Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jadah Ketan Syarat Makna Kehidupan, Jarang Diketahui oleh Sebagian Orang

27 September 2022   18:39 Diperbarui: 27 September 2022   21:50 2230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto jadah ketan putih/ sumber gambar: ocbistro.com

Penggunaan jadah berasal dari istilah amik-amik yang dalam bahasa Jawa tersebut Nyamikan yang disuguhkan.

Awalnya kudapan tersebut digunakan dalam rangkaian sesaji manten, makanya lebih dikenal dengan jadah manten.

Namun seiring berjalannya waktu, nyamikan tersebut disuguhkan pula sebagai hantaran bagi para tamu atau tetangga dekat yang membantu berlangsungnya hajatan.

***

Makna mendalam yang terkandung dalam jadah manten

Sebagaimana yang saya tulis di atas, jadah mempunyai sejarah, pula sarat makna mendalam tentang kehidupan.

Konon menurut cerita orang tua, makna mendalam yang terkandung dalam jadah manten adalah, harapan para leluhur supaya kedua mempelai senantiasa hidup rukun, seiring sejalan dalam mengarungi biduk rumah tangga.

Pasangan suami isteri(pasutri) kudu atut runtut tansah reruntungan ing sarino sawengine (harus selalu rukun bersama-sama setiap hari) dalam suka maupun duka, seperti halnya ketan di dalam jadah yang selalu lengket.

***

Budaya Jawa terkenal beraneka ragam, begitupula kulinernya. Disetiap kuliner terkandung pesan luhur para leluhur. Salah satunya terdapat dalam makanan tradisional berbahan ketan.


Filosofi ketan syarat makna kehidupan, yang jarang diketahui oleh sebagian orang adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun