Begitulah dari bulan ke bulan. Namun, pada akhirnya batin saya tergoda ingin memuaskan diri dengan cara membeli pakaian serta aksesoris wanita (Tas).
Bapak (Almarhum) yang mengetahui saya kerap membeli baju, beliau melarang agar saya tidak menghamburkan uang sekadar menumpuk pakaian.
Beliau selalu bilang begini, nek ora kamohan, ora sah tuku klambi anyar. Kalimat di atas kurang lebihnya memiliki arti, jika baju tidak robek dan masih layak dipakai, sebaiknya tidak usah membeli pakaian baru.
Beliau juga menyarankan putri sulungnya untuk berhemat, serta mempertahankan gaya hidup sederhana. Dengan begitu bisa merencanakan masa depan yang lebih baik.
Keputusan beliau terkadang membuat saya tidak bisa menerimanya. Juga merasa iri dengan teman kos yang lainnya. Mereka bisa mengatur keuangan sesukanya. Meski demikian, pada akhirnya saya manut, nurut kehendak bapak.
Lantas, bagaimana saya mengatur keuangan menuju hidup sederhana dan terencana? Artikel ini akan memaparkan kisahnya:
1. Menerapkan Hidup sederhana
Menerapkan hidup sederhana bukan berarti harus pelit atau makan seadanya. Namun lebih mengacu pada berperilaku yang tidak berlebihan.Â
Bekerja di pabrik garment yang sering melampaui batas jam kerja, (lembur) membuat saya harus menjaga kesehatan.Â
Dengan cara mengonsumsi makanan sederhana tetapi bernutrisi tinggi, sebagai contoh minuman susu, serta sumber pangan yang mengandung protein. Khususnya di pagi hari.
Mengapa hanya di pagi hari? Hal tersebut disebabkan santap siang hingga malam dijamin perusahaan.