang dikaruniai oleh-Nya juga merupakan ujian.

Maksudnya apakah dalam suasana kenikmatan tersebut kita masih sempat bersyukur dan memikirkan mereka yang sedang mengalami ketidakberuntungan.

Balaun sayyiah berarti ujian/ kebencanaan yang buruk, seperti jatuh miskin, raibnya benda yang berharga, kehilangan pekerjaan, dan mendapat fitnah. Untuk level negara contoh balaun sayyiah ini seperti datangnya bencana secara bertubi-tubi, adanya ketidakpercayaan publik dan dunia luar, jatuhnya nilai mata uang, bertambahnya pengangguran, dan sebagainya.

Kita perlu menyiasati kedua bentuk ujian ini. Jika balaun sayyiah mendera, maka hadapi dengan kesabaran. Sedang bila kita dalam kondisi balaun khasanah maka terima dengan kesyukuran. Keduanya harus tetap dengan ikhtiar.

Sabar dan syukur bagaikan dua kepal sayap kehidupan yang perlu diseimbangkan, bagi siapa saja, tidak terkecuali bagi para pemimpin saat ini.

Kedua adalah aspek kemanusiaan. Bencana yang melanda nusantara ini merupakan ujian kepedulian kita sebagai sesama manusia. Tanpa memperdulikan suku, atau agamanya, mereka yang sedang terkena bencana akan ditolong.

Indonesia dalam beberapa kesempatan juga memberikan bantuan kepada negara lain, misalnya Filipina (bencana topan haiyan bulan November 2013), bahkan Presiden SBY dulu pernah meninjau bekas tsunami di Jepang di sela-sela kunjungan kenegaraannya.

Indonesia juga sangat dibantu dan bekerjasama dengan bangsa lain seperti waktu membersihkan sisa bencana tsunami di Aceh sepuluh tahun yang lalu. Keberadaan LSM dan organisasi sosial diuji di sini, apakah mereka hanya mengutamakan bergerak di dunia politik ataukah mampu juga melakukan kegiatan kemanusiaan.

Ketiga dalam aspek kebersatuan. Selayaknya masyarakat di kota, di desa, bahkan di seluruh pelosok, muncul empati nasional yang menganggap bencana --yang menerpa Medan, Menado, Jakarta, pun Pekalongan- ini sebagai musibah juga buat dirinya.

Meski dirinya ada di Aceh pun Papua yang jauh dari sumber bencana tersebut. Perasaan empati itulah yang menggerakkan semangat bersatu untuk mengatasi permasalahan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun