Mohon tunggu...
Yuliani Tiara
Yuliani Tiara Mohon Tunggu... Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudah dan Terjebak,Gen Z Di Solok Selatan Rentan Narkoba

23 Mei 2025   10:05 Diperbarui: 23 Mei 2025   10:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gambaran umum secara Nasional atau Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memberikan bukti pada tahun 2023 pemakai narkoba telah mencapai 1,73% dari semua kalangan mulai dari usia 15-64 tahunan dengan jumlah pemakai 3,3 juta orang. Pemakai narkoba ini kebanyakan dari kalangan Gen Z disebabkan rasa ingin tahu akan sesuatu yang baru itu sangat terasa sekali apalagi narkoba yang sudah dilarang oleh pemerintah bahkan dalam beragama pun juga tidak diperbolehkan. Terutama dalam pemakaian narkoba yang bikin candu Gen Z untuk memenuhi hasrat yang ada dalam diri pemakai.

Di Solok Selatan, sudah beberapa tahun ini banyak penangkapan pemakai dan penyalurnya yang tertangkap. Pada bulan Mei 2025 ini saja Polres Solok Selatan sudah menangkap beberapa pengguna narkoba dengan jenis ganja dan sabu lagi melakukan transaksi. Tanpa disadari ini menyebabkan bahaya yang berdampak buruk sekali bagi pemakai maupun bandarnya. 

Seperti yang kita ketahui pasti setiap kegiatan yang dilakukan pasti ada penyebabnya, nah berikut faktor penyebab Gen Z memakai narkoba untuk mengikuti standar kehidupan yang dirasanya trend : 1) Merasa paling keren, 2) Pengaruh lingkungan, 3) Kurangnya perhatian dari keluarga, 4) Kurangnya iman dalam diri, 5) Minimnya edukasi dan tidak melakukan hal hal yang positif, 6) Mengakses internet dengan bebas tanpa ada filter.

Penyebab ini hanya dianggap hal sepele, tanpa memikirkan apa efek samping yang akan berdampak pada diri, keluarga bahkan lingkungan sekitar. Gen Z melakukan sesuatu yang akan menjadikan dirinya terlihat gaul dengan hal hal negatif sehingga rentan sekali menggunakan narkoba. Huru hara dengan berpesta narkoba pun dikalangan Gen Z sudah dijadikan sebagai ajang pameran yang akan di posting di sosial media. Tidak hanya bermain bilyard saja tetapi juga pesta narkoba di pamerkan. Ini disebabkan oleh kurangnya mengetahui kebudayaan kebudayaan yang ada di daerah serta kesenjangan gaya hidup yang semakin meniru gaya kebarat baratan.

Upaya penanggulangan bagi pemakai narkoba di kalangan Gen Z menjadi tantangan serius, salah satu alasannya minimnya program rehabilitasi terhadap sebuah komunitas yang sepantasnya dijadikan sebagai solusi dalam pemulihan jangka panjang . Terkhusus Gen Z yang menjadi korban narkoba dihadapkan dengan stigma dan proses hukum tidak diberi pemulihan secara psikologis dan sosial. Tidak hanya itu, adapun kampanye anti narkoba hanya terkesan tidak menyentuh dunia Gen Z secara langsung itu pun hanya dijadikan sebagai tontonan semata.Kurang pekanya memanfaatkan teknologi dan sosial media yang menjerumuskan Gen Z tidak kreatif dalam pencegahan terhadap narkoba. Justru itulah yang berpotensi mempersulit masalah dengan paradigma penanganan narkoba yang hanya dijadikan sebagai siklus tidak ada batasnya dan akan terus memakan korban dari generasi ke generasi.

Padahal, teknologi dan media sosial seharusnya bisa menjadi alat strategis untuk membangun kesadaran, menyebarkan edukasi, serta menciptakan komunitas yang peduli terhadap isu-isu krusial seperti penyalahgunaan narkotika. Ketika media sosial lebih sering digunakan untuk hiburan semata tanpa filter informasi yang membangun, maka ruang digital hanya menjadi ajang eksistensi semu dan konsumsi konten tanpa makna. Akibatnya, potensi kreativitas Generasi Z terhambat, bahkan bisa terjebak dalam gaya hidup yang permisif terhadap narkoba, apalagi jika tidak dibarengi dengan pendampingan yang tepat dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar.

Lebih parah lagi, paradigma penanganan narkoba di Indonesia cenderung bersifat reaktif, bukan preventif. Upaya penindakan hukum memang penting, namun jika tidak diimbangi dengan pendekatan edukatif dan kultural, maka permasalahan ini hanya akan berputar dalam siklus yang tidak berujung. Narkoba akan terus menjadi momok yang mengancam dari satu generasi ke generasi berikutnya, tanpa solusi jangka panjang yang menyentuh akar persoalan. Perlu ada kesadaran kolektif bahwa generasi muda membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri secara positif dan kreatif, termasuk dalam menggunakan teknologi sebagai senjata perlawanan terhadap penyalahgunaan narkoba.

Dengan begitu, tantangan utama dalam mencegah penyalahgunaan narkoba bukan hanya soal penegakan hukum, tetapi juga terletak pada bagaimana kita memberdayakan generasi muda untuk cerdas dan kreatif dalam memanfaatkan teknologi. Media sosial harus diubah menjadi ruang edukasi, bukan jebakan pasif yang memperburuk kondisi. Dengan pendekatan yang holistik dan partisipatif, Generasi Z tidak hanya bisa terhindar dari bahaya narkoba, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam membangun budaya sehat dan produktif di era digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun