Mohon tunggu...
Yulianni Putri
Yulianni Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa D4 Usaha Perjalanan Wisata, Universitas Negeri Jakarta

Traveler. Reader. Dreamer. Let's break the stereotype

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Sekadar Botol, Tapi Cara Hidup

1 Juli 2025   20:20 Diperbarui: 2 Juli 2025   11:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: kompasiana.com/Yulianniputri)

Namaku Yulianni Putri, mahasiswa D4 Usaha Perjalanan Wisata UNJ. Aku masih ingat ketika hari dimana dosen kewirausahaan meminta kami untuk menciptakan suatu produk yang lahir dari permasalahan nyata di destinasi wisata. Seketika, berbagai permasalahan bermunculan di kepalaku, tetapi ada satu kata yang terdengar paling nyaring di antara yang lain: sampah. Sampah plastik di laut. Botol air kemasan yang berserakan. Tumpukan limbah yang merusak keindahan alam dan diam-diam menyakiti bumi. Itulah titik balik yang membuat aku sadar bahwa dunia sedang tenggelam dalam limbah plastik, dan aku pun belum lepas dari kebiasaan membeli air kemasan. Ini masalah serius, dan akan semakin serius jika tidak ada satupun yang berusaha untuk merubahnya, seseorang harus berani memulai, dan aku ingin menjadi orang itu.

Bersama satu teman kelompokku, kami mulai mengobrol serius soal ide usaha. Tidak muluk-muluk, kami hanya ingin sesuatu yang sederhana, praktis, tapi punya dampak. Setelah diskusi panjang dan scroll tak berujung media sosial, muncullah ide: botol lipat. Bukan botol biasa, tapi botol yang bisa dilipat hingga 80% saat kosong, kapasitasnya cukup untuk sehari-hari (600 ml), dan tentunya aman (food-grade, bebas BPA). Kami beri nama produk itu: MORPH BOTTLE.

Karena aku cukup percaya diri di bidang desain, aku yang bertanggung jawab membuat logo dan tampilan kemasan MORPH, sedangkan pencarian vendor untuk sample tugas, kami lakukan berdua. Kami mulai membandingkan kualitas, harga, sebelum akhirnya menemukan vendor yang sesuai.

Mulainya nggak mudah. Waktu itu kami sempat diremehin, katanya "botol aja kok dijual lagi?" atau "udah banyak yang jualan kayak gitu". Tapi kami percaya yang kami tawarkan bukan cuma produk, tapi gaya hidup ramah lingkungan yang nggak harus ribet. Kami sempat kesulitan mengatur waktu antara kuliah, tugas kelompok, apalagi saat uji coba pengemasan pertama hasilnya jelek banget dan harus cetak ulang.

Pelanggan pertama kami datang dari teman ibuku, dimulai dari keisengan ibu yang bercerita mengenai aku yang sedang mengerjakan tugas kewirausahaan kepada temannya, "si Yuli lagi jualan botol", katanya. Mengejutkan, temannya tertarik, dan memesan satu. Memang bukan suatu pencapaian yang besar. Tapi, rasanya seperti validasi bahwa ide kami benar-benar dibutuhkan. Itu jadi titik di mana kepercayaan diriku sebagai wirausahawan mulai tumbuh.

Setelah mata kuliah ini selesai, kami masih ingin lanjut jualan MORPH. Rencananya akan dibuat sistem pre-order dan promosi lewat WhatsApp lebih dahulu. Karena masih kuliah, kami akan atur waktu dengan sistem per batch agar tetap bisa fokus ke akademik.

Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa memulai itu memang berat, tapi jauh lebih berharga daripada hanya membayangkan. Karakter entrepreneur yang paling terasa perlu dijaga adalah berani konsisten walau kecil. Karena dari keberanian itulah, semuanya tumbuh. Nggak ada bisnis besar yang lahir dari malas memulai.
Akhir kata, aku ingin bilang: jangan nunggu sempurna untuk mulai. Kadang, ide sederhana yang dikerjakan sungguh-sungguh bisa jadi solusi nyata. Start small, stay steady, grow strong. Because every step matters.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun