Mohon tunggu...
Yuni Wahyuni
Yuni Wahyuni Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Unpam

Prodi FKIP (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Super Hero di Saat Daring

4 November 2020   20:51 Diperbarui: 4 November 2020   20:57 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah delapan bulan anak sekolah menjalani system pembelajaran melalui online atau daring. Dari yang awalnya bingung dengan cara belajar, menyampaikan materi atau juga bingung karena ketidak punyaan siswa terhadap media belajar.

            Dan pemerintahpun terus berinovasi dalam mengemas system daring ini, mulai dari belajar melalui TV dan pembagian kuota gratis. Namun yang jadi pertanyaan apakah hal ini berhasil ? apakah system daring dapat dijalankan dengan baik ?.

            Jawannya belum, karena masih banyak sekolah yang hanya memberikan tugas dan tugas pada siswa tanpa memberikan penjelasan yang baik tentang materi tersebut. Yang membuat siswa terbebani. Seperti berita belakangan ini yang menyatakan bahwa ada siswa bunuh diri akibat tugas daring di Goa, Sulawesi Selatan.

            Jikalau memang system daring ini menjadi yang terbaik, kenapa hal demikian dapat terjadi?.

            Banyak factor contohnya seperti yang penulis sebutkan diatas banyak sekali guru yang hanya memberika tugas tanpa ada penjelasan yang memadai, ketidak mampuan siswa dalam ketersediaan media seperti siswa tidak punya handphone atau tidak mampu membeli kuota, lemahnya daya tangkap siswa dalam menerima penyampaian materi secara online dan ketersediaan jaringan yang tidak merata.

       Hal ini yang menimbulkan efek negative dari sytem daring yang sedang dijalankan dalam pendidikan di Indonesia saat ini.

Namun ada juga sekolah yang berinovasi sendiri bentuk penyampaian materinya seperti dengan melakukan kelas virtual, pengiriman video penyampaian materi , pemberian tugas yang sewajarnya dan masih banyak lagi.

            Sekolah -- sekolah seperti ini yang harus kita apresiasi karena mampu tetap melindungi siswanya dari beban yang tidak seharusnya mereka rasakan. Karena disadari atau tidak dengan mereka ada dirumah secara berkepanjangan saja sudah merupakan beban tersendiri bagi mereka.

            Namun demikian dibalik system apapun yang pemerintah jalankan dan sebaik apapun inovasi yang sekolah lakukan tidak akan bejalan baik bila tanpa campur tangan dari para orang tua.

Orang tua rela melakukan banting tulang demi anak -- anaknya yang masih sekolah. Walaupun dimasa pandemi ini banyak sekali PHK, pemutusan kontrak kerja sepihak dan lain sebagainya tetap yang namanya orang tua akan berusaha sebaiknya demi anak -- anak mereka. terutama dirasakan oleh masyarakat menengah kebawah. sungguh menjdi perjuangan yang luar biasa.

            Terutama ibu yang ditengah kesibukan membantu suami menopang keperluan rumah, mengurus rumah tangga yang seabreg namun ibu tetap menyempatkan waktu untuk mendapingi putra -- putrinya belajar daring.

            Orang tua yang walau lelah dengan pekerjaan mampu menjadi guru privat bagi anaknya. Tanpa peran orang tua maka akan sia -- sia program pemerintah memberikan kuota gratis atau inovasi guru dalam menyampaian materi sekolah.

            Penat, pusing, dan lelah pastinya dirasankan pula oleh para orang tua dimasa pandemi saat ini. Namun tetap saja orang tua berusaha mengadakan media untuk anaknya belajar daring.

            Pantaskah orang tua kita semat kan sebagai Super Hero ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun