Mohon tunggu...
Yulia Wulandari
Yulia Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menyukai buku, sastra, dan puisi. Kepribadian INFJ, suka mengamati dan mendengar. Hobi menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelisik Asal-usul Manusia: Mitos Penciptaan dalam Kosmologi Jawa

10 Mei 2025   23:59 Diperbarui: 2 Juni 2025   15:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest

Di tengah derasnya informasi dan sains modern, mitos penciptaan tetap menjadi jendela yang menarik untuk memahami pandangan dunia, nilai-nilai, dan bahkan struktur sosial suatu kebudayaan. Kali ini, kita akan mencoba mendalami mitos penciptaan manusia dalam kosmologi Jawa, sebuah narasi yang tak hanya kaya simbolisme tetapi juga sarat akan filosofi hidup.

Bukan rahasia lagi kalau Indonesia itu mozaik budaya. Nah, salah satu yang paling dominan dan kompleks adalah budaya Jawa. Kosmologi Jawa, atau sering juga disebut Kejawen, menawarkan sebuah kisah penciptaan yang berbeda dari narasi-narasi di Barat atau Timur Tengah. Ini bukan sekadar cerita dewa-dewi yang menciptakan manusia begitu saja; ada proses yang berlapis, spiritual, dan etis yang menyertainya.

Dari Suwung ke Kepadatan: Genesis Semesta Ala Jawa

Konsep awal dalam kosmologi Jawa itu unik, yaitu Suwung. Suwung bisa diartikan sebagai kekosongan mutlak, kehampaan yang tak terbatas. Tapi jangan salah paham, Suwung ini bukan ketiadaan, melainkan potensi tak terbatas, semacam empty space yang siap diisi dengan segala kemungkinan. Bisa dibilang, ini adalah "bahan mentah" semesta yang belum termanifestasi.

Dari Suwung inilah, melalui kehendak dan kekuatan Hyang Widi Wasa (atau sering juga disebut Sang Hyang Tunggal), proses penciptaan dimulai. Hyang Widi Wasa ini adalah entitas tunggal, tak terwujud, yang menjadi sumber segala sesuatu. Konsep ini mirip dengan "Tuhan Yang Maha Esa" dalam pengertian monoteisme, tapi dengan nuansa Jawa yang khas.

Proses penciptaan alam semesta ini sering digambarkan sebagai emanasi atau "penjelmaan" dari esensi Ilahi. Salah satu manifestasi awal Hyang Widi Wasa adalah Bathara Guru. Nah, Bathara Guru ini sering disamakan dengan dewa Siwa dalam tradisi Hindu-Buddha Jawa, tapi perannya di sini lebih sebagai arsitek kosmik utama yang menata alam semesta. Dialah yang bertanggung jawab membentuk langit, bumi, bintang, dan segala isinya.

Manusia Pertama: Sentuhan Ilahi pada Tanah Bumi

Setelah alam semesta tertata, barulah muncul giliran manusia. Dalam beberapa versi mitos Jawa, penciptaan manusia pertama itu sangat erat kaitannya dengan penciptaan tanah dan gunung. Ada narasi yang menyebutkan bahwa setelah bumi diciptakan, masih terasa gersang dan belum lengkap. Nah, Bathara Guru ini kemudian memerintahkan para dewa untuk mencari "bahan" yang pas. 

Dan mungkin paling familiar bagi kita, adalah bahwa manusia pertama diciptakan dari tanah atau debu bumi. Tapi, ini bukan sembarang tanah, lho. Tanah ini sudah "diberkahi" atau "diisi" dengan energi Ilahi. Proses pembentukan wujud manusia dari tanah ini sering digambarkan mirip patung yang kemudian dihidupkan. Ini mengingatkan kita pada kisah Adam dalam tradisi Abrahamik, menunjukkan adanya sinkretisme yang kuat dalam budaya Jawa.

Bagian paling krusial dalam penciptaan manusia adalah pemberian nyawa atau roh. Dalam kosmologi Jawa, roh ini sering disebut sukma atau atma, yang dipercaya sebagai percikan atau bagian dari Hyang Widi Wasa itu sendiri. Jadi, manusia itu punya "percikan Ilahi" dalam dirinya. Inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain, memberinya kesadaran, kehendak bebas, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan alam semesta serta aspek spiritual. Nafas kehidupan yang ditiupkan ke dalam patung tanah inilah yang mengubahnya dari bentuk materi menjadi makhluk hidup yang bernyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun