Mohon tunggu...
Fransisca Yuliyani
Fransisca Yuliyani Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pecinta bunga matahari | Gratitude Practitioner

Menulis untuk meninggalkan jejak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reuni

1 Januari 2023   21:21 Diperbarui: 1 Januari 2023   21:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nala berjengit saat nama itu kembali terngiang di telinganya. Setelah ia memutuskan untuk melupakan, kini ia harus kembali menghadapi kenyataan pahit. "Nal, sebagai sahabat, gue cuma bisa ingetin biar lo bisa maafin dia. Memang nggak gampang, tapi lo pasti bisa. Ken juga udah usaha buat jelasin apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, lo malah sibuk sama prasangka lo sendiri. Eh, gue harus nyiapin kado. Gue tinggal sebentar, ya."

Nala menunduk dan membuang napas panjang. Ia memutuskan untuk bergabung dengan teman lain dan mengabaikan perkataan sahabatnya tadi. Nala melangkah menuju kursi di dekat kolam. Sebelum ia tiba di sana, pandangannya bersirobok dengan seorang lelaki berambut gondrong. Lelaki itu menyugar rambutnya ke belakang dan tersenyum simpul, memamerkan lesung pipi di sebelah kanan tulang pipinya.

Tubuh Nala seperti terpaku dan waktu seperti berhenti berputar. Wanita itu tidak mungkin lupa siapa dia. Ah, tentu saja Dwina mengundang Ken dan lelaki ini adalah alasan Nala menghindari reuni.

"Nala? Apa kabar?"tanya Ken ramah. Mata hitam Ken menatap wanita itu dengan lembut, membangkitkan sedikit rasa yang menggembirakan hati Nala.

Nala terdiam sesaat, sepasang matanya masih memindai wajah Ken. Mata hitam Ken menyorot penuh emosi berpadu dengan surai hitam yang sebagian mengenai ujung kelopak matanya. Wanita itu harus menahan diri agar tidak merapikannya sambil mengingatkan agar Ken memangkas rambutnya.

"Nala?"

Wanita itu mengelus tengkuknya, menghindari rasa tidak nyaman saat Ken kembali menyapanya.

"Hm, baik. Gimana kamu? Masih sibuk di toko bunga?" balas Nala dengan suara yang ia yakin sedikit gemetar. Jujur ia belum bisa mengendalikan diri bila bertemu dengan Ken.

Lelaki itu memiringkan kepala mengulas senyum lagi. "Sure. Walaupun jarang ada cowok yang ngurusin buket dan kartu ucapan, tapi aku senang ngelakuinnya. Ada kepuasan tersendiri kalau pelanggan suka sama pelayanan kita."

Nala hanya mengiakan dan menatap lagi wajah Ken yang terlihat lebih keren, apalagi dengan lesung pipi yang muncul tiap kali ia berbicara. Tingkat kemanisan Ken jadi bertambah.

Ahh, stop it, Nala. Ingat, Ken itu mantan lo, batin Nala kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun