Liburan semester sudah di ambang pintu. Khalisa, Rinta dan Trinita akan pulang  ke daerah asal masing-masing. Dini dan Ica  memilih tetap tinggal di Bogor. Mereka tak punya cukup uang untuk pulang ke  Palembang maupun Padang. Di Bogor justru mereka bisa mencari uang dengan membantu proyek kerja Pak Rangkuti, salah satu teman kuliahnya yang aktif di lembaga pengabdian masyarakat.Â
Sementara itu Bu Via akan pulang ke Kendari untuk waktu yang lama. Perempuan lajang seusia Khalisa itu akan mulai penelitian untuk disertasi doktornya di bidang pengelolaan sumber daya kelautan.
Dinar akan kesepian ditinggalkan begitu banyak anak kos  yang sekaligus juga temannya untuk berbagi kisah. Dini dan Ica masih terlalu muda untuk memahaminya. Lebih baik membicarakan hal lain selain masalah pribadinya dengan mereka. Paling-paling ngobrol ringan atau bercanda saja.
     "Telpon atau SMS Ibu ya nanti !" pesan Dinar pada Khalisa dan Trinita ketika mereka berpamitan.
     "Tita naik pesawat jam berapa?"
     "Agak siang Bu. Jam satu. Tapi berangkat dari sini jam sebelas. Naik Damri dari  Bogor. Nyewa angkot Bu nanti. Banyak bawaan ini."
    "Kalau Bu Lisa ?"
    "Saya naik travel Bu. Nanti sore berangkatnya. Jam empat. Mau beli oleh-oleh dulu Bu."
    "Mau beli apa Neng?"
    "Talas , kacang Bogor dan roti unyil."
    "Nggak minta diantar Pak Anwar?" canda Dinar.