Mohon tunggu...
yntrg18
yntrg18 Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Economic Development | Mahasiswa Berprestasi 3 FEB 2018 | Ekonom Rabbani | #MannJaddaWajada

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bom Ekonomi, Terjadinya Spekulasi Akibat Bunga (Riba) Membahayakan Ekonomi Dunia

20 Juli 2018   23:35 Diperbarui: 21 Juli 2018   00:06 2210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam The General Theory of Employment, Interest, and Money karangan John Maynard Keynes . Beliau menjelaskan spekulasi sebagai "kegiatan peramalan psikologi pasar". Motif spekulasi sama saja dengan investasi dan judi yaitu mencari keuntungan. Banyak orang menganggap seorang miliarder bernama George Soros untuk menjadi seorang investor, tapi ia sendiri lebih suka istilah spekulator. Jadi spekulasi adalah Suatu Aktivitas investasi atau judi yang bercirikan memiliki derajat resiko yang tinggi dan pengembalian hasil yang tinggi.

Spekulasi adalah kegiatan yang dilarang dalam islam dan gak ada untungnya sekalipun, spekulasi sama saja dengan riba. Hal ini sudah dinyatakan dalam Al Quran yaitu Artinya "Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, maysir (berjudi), (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS Al-Maidah : 90)

Bahkan sistem spekulasi ini membuat ekonomi di dunia hancur, dengan sistem riba tidak akan membuat ekonomi tenang karena akan selalu diombang-ambing kegoyahan akibat riba. Kejadian pada tahun 1930, sistem riba membawa terjadinya krisis ekonomi pada saat itu karena membuka peluang untuk melakukan spekulasi yang menyebabkan terjadinya volatilitas di seluruh negara.

Akibat dari sistem riba, membawa pertumbuhan ekonomi tidak stabil, terjadinya ketimpangan "yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin". Suku bunga akan sangat berpengaruh terhadap investasi, bahkan produksi terpengaruh sehingga meningkatnya pengangguran. hukum ini berlaku "Semakin tinggi suku bunga, maka investasi semakin menurun. Jika investasi menurun, produksi juga menurun. Jika produksi menurun, maka akan meningkatkan angka pengangguran"

 Apabila spekulasi terjadi akan mengakibatkan ke inflasi. Inflasi menurut Dhiayuddin Ahmad dalam Al-Quran dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan menurunkan daya beli atau memiskinkan rakyat dengan asumsi cateris paribus.

Sistem riba, membawa negara berkembang terkena jebakan utang, sebab naiknya suku bunga membuat kesulitan untuk membayar utang. Sistem riba akan berdampak pada APBN, karena setiap kali akan bertransaksi dengan bank konvensional dengan nilai yang berbunga hal ini akan menimbulkan dana APBN akan defisit namun, karena sistem moneter indonesia masih rutin mengguna konvensional.

Spekulasi yang dilarang dalam agama karena tindakan seseorang untuk memperoleh keuntungan dengan mengandalkan kondisi dan sikap untung-untungan. Karena itulah dalam ekonomi islam, aktivitas Gharar dilarang, karena unsur ketidak pastiannya sangat tinggi. Imam Safi`i dalam kitab Qalyubi wa Umairah: : "gharar itu adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti".

Lalu, dampak riba ini di kutip pendapat dari Prof. A. M. Sadeq (1989) dalam artikelnya "Factor Pricing and Income Distribution from An Islamic Perspective" yang dipublikasikan dalam Journal of Islamic Economics . Dia menyebutkan bahwa haram riba dalam ekonomi, setidaknya, disebabkan oleh empat alasan;

Pertama, sistim ekonomi ribawi telah menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi para pemberi modal (bank) yang pasti menerima keuntungan tanpa mau tahu apakah para peminjam dana tersebut memperoleh keuntungan atau tidak. Kalau para peminjam dana mendapatkan untung dalam bisnisnya, maka persoalan ketidakadilan mungkin tidak akan muncul.

Namun, bila usaha bisnis para peminjam modal bankrut, para peminjam modal juga harus membayar kembali modal yang dipinjamkan dari pemodal plus bunga pinjaman. Dalam keadaan ini, para peminjam modal yang sudah bangkrut seperti sudah jatuh di timpa tangga pula, dan bukankah ini sesuatu yang sangat tidak adil ??

Kedua, sistem ekonomi ribawi juga merupakan penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh para peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa (para konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal mereka plus bunga pinjaman dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan milyaran keuntungan yang mereka peroleh.

Padahal para penyimpan uang di bank-bank adalah umumnya terdiri dari rakyat menengah ke bawah. Ini berarti bahwa keuntungan besar yang diterima para konglomerat dari hasil uang pinjamannya tidaklah setimpal dirasakan oleh para pemberi modal (para penyimpan uang di bank) yang umumnya terdiri dari masyarakat menengah ke bawah.

Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin tingginya tingkat bunga dalam masyarakat, maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat akan lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank-bank karena keuntungan yang lebih besar diperolehi akibat tingginya tingkat bunga.

Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi bagi para businessman yang menggunakan modal pinjaman. Biaya produksi yang tinggi tentu akan memaksa perusahaan untuk menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi pula. Melambungnya tingkat harga, pada gilirannya, akan mengundang terjadinya inflasi akibat semakin lemahnya daya beli konsumen. Semua dampak negatif sistim ekonomi ribawi ini secara gradual, tapi pasti, akan mengkeroposkan sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak terlepas dari pengadopsian sistim ekonomi ribawi seperti disebutkan di atas.

Tak bisa dibantah bahwa sistim ekonomi ribawi akan menggerogoti sendi-sendi ekonomi masyarakat. Hal itu terlihat dengan jelas pada praktek perbankan konvensional yang menganut sistim ribawi. Tingkat bunga dijadikan acuan untuk meraih keuntungan para pemberi modal. Bank tidak mau tahu apakah para peminjam memperoleh keuntungan atau tidak atas modal pinjamannya, yang penting para peminjam harus membayar modal pinjamannya plus bunga pinjaman.

Semakin tinggi tingkat bunga dalam sebuah negara, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh para pemberi modal dan semakin merusak sendi-sendi ekonomi umat akibat dampak negatif sistim ekonomi ribawi dalam masyarakat.

Sebaik baiknya hidup ini jauh dari riba, terutama dalam perekonomian di seluruh dunia sebab dengan riba bukan menumbuhkan perekonomain namun, pelan-pelan menghancurkan sendi perekonomian. Kerusakan ekonomi dunia berupa krisis adalah akibat ulah tangan manusia yang menerapkan riba yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun