Saya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut terlalu serius, tetap bekerja melayani pembeli dengan hati ceria.
Karena, sebentar lagi bersama warga setempat bersama-sama menganggungkan Asma Allah, dengan bertakbir menyambut hari raya tiba.
Keesokkan harinya menjalankan shalat idul fitri di Masjid besar.
Untuk kali pertama hati tergetar dibuatnya, kala semua jemaah menggaungkan takbir teriring irama beduk yang menggema. Takterasa air mata menitik lembut tanda tunduk nan bahagia.
Sebuah kebahagian tersendiri waktu itu, bersama para warga setempat merayakan hari kemenangan sarat makna.
Jujur, itu kali pertama saya melihat beduk Masjid yang jarang ditabuh. Hanya pada hari raya dan peringatan tertentu saja. Saya pun merasa bersyukur, atas karunia terindah yang belum pernah terasa saat lebaran di kampung.
Setiap kejadian telah diatur Allah, pasti ada hikmah di balik sebuah peristiwa. Begitulah saya menyikapi dan menyimpulkan kala harus merayakan hari raya takbersama keluarga, Allah telah mengganti sebuah kebahagian yang lain.
Itulah sekelumit kisah penulis, semoga bisa kita petik hikmahnya, khususnya pada diri saya sendiri. Semoga bermanfaat, selamat menyonsong Hari Raya Idul Fitri 1442-H Mohon maaf lahir batin.
Tulisan ke-98. Klaten, 08 Mei 2021