Mohon tunggu...
Veronica Yuliani
Veronica Yuliani Mohon Tunggu... Tujuan hidup kita adalah untuk percaya dan mengasihi Allah.

Belajar menulis 1 artikel setiap bulan, doakan berhasil ya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usia dan Pendidikan Jadi Kendala Utama

28 Mei 2025   10:29 Diperbarui: 28 Mei 2025   10:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Pixabay.com

Pengalaman mendampingi dan membantu kakak saya dalam mencari pekerjaan menyadarkan saya bahwa melamar kerja di usia yang tidak muda tanpa ijazah perguruan tinggi dan hard skil khusus di negeri ini sangatlah sulit. Hampir semua lowongan kerja mensyaratkan pendidikan minimal D3 atau S1 dan batas usia maksimal 35 tahun.

Oleh karena rasa sedih atas kondisi yang memprihatinkan ini, saya memiliki mimpi yang masih sebatas angan-angan, jika kelak saya diberkati lebih bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang yang sudah berusia dan tidak sempat memiliki pendidikan yang tinggi.

#Pendidikan dan Usia Menjadi Kendala

Kakak saya dahulu memiliki usaha agen koran di Kota Wisata Cibubur. BAJATA nama agennya. Agen ini cukup maju, bahkan kakak saya memiliki beberapa karyawan. Namun, usaha ini hancur ketika uang untuk setoran ke kantor pusat, Kompas, sekian puluh juta dibawa kabur oleh sekretarisnya. Ditambah lagi kakak saya kena tipu sekian puluh juta di media sosial.

Begitulah roda kehidupan berputar. Dari menjadi bos yang biasa menggaji karyawan kini roda hidup membawanya menjadi seorang upahan. Beberapa tahun setelah itu kakak saya sempat bekerja di sebuah perusahaan rekanan BUMN di Kalimantan Utara, tetapi setelah sekian tahun perusahaan itu pailit sehingga kakak saya kembali kehilangan pekerjaan.

Semenjak keluar dari perusahaan itu hingga hari ini kakak saya belum menemukan pekerjaan tetap. Ini sungguh membuat saya cukup sedih, seolah doa kami tak sampai kepada Tuhan. Kakak saya adalah orang yang ulet dan tangguh di mata saya. Walaupun, pendidikan hanya SMA dan usia sudah hampir mencapai setengah abad, tetapi semangatnya untuk bekerja, mencari pekerjaan, dan hidup mandiri patut diapresiasi.

Kakak saya adalah orang yang supel, mau bekerja apa saja asal bisa mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Ia juga orang yang selalu optimis memandang hidup ini. Ini terbukti usahanya yang tiada henti mengirimkan lamaran kerja ke berbagai perusahaan sudah mencapai puluhan, walaupun belum mendapatkan hasil yang menggembirakan. Mungkin semua karena usia dan pendidikannya yang hanya SMA.

#Usia Bukan Syarat Mutlak

Dihapusnya aturan pembatasan usia kerja ini sungguhkah membawa harapan bagi kakak saya supaya ia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak? Jika perusahaan-perusahaan sungguh menjalankan aturan ini tentu ini membawa angin segar bagi kakak saya dan juga jutaan orang lainnya yang ingin mencari pekerjaan dan terkendala dengan usia.

Menurut saya, sesungguhnya usia bukanlah suatu syarat yang mutlak dipenuhi asal seseorang itu memiliki kemampuan yang mumpuni yang dibutuhkan oleh perusahaan. Demikian juga dengan dengan pendidikan. Usia 40-55 tahun menurut saya masih tergolong usia produktif dan layak diberi kesempatan bekerja selama sehat jasmani dan rohani. Tentu ini opini pribadi saya, perusahaan tentu memiliki pertimbangan-pertimbangan yang lain.

#Refleksi

Dari pengalaman saya ini, saya berefleksi betapa pendidikan itu begitu penting supaya setiap orang bisa mendapatkan pekerjaan dan memiliki kehidupan yang layak, khususnya di negeri ini. Oleh karena itu, setiap orang dan pemerintah hendaknya sadar dan berusaha supaya setiap warga negeri ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak sehingga kelak mudah untuk mendapatkan pekerjaan.

Selain itu, kita sebagai pribadi pentingnya untuk terus belajar mengasah, belajar, berbagai keterampilan yang bisa membuat kita bisa bertahan hidup jika kita tak lagi bekerja di perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun