Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 9: Meraih Angan)

6 Maret 2020   18:09 Diperbarui: 6 Maret 2020   18:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kembali tiba di Bogor membuatnya segera melupakan luka yang mungkin ditinggalkan oleh Dion. Kehadiran Romy setidaknya mampu melindungi perasaannya dari luka yang menyakitkan. Perhatian dan kasih sayang lelaki muda yang tak henti berusaha menjaganya membuatnya tak lagi merasa sendiri. Hubungan macam apa yang sedang dijalani dengan Romy  dia pun tak mengerti. Ketika berpamitan kepada Romy untuk kembali ke Bogor, laki-laki yang selalu memanggilnya dengan sebutan Mbak itu mengecup lembut keningnya.

       "Aku sayang kamu, Mbak," bisiknya.

Perjalanannya pulang ke Bogor tidak begitu saja membuatnya terus terikat pada perhatian Romy. Sepanjang perjalanan hampir dihabiskan separuhnya untuk berkomunikasi dengan Revi. Tidak hanya lewat SMS tapi juga dia menerima telpon Revi beberapa kali dengan durasi yang panjang. Hanya berbicara hal-hal ringan disertai gurauan seperti biasa.

Di Bogor kembali dia bertemu dengan Trinita yang masih saja menghadapi dilema seputar hubungan asmara terlarangnya dengan Mr. Baldi. Sementara hubungannya dengan Pandu, suaminya mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. 

Kadang Pandu begitu baik namun tak jarang kembali tersulut cemburu oleh prasangka dan kecurigaannya kepada Mr. Baldi. Tak ada kemungkinan yang lebih baik yang bisa didapatkan Trinita. Bercerai dari Pandu bukan solusi terbaik yang bisa dipilih. Menjadi perempuan utama dalam kehidupan Mr. Baldi pun masih jauh dari kenyataan. 

Sedangkan menempati posisi sebagai perempuan istimewa yang dirahasiakan oleh Mr. Baldi masih memerlukan perjuangan untuk bisa meraihnya. Entah berada di mana posisinya kini. Mestinya menyandang predikat sebagai istri  dan Ibu bisa membuatnya bahagia meskipun bukan sesuatu yang luar biasa bagi perempuan.

Ibu kos yang kerap mengeluhkan suaminya masih juga menjalani kehidupan yang normal sebagai suami istri. Bisa jadi pandangan Khalisa salah dalam menilai hal ini. Tiap pagi dia tahu bagaimana Ibu kos menyiapkan sarapan untuk Suami dan anak-anaknya. 

Selepas maghrib ketika Bapak pulang, Ibu pasti menyiapkan air hangat untuk mandi dan makan malam yang menunya selalu berganti dari hari ke hari. Meski bapak semakin sering disibukkan oleh berbagai rapat maupun pertemuan dengan nama apa saja di luar kota yang membuatnya tak pulang dalam beberapa hari, Ibu selalu menunggu untuk melayaninya dengan penuh pengabdian. 

Bagi Khalisa semua itu menjadi semacam bentuk penghambaan perempuan kepada lelaki. Walaupun dia kurang setuju , tak ada cara yang lebih baik untuk mengganti kebiasaan yang telah dilakukan Ibu.

       "Gimana Bapak Bu?' tanya Khalisa hati-hati. Berharap Ibu mau berbagi kisah dengannya.

       "Baik-baik saja Neng," jawabnya tanpa mau memerinci lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun