Konsep Tanda Menurut Roland Barthes.Â
 Roland Barthes, merupakan seorang tokoh penting dalam bidang semiotika dan teori sastra, mengembangkan konsep tanda yang kaya dan kompleks. Pemikirannya melampaui definisi tradisional tanda sebagai entitas yang hanya mewakili sesuatu yang lain. Barthes melihat tanda sebagai bagian dari sistem yang lebih luas dengan makna budaya dan ideologi.
Tingkatan Signifikasi
 Barthes membagi signifikasi menjadi dua tingkatan utama yaitu : denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan makna literal atau eksplisit dari sebuah tanda. Misalnya, gambar mawar secara denotatif merupakan sebuah bunga dengan kelopak, batang, dan duri. Konotasi, di sisi lain, merupakan makna implisit atau asosiatif yang terkait dengan tanda tersebut. Mawar, secara konotatif, dapat melambangkan arti cinta, keindahan, atau bahkan kematian, tergantung pada konteks budaya dan pengalaman perorangan.Â
Mitologi
Salah satu konsep kunci dalam teori Barthes yaitu mitologi. Dalam pandangannya, mitos bukanlah hanya cerita kuno, melainkan cara budaya modern yang menyembunyikan makna ideologis di balik tanda-tanda yang tampak alami dan netral. Mitos bekerja dengan mengambil konotasi sebuah tanda dan menjadikannya sebagai denotasi baru. Dengan kata lain, mitos menaturalisasi makna budaya sehingga tampak sebagai kebenaran universal.
Contoh yang sering digunakan Barthes yaitu iklan. Sebuah iklan parfum mungkin menampilkan seorang wanita cantik di pantai yang eksotis. Secara denotatif, iklan tersebut hanya menampilkan gambar seorang wanita dan pantai. Namun, secara konotatif, iklan tersebut mengasosiasikan parfum tersebut dengan kecantikan, kemewahan, dan gaya hidup yang ideal. Melalui proses mitologisasi, iklan ini kemudian mengklaim bahwa parfum tersebut secara alami akan memberikan kualitas-kualitas tersebut kepada penggunanya.
Bahasa dan Parole
Barthes juga bisanya meminjam konsep langue (bahasa) dan parole (tuturan) dari Ferdinand de Saussure. Langue merupakan sistem bahasa yang abstrak dan kolektif, sedangkan parole adalah penggunaan bahasa yang konkret dan individual. Barthes memperluas konsep ini untuk mencakup semua sistem tanda, termasuk mode, makanan, dan media massa. Dalam setiap sistem tanda, terdapat aturan dan konvensi yang mengatur bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan dan dimaknai.
 Kematian Pengarang
 Salah satu esai Barthes yang paling terkenal adalah "Kematian Pengarang." Dalam esai ini, Barthes berpendapat bahwa makna sebuah teks tidak ditentukan oleh niat pengarang, melainkan oleh interpretasi pembaca. Pengarang hanyalah seorang juru tulis yang mengumpulkan dan menyusun tanda-tanda yang sudah ada dalam budaya. Pembaca, dengan latar belakang dan pengalamannya sendiri, kemudian memberikan makna pada teks tersebut.